Fathu Makkah: Resolusi Kaum Muslim dan Introspeksi Quraisy

"Telah datang waktu pembalasan, namun jalan itu tak ditempuh Rasul dalam membalas setiap air mata dan darah yang tertumpah. Sebaliknya, Nabi membebaskan mereka hidup dalam ketenangan. Inilah puncak dari akhlak yang mulia, hingga kemuliaannya menusuk jiwa-jiwa yang sebenarnya telah lama merindu perjumpaan dengan yang haq."

Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ingatkah jalan terjal yang dilewati oleh Rasulullah saw. dan kaum muslim ketika melakukan babat alas dalam menyiarkan Islam kepada suku Quraisy di Makkah? Kisah kesabaran luar biasa yang ditunjukkan oleh Nabi saw. dan para sahabat dalam menanggung segala penganiayaan demi tersebarnya dakwah Islam ke penjuru Makkah.

Muhammad bin Abdullah diutus menjadi nabi dan rasul ketika puncak kepercayaan masyarakat terukir pada dirinya. Hingga belau digelari 'Al-Amin' dengan makna 'yang terpercaya', tak ada satu pun manusia yang bernyawa di Makkah pada saat itu, kecuali meletakkan sepenuh hatinya kepada Muhammad.

Namun, semua sifat dan akhlak Muhammad seperti sirna di mata dan hati Quraisy tatkala suatu hari Muhammad berdiri di hadapan mereka, menyeru bahwa kini ia adalah seorang nabi dan rasul. Allah telah mengutusnya untuk mengembalikan manusia dari penyembahan selain-Nya, kepada penyembahan hanya kepada-Nya.

Mirisnya, sang Al-Amin ditolak kesaksiannya. Gelarnya kemudian beralih menjadi pembohong dan penyihir, hanya karena Muhammad menyeru mereka untuk meninggalkan berhala. Mulai saat itu, Muhammad dan beberapa pengikutnya telah diincar sebagai objek penganiayaan. Tiada hari tanpa siksaan verbal dan nonverbal.

Hingga, darah syahid dan syahidah pertama bercucuran di bumi Makkah. Penganiayaan telah berada di level tertinggi sampai tercabutnya nyawa dari raga. Sumayyah beserta suaminya menjadi saksi bisu kebiadaban Quraisy dalam menentang Tuhan. Namun, Sumayyah tak bersedih, ia bertahan tersebab Allah menyibak aroma dan gambaran surga didepan netranya.

Tak sampai di sana, pemboikotan pun menjadi nyata. Selama tiga tahun hidup dalam keterasingan di negeri sendiri, Rasulullah dan para sahabat telah menunjukkan betapa keimanan dan kesabaran menjadi kawan sejati. Di sisi lain, pemboikotan juga menyingkap betapa manusia ketika kesombongan menyapa dapat menjadi manusia tanpa rasa.

Namun, Allah Maha Pengasih bagi hamba-Nya, dengan wasilah dari suku ‘Aus dan Khazraj, Nabi saw. dan para sahabat berhijrah dan menetap di Madinah. Tempat penuh berkah yang disediakan Allah untuk pijakan dalam memerangi kejahiliyahan. Allah pun menganugerahi pengikut setia, dan kekuatan yang utuh. Berduyun-duyunlah penduduk Arab mengislamkan diri. Peperangan demi peperangan berlanjut, kemenangan dan kekalahan telah dilalui. Namun, semangat berjihad tak pernah sirna.

Hingga sampai pada suatu masa dimana Rasulullah saw. dan para sahabatnya kembali ke tanah asal mereka, Makkah. Kerinduan yang menggunung, beserta gairah menyambut keislaman para orang tercinta tercetak jelas di setiap pembuluh darah mereka. Umrah pertama dalam perjanjian Hudaibiyyah telah sedikit meluruhkan rasa. Namun keinginan itu tetap ada, membumikan tauhid di tanah suci Makkah.

Tak disangka, Allah Swt. membukakan pintu dengan perantara Quraisy yang lancang memerangi sekutu Rasulullah saw. di Makkah, yakni Bani Khuza'ah. Dengan kelancangan itu, maka Quraisy telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan kaum muslim. Dan inilah kesempatan yang diambil kaum muslim untuk kembali dan membumikan tauhid di Makkah.

Quraisy yang sadar akan kesalahannya, hanya bisa menunggu laskar Muhammad menyongsong mereka. Abu Sufyan sang pemimpin Makkah pun dibuat kelimpungan meminta perlindungan untuk suku Quraisy. Hingga ia rela mendatangi Rasul di Madinah. Namun, hanya punggung yang ia temui, tak ada yang mempunyai keinginan menjadi penjamin bagi suku yang pernah durhaka.

Ia kembali dengan tangan hampa. Hingga ketika dekat waktu penyerangan, dan telah terlihat ribuan obor kaum muslim menyuar langit Makkah, bergemuruhlah dada Quraisy. Mereka telah melihat kekuatan yang tak mungkin mereka lawan. Sekali lagi, Abu Sufyan mengorbankan ego demi keselamatan penduduk Makkah. Ia mendatangi perkemahan kaum muslim di Marr Azh-Zhahran dengan bantuan Abbas bin Abdul Muthallib menghadap Rasulullah saw. meminta perlindungan. Pada saat itu, di mana langit gelap Makkah diterangi nyala api dari sepuluh ribu obor kaum muslim, Abu Sufyan berikrar telah mengimani Allah Swt. dan Nabi-Nya.

Pemurahnya Nabi, ia bersabda, "Barang siapa masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman. Barang siapa menutup pintunya, maka ia aman. Dan barang siapa memasuki Masjidil Haram, maka ia aman." Tak menunggu lama, Abu Sufyan segera kembali ke Makkah untuk meneruskan kabar gembira tersebut.

"Tempat ini menjadi saksi ketika diturunkan Al-Qur'an, dan sekarang engkau kembali lagi kepadanya" ucap Rasulullah saw. berulang-ulang dalam kekhusyukan. Nabi tidaklah memasuki Makkah dengan menegakkan kepala, akan tetapi kesyahduan, kerendah hatian, telah menyebabkan kepalanya tertunduk menyelami karunia dan nikmat Allah Swt., beliau tidak berbangga diri selayaknya seorang agresor yang menaklukkan wilayah, malah ketenangan dan penuh penghayatan yang tercipta.

Tepat ketika pasukan kaum muslim telah sampai di Makkah mereka mendapati Makkah dalam keadaan kosong, penduduknya telah berlindung dibalik bangunan-bangunan yang disebutkan Nabi. Masyaallah. Meski sempat terjadi perlawanan dari sisi pintu yang dimasuki Khalid bin Walid. Namun, kekhusyukan memasuki Makkah tetap terbentuk.

Tibalah Rasulullah saw. dan rombongannya di Ka'bah. Beliau pun bertawaf, kemudian berhenti sejenak di depan pintu Ka’bah yang telah dibuka, Beliau saw. berkhutbah di hadapan orang-orang yang mulai memasuki Masjidil Haram, hingga di penghujung khutbah Rasulullah saw. bertanya, "Wahai kaum Quraisy, menurut kalian apa yang akan kulakukan terhadap kalian?" Mereka menjawab, "Kebaikan sebagai saudara yang mulia dan anak dari saudara yang mulia." Beliau saw. bersabda, "Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana yang dikatakan saudaraku Yusuf, pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Semoga Allah mengampuni kalian sebab Dia Maha Penyayang. Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas."

Telah datang waktu pembalasan, namun jalan itu tak ditempuh Rasul dalam membalas setiap air mata dan darah yang tertumpah. Sebaliknya, Nabi saw. membebaskan mereka hidup dalam ketenangan. Inilah puncak dari akhlak yang mulia, hingga kemuliaannya menusuk jiwa-jiwa yang sebenarnya telah lama merindu perjumpaan dengan yang haq.

Nabi saw. dan kaum muslim pun mulai membersihkan Ka'bah dari segala aroma kemusyrikan. Sejak hari pertama dakwah beliau jalankan, keinginan terbesarnya adalah menaklukkan Makkah. Sepanjang dua puluh tahun perjuangannya, sepanjang itu pula kaum Quraisy memeranginya. Adanya pelanggaran perjanjian Hudaibiyyah, menjadi resolusi untuk memenangkan Makkah dari segala bentuk kesyirikan.

Kaum kafir Quraiys yang melihat betapa pemaafnya beliau, hari di mana seharusnya pembalasan menimpa mereka, dengan ringannya Rasulullah saw. menghapusnya, akhirnya mereka luluh dan berbondong-bondong menyatakan diri berserah pada keagungan Allah Swt. inilah wujud introspeksi kaum Quraisy dalam memandang Islam dan kaum muslimin.

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dengan Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh Dialah Maha Penerima Tobat. (TQS. An-Nasr ayat 1-3)

Sumber : Muhammad Sang Yatim (Prof. Dr. Muhammad Sameh Said)[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Liberalisasi Merusak Tata Pergaulan Generasi
Next
Islam Menyelesaikan Persoalan Rezeki
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram