"Melalui fenomena KET, satu pelajaran penting yang perlu dipahami, bahwa manusia sesungguhnya tidak kuasa sedikit pun terhadap fungsi tubuhnya sendiri. Tubuh manusia berfungsi sesuai kehendak penciptanya. Dengan demikian, satu-satunya hak yang harus ditunaikan atas tubuh kita adalah menjaganya sesuai dengan perintah Sang Pencipta."
Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Praktisi Pendidikan)
NarasiPost.Com-Allah Swt. berfirman dalam QS. Az Zukhruf ayat 87, “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan mereka? Niscaya mereka menjawab Allah. Maka, bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?”
Setiap manusia sejatinya telah mengakui bahwa Allahlah penciptanya. Sebagai makhluk yang lemah sungguh tidak ada daya dan upaya melainkan karena kekuasaan Allah saja yang membuat manusia hidup dan berada di dunia. Sebagai contoh, jika Allah berkehendak terjadi gangguan pada kehamilan, maka demikianlah jadinya. Sebagaimana salah satu masalah kehamilan yaitu berakhirnya kelangsungan hidup dari pertemuan sel telur dan sperma untuk menjadi janin karena tumbuh di luar tempat yang seharusnya. Bagi orang awam mungkin sulit memahaminya. Dalam dunia medis atau kebidanan masalah ini disebut dengan istilah KET (kehamilan ektopik terganggu).
Kehamilan seharusnya terjadi di dalam rahim. Apa jadinya jika kantong kehamilan tumbuh di luar rahim? Pada KET, umumnya kantong kehamilan tumbuh dan berkembang di saluran telur atau tuba fallopi. Dengan demikian, kantong kehamilan tidak dapat tumbuh sebagaimana pertumbuhan kehamilan normal di dalam rahim.
Tuba fallopi adalah saluran kecil yang berada di bagian kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantarkan sel telur dari ovarium ke rongga rahim. Pembuahan (pertemuan sel telur dan sperma) terjadi di saluran ini, hingga kemudian sel telur yang telah dibuahi tersebut masuk ke rongga rahim. Selanjutnya kehamilan akan berkembang di dalam rahim. Secara fisiologis, rahim manusia dapat membesar 10 kali lebih besar dari ukuran semula, bahkan lebih. Dari ukuran kurang lebih sebesar telur ayam dengan rata-rata berat 60 gram, hingga mencapai berat 1000 gram pada akhir kehamilan dan dapat menampung 1 atau lebih janin didalamnya. Masyaa Allah.
Berbeda halnya dengan rahim, jika kantong kehamilan berkembang di tuba fallopi, maka seiring dengan membesarnya kehamilan, tuba fallopi tidak mampu mengembang sehingga terjadilah rupture atau robekan pada tuba fallopi. Keadaan ini dapat memicu perdarahan hebat di dalam rongga perut. Bisa lebih dari 500 cc darah keluar dan tertampung di rongga perut, dan hanya sedikit atau bahkan tidak terlihat keluar melalui vagina. Keadaan ini tentu sangat mengancam nyawa seorang perempuan yang mengalami KET.
Selain itu, ada gejala lain yang juga membahayakan nyawa adalah adanya rangsangan syaraf di sekitar rongga perut akibat robekan tuba fallopi dan perdarahan. Rangsangan ini menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Sentuhan ringan di perut, pergerakan badan, atau pemeriksaan dengan sentuhan melalui vagina dapat menyebabkan pingsan karena rasa sakit tersebut.
Kedua kondisi tersebut adalah gejala yang khas pada KET. Kehilangan darah hingga menyebabkan syok hemoragic dan rasa sakit yang luar biasa yang dapat menyebabkan syok neurogenic. Satu-satunya penanganan KET adalah dengan tindakan operatif untuk menutup saluran telur yang pecah, mengeluarkan darah yang tertampung di rongga perut, dan mengganti darah yang hilang melalui transfusi darah.
Sunnatullah, dengan kondisi yang mengancam nyawa tersebut, tidak banyak perempuan yang selamat melewati KET. Diagnosis yang cepat dan tindakan operatif dengan segera adalah kunci keberhasilan penanganan KET. Tentu saja, semuanya terjadi atas izin Allah Swt. Melalui fenomena KET, satu pelajaran penting yang perlu dipahami, bahwa manusia sesungguhnya tidak kuasa sedikit pun terhadap fungsi tubuhnya sendiri. Tubuh manusia berfungsi sesuai kehendak penciptanya. Dengan demikian, satu-satunya hak yang harus ditunaikan atas tubuh kita adalah menjaganya sesuai dengan perintah Sang Pencipta. Bukan memperlakukan tubuh sebebas-bebasnya dengan dalih kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia.
Allah Swt. berfirman dalam QS. An Nisa ayat 28, “Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.”
Dari ayat ini kita tahu, benarlah bahwa manusia itu lemah dan tidak kuasa dengan tubuhnya sendiri. Akan tetapi, tidaklah Allah menciptakan kelemahan ini agar kita senantiasa merasa butuh pada-Nya, bahwa kuatnya tubuh kita adalah karena kekuatan-Nya semata. Wallahualam bishowwab.[]
Photo : Pinterest