"Mengucapkan syahadat dan taat syariat merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Tak bisa hanya memilih mengucap syahadat tanpa mau taat syariat. Begitu juga sebaliknya, tak bisa hanya memilih taat syariat tanpa mau mengucapkan syahadat."
Oleh. Sri Indrianti
NarasiPost.Com-Syarat untuk menjadi seorang muslim sangatlah mudah, yakni dengan mengucap syahadat. Kalimat syahadat ini ibaratnya seperti pendaftaran. Jika sudah mendaftar dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, maka sudah sah menjadi seorang muslim.
Layaknya anak bersekolah, tak cukup dengan mendaftar lantas langsung bisa lulus dengan nilai memuaskan. Begitu juga dengan seorang muslim. Tak hanya dengan mengucapkan syahadat lantas langsung memperoleh bertumpuk pahala. Tidak semudah itu. Ada konsekuensi yang harus dijalankan ketika sudah mengikrarkan diri menjadi seorang muslim.
Ucapan syahadat berarti merupakan pengakuan dan keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta dan Pengatur. Serta pengakuan bahwa Rasulullah merupakan utusan Allah untuk mendakwahkan Islam ke seluruh umat. Ucapan ikrar ini mengandung konsekuensi sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah harus taat atas semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah yang dengan penuh kesabaran mendakwahkan Islam.
Konsekuensi untuk taat juga tercantum dalam Surat Azzariyat ayat 56 : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
Dari ayat ini berarti tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah maksudnya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dalil ini meyakinkan kita sebagai manusia bahwa selama hidup di dunia harus taat dengan aturan yang telah ditetapkan Allah. Allah sebagai pencipta merupakan yang paling memahami yang terbaik untuk hamba-Nya. Segala aturan yang ditetapkan Allah untuk manusia akan membawa pada keberkahan dan ketentraman. Oleh sebab itu, tak layak sebagai manusia memprotes atau memilih-milih aturan Islam yang ringan dan disenangi. Islam bukanlah agama prasmanan yang bisa dengan seenaknya sendiri mencomot aturan berdasarkan manfaat. Ketika mengucapkan syahadat, maka saat itu pula mengazamkan diri untuk melaksanakan aturan Islam secara kaffah.
Sayangnya, masih banyak juga yang menganggap bahwa aturan Allah yang dijalankan itu hanya sebatas ibadah mahdah seperti salat, puasa, baca Al-Qur'an, sedekah, dan lain-lain. Padahal taat aturan Allah berarti menyandarkan segala perbuatan dan pemikiran berdasarkan aturan Allah. Itulah sejatinya seorang muslim. Seorang muslim yang senantiasa takut kepada Allah, baik dalam kondisi sembunyi maupun terang-terangan.
Balasan yang diperoleh bagi muslim yang taat tentu saja pahala yang kelak akan bersaksi saat hari penghisaban. Sedangkan yang tidak mau taat maka akan mendapat balasan berupa dosa. Dosa yang biasanya jalannya penuh kenikmatan semu. Sehingga banyak manusia yang terperosok ke dalamnya tertipu dengan kenikmatan jasadi yang ditawarkan.
Jika seseorang mengaku muslim, namun aktivitasnya sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang muslim maka harus dibenahi dulu akidahnya. Sayangnya, dalam sistem kapitalisme asas manfaat melebihi segalanya. Mengaku muslim, namun dengan mudahnya menanggalkan keislamannya hanya demi manfaat. Bahkan lebih parahnya sampai pada tataran menghina dan melecehkan Islam beserta kaum muslimin.
Mengucapkan syahadat dan taat syariat merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Tak bisa hanya memilih mengucap syahadat tanpa mau taat syariat. Begitu juga sebaliknya, tak bisa hanya memilih taat syariat tanpa mau mengucapkan syahadat.
Sayangnya, saat ini sistem yang berlaku dalam kehidupan merupakan sistem kapitalisme yang mengukur segala sesuatu berdasarkan materialime dan manfaat. Sistem inilah yang menghambat perjuangan Islam. Banyak kaum muslimin yang terperdaya. Penguasa pun mengadopsi sistem ini dalam mengatur segala kebijakan yang ditetapkan. Otomatis pondasi iman Islam berbenturan dengan kebijakan yang ditetapkan penguasa.
Berislam kaffah itu ibarat baju yang matching atau cocok, yakni antara akidah dan aturan yang ditetapkan selaras. Sulitnya berislam kaffah saat Islam belum berada di bawah naungan Khilafah tidak lantas menjadi pembenaran untuk melanggar syariat. Berarti perjuangan Islam membutuhkan pejuang yang teguh memegang kebenaran Islam dan mendakwahkan Islam ke berbagai wilayah.
Wallahu a'lam bish showab.[]
Photo : Pinterest