Seruan Semeru

"Dari Semeru kita diseru agar kembali menerapkan aturan/sistem kehidupan yang sahih, yaitu sistem Islam. Sebab, selama kemungkaran, kezaliman masih merajalela dan keadilan terus dipermainkan, selama itu pula derita pahit terus mengintai."

Oleh.Dewi Fitratul Hasanah
(Pegiat Literasi)

NarasiPost.Com-Innalillahiwainnailaihiroji'un. Gunung Semeru meletus pada Sabtu ( 4/12/2021). Bencana tersebut mengakibatkan 15 orang meninggal, 27 orang hilang, dan 1.707 warga mengungsi. Setidaknya 2.970 unit rumah, fasilitas pendidikan, dan jembatan rusak akibatnya. (Kompas.com, 6/12/2021)

Sebenarnya erupsi Gunung Semeru tak datang secara spontan. Atas kuasa Allah, alam pastilah akan memberi pertanda. Dan ini terbukti dari beberapa pengakuan warga setempat bahwa beberapa hari sebelum erupsi, mereka melihat
tanda-tandanya. Mulai dari gunung yang tergores lava putih dan aliran air yang kotor.

Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Prof Nana Sulakna, juga memaparkan bahwa kegiatan magmatisme Gunung Semeru sudah terjadi jauh sebelum letusan.
Namun, sangat disayangkan tidak ada peringatan dini yang disampaikan oleh BMKG. Hingga akhirnya rakyat panik dan korban jiwa berjatuhan.

Kini. Duka pilu kembali harus dirasakan rakyat di tengah hidup yang penuh keprihatinan. Seakan tak cukup terpuruk dengan impitan ekonomi dan problematika akibat dampak pandemi yang belum kunjung pergi. Rakyat dengan ketidakberdayaannya mau tak mau harus pasrah menelan segala dampak bencana atau musibah.

Mulai dari kebakaran hutan, tanah longsor, banjir bandang, menyapa bergilir nyaris tak menjumpai akhir. Faktanya, bencana demi bencana terus menggelayuti rakyat di setiap waktu dan di berbagai tempat. Semburan awan debu dan lahar panas Semeru itu pun kini meronta seakan turut berunjuk rasa.

Memang, bencana terjadi atas kehendak Sang Pencipta, Allah Swt. Sebagai manusia, makhluk ciptaan-Nya kita memang harus rida menerima segala yang datang dari-Nya. Akan tetapi Allah juga menilai atas sikap ikhtiar menghadapi bencana, baik itu sebelum, saat terjadi, dan setelah terjadi bencana.

Sayang seribu sayang. Sistem kapitalisme-sekularisme yang diterapkan di negeri yang kita pijaki sekarang, bukanlah sistem yang berkasih sayang.
Sistem kapitalisme-sekularisme hanya berisikan dominasi kesombongan manusia dengan penguasaanya pada dunia nan fana. Mengabaikan, memicingkan mata bahkan membangkang pada petunjuk kalam Ilahi. Hal ini terbukti dengan mewujudnya perilaku dan kebijakan-kebijakan zalim oleh penguasa pada rakyatnya. Sistem ini pun selalu mengusik alam demi materi semata.

Tak sama. Islam tak sekadar agama. Ia merupakan sistem kehidupan sempurna dan paripurna. Ia punya cara dalam menanggulangi bencana, baik sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, maupun sesudah terjadi bencana.

Sebelum terjadi bencana, pemerintah dalam sistem Islam akan mengadakan penilaian bahaya dan mengadakan sistem peringatan, bahkan juga akan melakukan persiapan dengan membangun fasilitas penanggulangan bencana. 

Adapun saat bencana itu terjadi, pemerintah akan melakukan evakuasi rakyat ke tempat yang aman serta mendistribusikan segala kebutuhan rakyat. Setelah terjadi bencana, pemerintah akan memulihkan segala aspek kehidupan dan membangun kembali sarana dan prasarana rakyat.  

Demikianlah sistem Islam, sistem yang betul betul berkasih sayang.
Tak sekadar tanggap dalam mitigasi bencana. Namun, ketika diemban oleh negara ia akan menebarkan kemaslahatan dalam berbagai sektor kehidupan. Sebab karakter dari sistem Islam adalah menghujani berkah terhadap alam dan seluruh penghuninya. Takkah kita mau untuk kembali menerapkanya?

Ya. Dari Semeru kita diseru agar kembali menerapkan aturan/sistem kehidupan yang sahih, yaitu sistem Islam. Sebab, selama kemungkaran, kezaliman masih merajalela dan keadilan terus dipermainkan, selama itu pula derita pahit terus mengintai. Ah. Betapa bodohnya kita sebagai mahluk ciptaan-Nya yang lemah jika masih kukuh menggenggam kesombongan akan perintah-Nya.

Sungguh dari segala bencana termasuk Semeru, manusia layak untuk menangkap isyarat-isyarat-Nya.
Semeru pada hakikatnya, hanyalah sebagian kecil dari kekuasaan Allah. Semeru menyeru kita agar kembali, tunduk kepada Allah dengan mengimplementasikan Islam secara total dalam berkehidupan dalam skala individual dan global. Agar Allah tak murka dengan mendatangkan bencana, melainkan Dia akan menurunkan rida dan keberkahan-Nya. Wallahua'lam bishshawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dewi Fitratul Hasanah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Merindu “Murabithun” Natuna, sang Penjaga dari Rongrongan Negeri Serakah
Next
Natuna, Saat Harga Diri Negara Dipertaruhkan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram