Jika negara terus menerapkan sistem kapitalisme, maka sudah pasti rakyatlah yang paling banyak menderita. Oleh karena itu, membebaskan rakyat dari berbagai masalah adalah dengan membebaskan belenggu sistem kapitalisme dari kehidupan.
Oleh. Ummu Syaakir
NarasiPost.Com-Harga minyak goreng sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat akhir-akhir ini melambung tinggi. Semula harga minyak yang berada pada kisaran Rp27.000 hingga 29.000 per 2 liter melesat ke angka Rp40.000. Dirjen perdagangan dalam negeri, Oke Nurwan, menyatakan naiknya harga minyak dipengaruhi oleh terganggunya pasokan minyak nabati dunia. Selain itu, produksi crude palm oil (CPO) dunia yang merosot akibat pandemi Covid-19 juga digadang-gadang menjadi penyebab naiknya harga minyak goreng nasional. Hal ini karena produksi minyak goreng nasional sangat bergantung pada CPO global. (Kompas.com, 14/11/21)
Padahal Indonesia merupakan salah satu ekportir terbesar minyak kelapa sawit dunia. Hal ini tentu menjadi tanda tanya besar, mengapa produsen minyak kelapa sawit yang mampu mengekspor minyak mentah, justru bergantung pada pasokan global? Bukan kah seharusnya jika ada minyak yang diekspor artinya pasokan dalam negeri melimpah?
Sebagai negeri penghasil minyak kelapa sawit mentah, seharusnya Indonesia menjadi negeri yang mandiri dalam menjaga pasokan minyak kelapa sawit dalam negeri. Namun, sistem kapitalisme saat ini menginginkan negeri-negeri yang menerapkannya bergantung pada asing. Prinsip serba instan dalam mendatangkan devisa negara, namun kewalahan dalam menjaga kestabilan kebutuhan rakyat adalah ciri khas yang memang ditargetkan oleh sistem ini. Kapitalisme menjadikan negeri-negeri yang sejatinya mampu mandiri, dibelenggu dengan ketergantungan agar negeri tersebut lebih mudah dikendalikan, baik dari segi ekonomi maupun politik.
Jika negara terus menerapkan sistem kapitalisme, maka sudah pasti rakyatlah yang paling banyak menderita. Oleh karena itu, membebaskan rakyat dari berbagai masalah adalah dengan membebaskan belenggu sistem kapitalisme dari kehidupan.
Allah ta'ala telah memberikan solusi untuk menggantikan sistem kapitalisme dengan sistem yang mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Sistem yang mampu menghilangkan berbagai rasa was-was akibat kebijakan-kebijakan yang mengejutkan dan menyengsarakan. Sistem ini adalah sistem Islam. Sistem Islam mewajibkan negara untuk menjamin berbagai kebutuhan pokok masyarakat. Berbagai pemenuhan kebutuhan pokok tersebut dipenuhi dengan memaksimalkan potensi yang ada di dalam negeri. Seperti pemenuhan minyak goreng bagi masyarakat misalnya, negara harus memaksimalkan hasil produksi minyak mentah dalam negeri, sehingga pemenuhan kebutuhan tidak harus bergantung pada luar negeri.
Terlebih Allah telah mengaruniakan berbagai sumber daya alam (SDA) yang melimpah bagi negeri-negeri kaum muslim. Berbagai SDA tersebut haruslah dikelola negara. Dengan hasil dari pengelolaan SDA, negara dapat memaksimalkan berbagai produksi barang kebutuhan dalam negeri. Dalam hal penyediaan minyak goreng misalnya, negara dapat memproduksi minyak mentah dari perkebunan-perkebunan yang ada di dalam negeri, tanpa merusak lingkungan. Tidak dapat dimungkiri, pembukaan lahan kelapa sawit telah menyumbang kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, negara harus membuat aturan yang tegas agar dampak kerusakan lingkungan tidak dilanggar. Negara juga dapat meningkatkan jumlah produksi dengan memfasilitasi para ilmuwan untuk melakukan penemuan yang mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas barang yang dibutuhkan tanpa merusak lingkungan.
Pilihan lainnya dalam penyediaan minyak nabati adalah dengan mencari sumber alternatif lain yang lebih ramah lingkungan, aman, dan menyehatkan. Negara dapat mengembangkan produksi minyak nabati yang mampu menggantikan minyak kelapa sawit, seperti minyak kelapa atau minyak zaitun.
Dalam hal perdagangan, Islam melarang negara mengimpor berbagai barang yang memang menjadi kebutuhan dalam negeri, kecuali jika kebutuhan dalam negeri belum terpenuhi. Barang-barang yang diimpor dari luar negeri hanyalah barang-barang yang memang tidak mampu diproduksi sendiri. Selama barang tersebut masih mampu diproduksi secara mandiri, maka negara tidak perlu mengimpor dari luar negeri. Dengan demikian, islam menjadikan negara mandiri dalam pemenuhan berbagai kebutuhan bagi masyarakat.
Allahu a'lam.[]