Peluh berlabuh di alam baka.
Meluruh rasa cinta pada negara.
Tapi kenapa?.
Penghormatan sebatas ritual tahunan belaka
Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Bergemuruh di dada
Sesak tiada terkira
Tak harap adanya noda
Rasa hormat tetap terpelihara
Deru mesiu melaju
Para pejuang tak gentar tetap maju
Semangat singsingkan lengan baju
Perlawanan dihimpun tanda tak setuju
Demi sebuah kehormatan
Keteguhan hati merelakan nyawa jadi taruhan
Lafaz takbir lantang dipekikkan
Mengguncang hati di antara titik-titik kehidupan
Sebuah kemerdekaan dijaga
Sikap rela sebagai perisai dengan jiwa raga
Berharap kekalnya telaga
Melawan penjajah di medan laga
Sayang, sejuta sayang
Meski peristiwa itu terus terkenang
Lenyap keteladanan sang pejuang
Hanya seremonial yang terkembang
Sepi sunyi
Saat mengheningkan cipta mengiringi
Tak ada bekas di hati
Walau setitik cinta pada negeri
Peluh berlabuh di alam baka
Meluruh rasa cinta pada negara
Tapi kenapa?
Penghormatan sebatas ritual tahunan belaka
Bukan sekadar seremonial
Para pahlawan bukanlah tumbal
Darah mereka menyandang triliunan moral
Mengusir penjajah penuh aral
Hari Pahlawan
Bukan sekadar seremonial penghormatan
Refleksi perjuangan tetap dibutuhkan
Bela negara dilandasi kokohnya keimanan[]