Islam, Riwayatmu Kini

"Sejak institusi Islam yakni Khilafah dihancurkan oleh musuh-musuh Islam, praktis umat Islam juga jauh dari pemikiran cemerlang yang berasal dari akidahnya, hingga akhirnya menjadi penolak ajaran agamanya sendiri.
Berbagi racun pemikiran dari Barat senantiasa diblow-up, dan itu dilakukan oleh generasi muslim sendiri yang idealismenya sudah terbeli demi sepeser rupiah dan kekuasaan.
"

Oleh. Maftucha S. Pd.
(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

NarasiPost.Com-A : "Kerudung itu budaya Arab, nggak usah ikut-ikutan budaya luar."

B : "Agama kita memang turunnya di Arab, tapi bedakan dong antara budaya dan syari'at."

A : "Sudah deh, pokoknya jangan bawa-bawa budaya negara lain ke negeri kita."

Ternyata di momen yang lain, si B melihat si A memakai kostum Hallowen, yang semua orang juga tahu perayaan Hallowen itu dari mana? "Kalau Hallowen boleh, kenapa kalau pakai kerudung harus dilarang?", gerutunya.

Aneh memang, ada orang yang mengaku muslim tapi ketika disodorkan berbagai aturan yang bersumber dari Islam dia tidak mau. Kerudung katanya mengekang hak asasi manusia, pakai cadar katanya seperti teroris, syariat Islam dianggap intoleran, tidak pacaran katanya kuno, tidak seks bebas, tidak nge-drug, tidak korupsi dibilang sok suci.

Lebih aneh lagi dia muslim, tetapi memuja demokrasi yang jelas-jelas bukan pandangan hidup dari Islam, menyebarkan berbagai ide yang justru bertentangan dengan Islam, seperti sekularisme, Islam moderat, moderasi beragama, kesetaraan gender, dan lain sebagainya. Kini semua lini telah disasar agar menyuarakan ide moderasi beragama, bahkan pesantren yang tujuannya mencetak ulama diberi berbagai bantuan supaya akhirnya juga menyuarakan ide bahwa Islam merupakan agama yang netral sesuai arahan pegiat ide-ide Barat.

Padahal ide seperti moderasi beragama justru menyebabkan seorang manusia tidak punya jati diri, dia menganggap semua agama sama, sampai-sampai semua perayaan agama ia ikuti, padahal KTP-nya Islam. Jika mati minta dikafani, disalati dan ingin masuk surga.

Kebenaran itu absolut, bahkan antara kebenaran dan kerusakan selamanya akan terus bertarung, tidak ada yang namanya netral kecuali orang tersebut berniat mengompromikan antara yang hak dan batil. Kasus mendamaikan orang yang bersengketa saja harus tetap diketahui siapa yang meletakkan kesalahan atas persoalan yang terjadi dan kemudian ditengahi agar kesalahan tidak terulang kembali.

Jalan tengah seolah menjadi solusi, padahal pasti ada yang dirugikan. Palestina dan Israel kalau dipikirkan dengan akal sehat, siapa yang salah?Haruskah palestina mengalah padahal dia yang punya negara, mereka (rakyat Palestina, red) yang lahir di sana, tiba-tiba dipaksa harus mengakui Israel sebagai pendatang baru yang bebas menjajah dan menyiksa serta merampas wilayah palestina. Di mana-mana namanya pendatang, dia boleh tinggal tetapi tidak boleh mengambil wilayahnya apalagi meminta kemerdekaan secara penuh. Tentu ini irrasional.

Pemikiran memang sangat berharga, lebih berharga dari nilai materi apa pun. Sebuah negara boleh bangkrut ekonominya atau teknologinya, tetapi jika masih memiliki pemikiran-pemikiran mendasar terkait pandangan hidup, maka kebangkitan akan mudah diraih. Sebaliknya, sekaya apa pun sebuah negara, laut, darat dan udaranya menghasilkan kekayaan yang melimpah, tapi jika tidak memiliki pemikiran terkait kehidupan, maka visi misi hidupnya juga kosong. Dan akhirnya negaranya menjadi miskin, utangnya pun menumpuk, generasinya rusak. Kita bisa menebak sendiri negara kita termasuk yang mana.

Sejak institusi Islam yakni Khilafah dihancurkan oleh musuh-musuh Islam, praktis umat Islam juga jauh dari pemikiran cemerlang yang berasal dari akidahnya, hingga akhirnya menjadi penolak ajaran agamanya sendiri.
Berbagi racun pemikiran dari Barat senantiasa diblow-up, dan itu dilakukan oleh generasi muslim sendiri yang idealismenya sudah terbeli demi sepeser rupiah dan kekuasaan. Padahal Allah sudah mengingatkan bahwa kehidupan akhirat lebih kekal dibandingkan dunia. Dan penyesalannya tiada berguna.
Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk selalu waspada serta bersabar dalam kebenaran walaupun berat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Sadarlah, bahwa sekeras apa pun usaha musuh-musuh Islam untuk membungkam kebenaran, namun kelak Allah akan tetap memenangkan yang hak karena itu adalah sebuah keniscayaan yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan semesta alam yakni Allah Swt.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
maftucha Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Rasa Bakti Terkikis dalam Sistem Kapitalis
Next
Menulis, Peluru Dakwah Ilallah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram