"Dengan ideologi Islam yang tertanam di dada, maka kita akan memiliki alat deteksi alami menyaring segala informasi yang beredar di era digital ini. Sebab ideologi Islam menjadikan kita mampu berpikir kritis dengan menyandarkan benar salah pada nas syariat. Ideologi Islam juga menjadikan kita memiliki pemikiran dan pemahaman yang lurus, kokoh, dan tak tergoyahkan."
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Redaktur Pelaksana NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Di era digital saat ini, kita dipaksa beradaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang pesat. Pun dengan bergulirnya arus informasi yang seolah kian tanpa batas saja, kita dituntut untuk cerdas memfilter diri dari setiap informasi menyesatkan atau hoax yang beredar.
Hal itulah yang juga disoroti oleh Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, beberapa waktu lalu dalam perayaan Dies Natalis ke-7 Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur (UNU Kaltim), yakni soal terjadinya disinformasi masif akibat adanya algoritma kurasi.
Oleh karena itu, Ma'ruf mengimbau agar Perguruan Tinggi menguatkan pendidikan karakter kepada anak-anak didiknya, yakni dengan menjadikan mereka sebagai sosok-sosok intelektual yang kritis demi menghadapi diseminasi informasi. (Antaranews.com/02-11-2021)
Bahkan Ma'ruf juga menyampaikan harapannya agar Perguruan Tinggi mampu mendorong peserta didiknya agar menjadi generasi muda yang kompeten dan kompetitif, mampu bersaing di era globalisasi, namun tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai kebangsaan.
Adapun Algoritma Kurasi adalah semacam potongan-potongan kode yang secara tersistem akan memfilter informasi dan memeringkat preferensi konten berdasarkan kebutuhan kita. Menurut Ma'ruf, adanya algoritma kurasi yang merupakan bagian dari perkembangan teknologi informasi, akan menjadikan setiap orang atau kelompok orang meyakini hanya terhadap informasi yang diproduksi oleh kelompoknya. Jadi, mereka berpedoman hanya pada informasi dari kelompoknya saja. (Republika.co.id/02-11-2021)
Perang Pemikiran, Sebuah Keniscayaan
Dalam kancah kehidupan, perang pemikiran (ghawzul fikr) adalah sesuatu yang tak bisa dielakkan keberadaannya. Sebab sejatinya, akan selalu eksis pemikiran kufur yang berhadapan dengan pemikiran Islam. Selayaknya selalu ada kejahatan di sisi kebaikan. Lebih-lebih di era digital hari ini, perang pemikiran kian terasa masif, mengingat arus informasi bisa menembus jauh lebih cepat, tak kenal ruang dan waktu.
Oleh karena itu, tepatlah jika diimbau agar kita cerdas dalam memfilter setiap informasi agar tak terjebak dalam hoax. Namun, kita mesti memiliki landasan yang baku agar informasi yang kita adopsi adalah benar informasi yang layak kita yakini. Lebih-lebih bagi mahasiswa yang merupakan agen-agen perubahan dan sosok intelektual, tentu harus memiliki sikap kritis agar mampu menjadi penggerak perubahan ke arah kebaikan, bukan sebaliknya.
Maka, generasi muda harus memiliki konsep hidup yang kokoh terpancar dari ideologi Islam yang telah terkristal di dalam dirinya. Dengan itulah, ia takkan tersesat dalam aram-temaram informasi yang beredar di era digital ini.
Ideologi Islam Mengidentifikasi Kebenarannya Hakiki
Dengan ideologi Islam yang tertanam di dada, maka kita akan memiliki alat deteksi alami menyaring segala informasi yang beredar di era digital ini. Sebab ideologi Islam menjadikan kita mampu berpikir kritis dengan menyandarkan benar salah pada nas syariat. Ideologi Islam juga menjadikan kita memiliki pemikiran dan pemahaman yang lurus, kokoh, dan tak tergoyahkan.
Maka, standar kebenaran bagi kita adalah manakala sejalan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, algoritma kurasi yang merupakan produk perkembangan teknologi informasi tak semestinya membuat waswas. Sebab sejatinya ketika kita terhubung dengan informasi yang saling berkelindan sesuai dengan yang kita butuhkan, artinya memang kita terbiasa mengonsumsi informasi tersebut sebagai sesuatu yang kita butuhkan. Lantas, jika algoritma kurasi dituduh dapat memicu perpecahan atau polarisasi pemikiran di tengah-tengah masyarakat, maka tentu kita harus merekonstruksi bangunan sistem yang diterapkan di negeri ini.
Ya, ketika negeri ini mengadopsi sistem Islam saja sebagai landasan dalam mengatur segala urusan, baik skala individu, masyarakat, hingga negara, niscaya masyarakat akan memiliki kesatuan dalam pemikiran dan perasaan. Sehingga aram-temaram informasi dapat diterobos dengan cahaya Islam yang agung. Umat memiliki kebeningan dalam berpikir dan memiliki sikap kritis dalam mengonsumsi segala informasi yang beredar.
Jelaslah bahwa Islam mampu menyelamatkan generasi muda dari aram-temaram informasi. Sebab dalam sistem Islam, informasi yang beredar akan senantiasa diawasi oleh negara. Di bawah Departemen Penerangan, negara akan mengontrol dan memastikan bawa informasi yang beredar di tengah masyarakat bukanlah informasi yang menyesatkan masyarakat, apalagi merusak akidah dan menodai agama. Jika hal itu terjadi, negara akan mengambil tindakan tegas terhadap pembuat dan penyebar informasi tersebut.
Begitulah cara Khilafah Islam dalam memproteksi rakyatnya dari serangan pemikiran kufur. Karena hakikatnya memang Khilafah adalah sebuah institusi yang menerapkan syariat Islam secara sempurna, maka Khilafah akan menjaga rakyatnya agar tetap berada di jalur kebenaran sesuai ajaran Islam.
Dengan demikian, sungguh hanya sistem Islam dalam naungan khilafah sajalah, generasi kritis, bertakwa, dan berkepribadian Islam akan terwujud secara nyata. Dan ini adalah tugas kita bersama untuk mewujudkannya. Wallahu'alam.[]