Ketamakan terus bermunculan.
Nafsu tumbuh dalam cengkraman kekuasaan.
Penggundulan gunung dilegalkan.
Demi dalih kemajuan dan perkembangan.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Langit bertabur warna nila
Berkas cahaya menyapa netra
Ruas asa di antara titik air yang menerpa
Kabar duka datang dari luar kota
Kala musibah menghampiri
Tak ada yang mampu mengusirnya pergi
Banjir bandang terus mengairi
Menerjang semua benda yang dilewati
Saat berkah jadi musibah
Mencubit hati manusia yang sedang gundah
Tersebab penebangan pohon yang gegabah
Bangunan rumah, industri, tempat wisata berdiri dengan gagah
Menanggalkan malu
Layaknya benalu
Menggores hati dengan sembilu
Kini penyesalan datang bertalu-talu
Ketamakan terus bermunculan
Nafsu tumbuh dalam cengkraman kekuasaan
Penggundulan gunung dilegalkan
Demi dalih kemajuan dan perkembangan
Kota indah gundah gulana
Betapa dahsyat datangnya bencana
Menggiring rasa dalam dekapan merana
Hanya sedikit kesombongan yang sirna
Ulah tangan manusia merusak lingkungan
Ekosistem alam tak lagi dalam keteraturan
Bencana datang bersama derasnya hujan
Tak hadirkah seonggok penyesalan?
Dalam peliknya masalah
Masihkah terus berharap datangnya musibah?
Saatnya semua muhasabah
Pejabat dan rakyat intropeksi dalam cahaya hikmah