Dunia sedang bergejolak, nur Allah ada, Allah yang jaga. Bagaimana mereka marah karena nabinya dihina. Islam bukan budaya, pelengkap atau aksesoris, tapi Islam adalah petunjuk, ideologi, dan pemikiran yang risalahnya dibawa Rasulullah SAW.
Prita HW
NarasiPost.Com--“Palsukah kerinduan dan kecintaan kami kepadamu ya Habib…?” - sebuah cuplikan puisi saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Cinta Nabi Cinta Syariat
Momen Maulid Nabi 1442 H ini terasa begitu istimewa. Bukan saja karena kerinduan yang mendalam dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, tapi karena makin mengguritanya Islamophobia yang salah satunya adalah penistaan kepada Nabi Muhammad SAW tercinta.
Istimewa karena dengan adanya fenomena penggambaran sosok Nabi Muhammad di majalah satir Perancis yang kemudian didukung dengan dalih kebebasan berekspresi oleh presidennya, menimbulkan reaksi yang berkesimpulan bahwa ghirah umat Islam di seluruh dunia masih ada. Meski, tentu belum bisa menjadi solusi praktis maupun idealis bagi langgengnya syariat islam di muka bumi ini.
Di Peringatan Maulid Nabi 1442 H terbesar yang dilakukan secara daring (online) oleh akun Cinta Nabi Official pada hari Kamis, 29 Oktober 2020 yang lalu, umat begitu bersemangat. Lewat tatap muka di zoom meeting saja, hadir hampir 1000 orang, dan di Youtube live streaming ditonton sekitar 22 ribu orang, masyaaAllah. Tema yang diusung kali ini adalah “Tegakkan Syariah, Wujudkan Keadilan, Lenyapkan Kezaliman”.
Menghadirkan KH. Rokhmat S. Labib sebagai ulama yang membuka acara, sekaligus juga menghadirkan Ustadz Ismail Yusanto dari kalangan cendekiawan muslim. Tak ketinggalan moderator dan host yang dengan apik membawakan acara hingga setiap prosesnya begitu berharga.
Dalam pembukanya, KH. Rokhmat S. Labib menyampaikan kondisi negeri yang memprihatinkan. Mulai dari pandemi yang belum tuntas, hingga lahirnya UU Omnibus Law yang disinyalir sebagai UU cilaka, dan sebagainya. Ini bisa jadi menjadi representasi dari ketidak berkahan di Indonesia.
Ketika direfleksikan ke momen Maulid Nabi, banyak orang mengaku cinta nabi, tapi belum paham seperti apa wujud cinta yang sesungguhnya. Sama seperti halnya banyak orang tahu apa yang diucapkan, semisal mengucapkan kata takwa, tapi gagal memaknai artinya yang mesti mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Yang harusnya dalam menerapkan perintah tersebut haruslah menerapkan syariat secara keseluruhan, tidak hanya di ranah pribadi dan rumah tangga, tapi juga di ranah negara. Pertanyaannya, apakah semua yang diperintahkan nabi sudah dijalankan?
“Jangan-jangan kita kebanyakan motivasi, tapi kurang aksinya,” tambah KH. Rokhmat S. Labib di kesempatan berbincang bersama moderator dan Ustadz Ismail Yusanto.
Pernyataan Para Tokoh
Ada beberapa tokoh nasional yang hadir dan mengungkapkan ucapan selamat kepada semua yang hadir sekaligus memberikan statement singkat menyoal wujud cinta nabi dengan realitas kekinian kaum muslimin.
Dr. Ichsanuddin Noorsy, BSc., SH., MSi., Ekonom dan Pengamat Politik Ekonomi tampil sebagai pembuka. Merujuk pada buku Michael Hard yang menempatkan Muhammad SAW sebagai pemimpin besar yang paling berpengaruh di dunia dan menuai kontroversi, ada beberapa hal yang disampaikan. Yaitu, argumen dari Michael Hard sendiri yang menyatakan, “Bayangkan seorang pemimpin yang awalnya diikuti 4 orang, sekarang diikuti milyaran manusia. Dan milyaran manusia itu tidak mengenalnya langsung, tapi rela mati demi ajaran yang dibawanya dan yakin dalam perjalanan ke depan.”
Dari shirah dan kekaguman orang-orang barat termasuk Michael Hard sendiri, benar-benar terlihat satu karakter kuat pada pemimpin besar yang paling berpengaruh di dunia tersebut, yaitu pemikiran diwujudkan dalam tindakan, dan tindakan diwujudkan dalam konsistensi. “Relasi hati, tindakan, dan ucapan adalah penting dimiliki pemimpin,” tambah ekonom kawakan tersebut.
Statement nya yang bernas mengajak semua hadirin untuk berefleksi pada kondisi hari ini, “Kalau pemimpin hari ini tidak mengacu pada Muhammad SAW yang sudah diakui dunia, mau mengacu pada siapa?”
Hadir pula sebagai tokoh kedua adalah Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum., pakar Sosiologi Hukum dan Filsafat Pancasila yang menyampaikan bahwa Muhammad SAW hadir di tengah manusia untuk menghadirkan peradaban baru. Diantaranya : 1) Penegakan syariat, 2) Ukhuwah, dan 3) Dakwah.
“Hukum pisau dapur yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas adalah sebuah tanda redupnya peradaban,” ucapnya.
Tokoh ketiga adalah KH. Thoha Cholili, Pengasuh Ponpes Al-Mumtaha Al-Khoiliyah, Bangkalan, Madura. Beliau menyampaikan bahwa maulid nabi tahun ini menjadi momentum perubahan cinta dengan adanya peristiwa yang dipicu kartunisasi sebuah majalah dan pernyataan Presiden Prancis.
“Dunia sedang bergejolak, nur Allah ada, Allah yang jaga. Bagaimana mereka marah karena nabinya dihina. Islam bukan budaya, pelengkap atau aksesoris, tapi Islam adalah petunjuk, ideologi, dan pemikiran yang risalahnya dibawa Rasulullah SAW.”
Kerinduan akan sistem khilafah ala minhaj an nubuwwah makin menggebu dalam hati, begitu beliau menutup statement nya.
Terakhir, hadir Wakil Sekjen MUI Pusat, Dr. Nadjamuddin Ramly. Disampaikan bahwa mencintai Nabi muhammad SAW haruslah dilaksanakan dengan menjalankan perintah Allah SWT melalui Al Qur’an dan As Sunnah, dimulai dari pribadi dan beberapa bagian yang belum terlaksana. Menurutnya,kaum Muslim di Indonesia sudah tahu syariat yang sudah terlaksana dan mana yang belum terlaksana tetapi suatu saat nanti akan terwujud menjadi sempurna dengan ijin Allah.
Acara daring yang luar biasa ini harus berakhir pada jam 12.00, setelah dimulai tepat waktu sejak pukul 09.00. Pernyataan tokoh-tokoh tersebut juga diberikan komentar dari narasumber, dan juga mendapat antusias dari peserta dari seluruh Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang masuk dan ditanggapi.
Semoga dengan terlaksananya acara dalam rangka peringatan momen Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H ini kita makin sadar wujud cinta secara sempurna kepada Rasulullah SAW. Sehingga syariat bisa ditegakkan, keadilan bisa diwujudkan, kezaliman bisa dilenyapkan. Persis seperti tema acara yang menjadi doa.
“Yaa Rasulullah, akuilah kami sebagai umatmu…” - sebuah cuplikan puisi saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Cinta Nabi Cinta Syariat.[]
photo: Google Source
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]