Muslim Tak Menerima Syariat, Bagaimana Bisa?

"Aturan Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an menjadi satu konsekuensi keimanan dari seorang muslim untuk dijalankan. Jikalau sampai ada pernyataan muslim yang mengungkap ketidakpercayaan terhadap penerapan syariat ini, maka keimanan dirinya pantas dipertanyakan."

Oleh. Rochma Ummu Arifah

NarasiPost.Com-Muslim dan syariat Islam adalah satu paket komplet. Seorang muslim tentunya dituntut untuk menaati dan mempercayai syariat Islam itu sendiri. Karena syariat ini adalah sekumpulan hukum dan aturan yang berasal atau terpancar dari Islam itu sendiri. Lantas, bagaimana mungkin ada seorang muslim yang tidak percaya dan juga tak menerima syariat Islam? Apakah bisa?

Muslim dan Syariat Islam

Belakangan ini, viral seorang laki-laki yang sering disorot media memberikan pernyataan yang kontroversial. Dia menyatakan dirinya sebagai muslim, namun juga berujar bahwa dirinya tak mempercayai adanya kewajiban bahwa syariat Islam itu harus dijalankan oleh muslim itu sendiri.

“Saya beragama Islam. Tapi sayang tidak percaya bahwa umat Islam harus menjalankan syariat Islam,” ujar Ade Armando dikutip kanal YouTube Cokro TV, Selasa (26/10/2021).

Tambahan lagi, sosok ini berargumen bahwa Islam memiliki aturan yang tak baku dalam mengatur kehidupan manusia di dunia. Aturan Islam yang ada hanyalah relevan untuk kehidupan di masa awal turunnya risalah Islam melalui Rasulullah. Dan tak lagi harus dijalankan oleh manusia di masa sekarang ini. Sehingga, dia menjadi orang yang berseberangan dengan segolongan kaum muslim yang menginginkan penegakan syariat Islam. Ia pun menandaskan bahwa pemikirannya ini adalah buah kebebasan berpikir yang dimiliki oleh setiap manusia.
Sontak saja, pernyataan kontroversial ini mendapatkan tanggapan dari masyarakat. Ada sebagian yang sejalan dengan pemikiran Ade Armando. Namun, juga tak sedikit yang memberikan kecaman terhadap pernyataan yang tak berlandaskan ilmu ini.

Buah Sekularisme

Tak dapat dimungkiri bahwa umat muslim saat ini terkungkung oleh sistem sekularisme yang mencengkeram mereka. Mau tak mau, mereka dipaksa untuk hidup di bawah aturan sekuler. Sehingga, sangat jelas hal ini memberikan pengaruh besar dalam kehidupan dan cara pandang manusia.

Sekularisme adalah cara pandang kehidupan yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Boleh saja seseorang menjadi orang yang sangat agamis, taat pada Tuhan dan agamanya. Namun saat dia keluar rumah, ketaatan kepada agamanya tersebut tak boleh ditampakkan kepada khalayak umum. Cukup hal itu disimpan rapat-rapat di dalam kamarnya.

Syariat Islam dalam cengkeraman sekularisme ini juga mengalami nasib yang sama. Segolongan kaum muslim menjadi muslim yang taat terhadap hukum-hukum Allah dalam ranah pribadi saja, seperti ranah ibadah. Namun, saat ditawari dengan hukum dan aturan Allah yang lain, terlebih yang berkaitan dengan pengaturan manusia dengan manusia yang lain, misalnya dalam hal ekonomi, pendidikan, bahkan sampai pengaturan negara, mereka akan memilih untuk meninggalkan aturan Islam itu.

Banyak dalih yang digunakan untuk hal ini. Misalnya kebebasan dalam bertindak atau dikatakan bahwa Islam tak lagi relevan untuk kehidupan masa kini, Islam hanya pantas untuk kehidupan masa lampau.

Islam dan Syariat Adalah Paket Komplet

Sebagaimana disebutkan di dalam sirah, keengganan sebagian pemuka kafir Quraisy yang tak mau untuk bersyahadat kala itu adalah adanya pemahaman mereka bahwa dengan bersyahadat akan serta-merta memunculkan kewajiban untuk mentaati risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. kala itu, yaitu Islam dan hukum-hukumnya.

Mereka sangat sadar bahwa saat memberikan kesediaannya untuk menjadi muslim, maka akan melekat kewajiban untuk menjalankan syariat Islam. Inilah memang yang benar, seorang muslim haruslah terikat dengan syariat Islam itu sendiri. Bahkan, tak ada tawar menawar dalam ketaatan ini.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Yunus ayat 108 yang berbunyi, "Katakanlah: Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan Aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu."

Al-Qur’an sebagai bukti otentik mengenai syariat Islam yang harus dijalankan oleh kaum muslim merupakan kumpulan petunjuk agar manusia tidak sesat dalam kehidupannya. Sedangkan, sejatinya manusia yang berpaling dari petunjuk ini maka menjadi golongan yang sesat.

Sangatlah jelas digambarkan bahwa aturan Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an menjadi satu konsekuensi keimanan dari seorang muslim untuk dijalankan. Jikalau sampai ada pernyataan muslim yang mengungkap ketidakpercayaan terhadap penerapan syariat ini, maka keimanan dirinya pantas dipertanyakan. Bisa jadi, ini adalah satu upaya untuk lebih menancapkan hegemoni sekularisme dalam kehidupan kaum muslim. Agar mereka tetap memeluk Islam, namun menolak syariat Islam.
Wallahu 'alam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ummu Arifah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ujian LRT Bertubi-Tubi
Next
Pinjol: Bunga Selangit Bikin Hidup Makin Sempit
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram