"Jika untuk kenikmatan sesaat di dunia saja kita rela bersusah-susah dan berlelah-lelah, mengapa untuk kenikmatan yang kekal abadi di akhirat kelak, kita enggan untuk sedikit lelah dalam ibadah dan berjuang?"
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sudah sangat lazim diketahui bahwa hidup itu sangatlah singkat. Bahkan begitu singkatnya kehidupan ini, hingga diibaratkan sesingkat antara waktu azan dan ikamah. Jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat, dunia ini tentunya hanya sesaat saja. Bahkan perbandingannya adalah sehari kehidupan akhirat, seribu tahun kehidupan dunia ini.
Begitu singkatnya, sehingga Ibnu Abbas pernah mengingatkan kita, apabila kalian berada di pagi hari, maka jangan menunggu sore hari dalam beramal saleh. Begitu pun apabila kalian berada pada sore hari, jangan tunggu pagi hari untuk berbuat baik. Karena sesungguhnya kita tidak pernah tahu kapan maut akan menjemput kita atau kapan dihilangkannya niat baik dari hati kita.
Maka, lakukanlah ketaatan! Ambil bagian dari hidup kita untuk kematian kita. Karena sesungguhnya jika kematian itu telah tiba, kita sudah tidak bisa memanfaatkan tubuh kita lagi. Tubuh yang setiap hari kita jaga, kita pelihara ini, suatu saat akan menjadi santapan binatang tanah di dalam kubur kelak. Maka, jangan pernah sia-siakan anggota badan kita dengan melakukan kemaksiatan dan hal-hal yang tidak berguna.
Jauhilah maksiat! Ambil bagian sehat kita untuk bagian sakit kita. Perbanyak istigfar kita, maksimalkan tobat, tilawah Al-Qur'an, salat, puasa, jaga zikir saat badan kita sehat. Sebab kita tidak tahu bilamana sakit itu tiba. Sedang penyesalan menggelayut mengapa melakukan maksiat ketika sehat, sedang saat badan sakit, sulit sekali untuk melakukan ketaatan.
Jangan banyak alasan! Ambil bagian waktu luang kita untuk masa sibuk kita. Mari kita simak kisah Amirul Mukminin, Umar bin Khattab yang sangat jarang tidur siang maupun malam. Bagi beliau, siang adalah waktu untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dan pelayan umat, sedang malam hari beliau jadikan untuk memaksimalkan ibadahnya kepada Allah. Maka jangan pernah berkata, "Ah, aku sibuk, aku tidak sempat salat, tidak sempat kajian" Sungguh jangan beralasan untuk kebaikan, karena bisa jadi Allah akan benar-benar menyibukkan kita sehingga kita tidak sempat lagi melakukan amal saleh. Na'udzubillah.
Tuntutlah ilmu! Ambil bagian masa muda kita untuk masa renta kita. Selagi kita masih muda, maksimalkan menuntut ilmu untuk memperbaiki kualitas ibadah kita, untuk bekal masa tua kita. Karena di waktu tua akan semakin berkurang semua potensi dan kekuatan yang kita miliki. Penglihatan dan pendengaran yang mulai berkurang, daya ingat dan hafal yang kian melemah, kesehatan yang kian menurun dengan datangnya berbagai penyakit. Maka gunakanlah masa muda kita untuk mempersiapkan hari-hari itu tiba dengan terus belajar ilmu agama.
Jangan pelit, bersedekahlah! Ambil bagian harta kekayaan kita untuk masa sulit kita. Roda itu senantiasa berputar, kadang ia di atas, pun kadang ia di bawah, yang kaya pasti suatu saat nanti pasti akan merasakan kemiskinan. Perbanyaklah sedekah, apalagi jika kita mempunyai harta, jangan takut miskin harta, karena sesungguhnya sedekah tak akan mengurangi umur kita, pun banyaknya harta tak akan menambah umur kita. Sesungguhnya yang harus kita khawatirkan adalah kefakiran di akhirat kelak, berupa tiadanya aliran pahala untuk kita, karena tak ada sedekah jariah yang kita lakukan, anak saleh yang mendoakan, atau pun ilmu yang dimanfaatkan. Na'udzubillah.
Semua akan Kembali
Jangan pernah kita berpikir bahwa kita akan selamanya hidup di dunia. Hilangkan khayalan kita bahwa hidup itu hanya di dunia saja. Ingatlah bahwa kita semua akan kembali kepada Allah, setiap apa yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Sungguh Allah telah berfirman dalam surat Yunus, ayat 56,"Dialah (Allah) yang menghidupkan dan mematikan, dan kepada-Nya jua lah kamu akan dikembalikan."
Dunia ini hanyalah ladang mencari bekal. Rentang waktunya sudah ditentukan, tak akan ada yang bisa melampaui batas yang telah ditentukan. Dunia ini hanyalah tempat untuk melaksanakan ujian, setiap ujian yang datang harus kita selesaikan dengan baik dan sesuai aturan sang pembuat hukum yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala, agar kita kelak layak dikatakan lulus dan selamat di akhirat.
Khalifah Ali bin Abi Thalib menuturkan, "Kehidupan itu hanya dua hari. Satu hari yang berpihak padamu dan satu hari yang menentangmu. Saat ia berpihak padamu, jangan sombong dan ceroboh dan kala ia menentangmu maka bersabarlah. Karena sesungguhnya keduanya adalah ujian bagimu.
Begitu singkatnya kehidupan ini, sampai-sampai manusia akan lupa dan bingung, seakan-akan hidup ini hanyalah mimpi sekilas saja. Semua yang terjadi hanya sekejap mata, kesedihan yang menyapa hanya menyayat sebentar saja, begitu pula sebaliknya, kesenangan yang melenakan hanya sekelebat saja menemani. Imam Hasan Al Basri rahimahullah berkata, "Segala yang ada di dunia ini, hanyalah mimpi yang dialami oleh orang yang sedang tidur. Dia mengecap kebahagiaan dalam mimpinya beberapa saat, lalu terbangun untuk menghadapi kenyataan."
Pentingnya Mengelola Waktu
Sejatinya setiap orang telah Allah beri modal untuk mengarungi kehidupan ini. Modal ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya dan dengan usaha yang maksimal agar dapat bermanfaat. Maka, adalah pilihan manusia apakah dia mau menggunakan modal ini agar ia dapat meraih keuntungan ataukah membuang sia-sia dan menjadi orang yang merugi. Sejatinya modal ini adalah waktu yang kita jalani selama di dunia ini.
Maka, bagaimana pendapatmu jika melihat ada orang yang membawa banyak uang dan menyebarkannya di jalanan sambil tertawa? Pasti setiap orang akan menganggapnya gila. Tetapi akan sebaliknya, jika ada orang yang melakukan hal yang sia-sia, berhura-hura, tertawa dengan riang sambil menghabiskan waktu dengan santai tak bermanfaat, maka tak ada satu pun orang yang menganggapnya gila, bahkan dibilang biasa. Padahal, sejatinya waktu adalah hal yang paling berharga, yang tidak dapat dibeli dan diganti dengan apa pun juga. Manusia tidak menyadari bahwa satu detik yang terbuang dengan hal-hal selain ketaatan adalah kerugian besar dan kerugian ini tak akan pernah bisa ditebus dengan apa pun.
Waktu adalah anugerah Allah. Sungguh besar peran waktu dalam kehidupan manusia. Bahkan Allah telah bersumpah dalam beberapa ayat Al-Qur'an dengan nama waktu. Allah memberikan anugerah waktu ini berbeda-beda kepada setiap orang. Ada yang Allah beri banyak dan ada yang sedikit. Namun sedikit banyaknya waktu, maka lama-kelamaan pasti akan habis. Waktu yang kita jalani sering berlalu tanpa terasa. Waktu berjalan begitu cepatnya, apalagi di zaman akhir seperti sekarang ini.
Dalam sebuah hadis riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda,"Tidak akan terjadi kiamat sebelum waktu terasa singkat, sehingga setahun terasa seperti sebulan dan sebulan terasa seperti sepekan, seminggu bagaikan sehari, sehari bagaikan satu jam, dan satu jam terasa laksana sekejap mata untuk menyalakan korek api." Begitulah, berapa pun waktu yang kita miliki pasti akan habis juga, tibalah saatnya kita kembali kepada sang pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala yang pernah kita perbuat.
Sungguh hidup itu singkat, Kawan! Maka gunakanlah waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan memaksimalkan ketaatan dan memperjuangkan Islam sebagai bekal menuju kampung halaman akhirat nan abadi. Jangan biarkan waktu yang singkat berlalu tanpa kita sadari, sehingga akan kita sesali. Jika untuk kenikmatan sesaat di dunia saja kita rela bersusah-susah dan berlelah-lelah, mengapa untuk kenikmatan yang kekal abadi di akhirat kelak, kita enggan untuk sedikit lelah dalam ibadah dan berjuang?
Wallahu a'lam.[]
Photo : Canva