"Khilafah merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran Islam. Namun, Khilafah adalah kunci terlaksananya setiap aturan Islam, maka Khilafah dianggap sebagai "Taj al-furudh" atau mahkotanya kewajiban. Sebab, keberadaan Khilafah adalah jaminan terlaksananya ajaran Islam secara sempurna dan menyeluruh.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasIPost.Com-Saat ini dunia semakin karut-marut dengan segala problemnya, masyarakat dunia semakin sadar akan kebobrokan sistem kapitalis. Mereka mulai mencari sistem alternatif untuk menjadi solusi bagi keterpurukan dunia. Sejalan dengan itu, hari demi hari perbincangan tentang Khilafah sebagai sistem pengganti semakin meluas dan menggema. Terlepas dari pro dan kontra, Khilafah telah menjelma menjadi topik perbincangan yang menarik saat ini.
Perbincangan mencari sistem alternatif yakni sistem Khilafah Islam tak hanya disuarakan oleh masyarakat Indonesia. Pada tanggal 31 Oktober 2020, sukses terselenggara sebuah konferensi internasional yang berjudul Return of the Islamic World Order atau Kembalinya Tatanan Dunia Islam secara online. Acara tersebut mengupas tuntas segala kegagalan kapitalisme-sekularisme sebagai sistem kehidupan dalam mewujudkan kesejahteraan bagi dunia. Dalam konferensi tersebut, terjadi diskusi dalam mencari sistem alternatif lain yang mampu membawa kepada kesejahteraan. Sistem yang mampu menjawab berbagai permasalahan individu, masyarakat, maupun negara.
Sejak keruntuhan Khilafah pada 3 Maret 1924 di Turki, umat Islam laksana anak ayam yang kehilangan induknya. Mereka terpecah-belah tanpa pemersatu. Sekat-sekat nasionalisme telah menyayat-nyayat kesatuan tubuh mereka. Racun sekularisme telah mengerdilkan bangunan akidah mereka. Mereka dipaksa lupa bahwa ibu mereka telah dibunuh oleh kebiadaban demokrasi. Mereka tak berkutik dan akhirnya bertekuk lutut. Mereka tunduk menghirup opium kapitalisme dengan suka rela.
Maka lihatlah, sedikit demi sedikit tanah-tanah kaum muslimin dikerat-kerat oleh penjajah kafir. Syam lepas dan dibagi-bagi seolah ganimah. Hijaz lepas ke tangan pengkhianat. Sedang Turki sendiri menjadi rumah bagi sekularisme. Begitu pun negeri-negeri Islam lain seperti Aljazair, Tunisia, dan Indonesia menjadi sapi perah bagi bangsa penjajah Eropa. Jangan lupakan penderitaan saudara kita di Palestina, yang sampai detik ini semakin memburuk karena kebiadaban Israel.
Dunia tanpa Islam adalah kehancuran. Kebiadaban penjajah kolonial telah menghancurkan tatanan kehidupan di seluruh dunia. Kapitalisme memasuki setiap rumah muslim di seluruh dunia untuk merampok mereka. Dimulai dengan meracuni pemikiran-pemikiran mereka dengan virus-virus pemikiran yang sesat seperti: sekularisme, feminisme, hedonisme, dan lain sebagainya. Kemudian memaksa mereka untuk meninggalkan rumah mereka demi memburu kapital, meninggalkan agama, keluarga, dan norma-norma kemanusiaan.
Kapitalisme, sistem yang lahir dari keterbatasan manusia, sejatinya adalah racun berbisa yang disuntikkan barat ke negeri-negeri Islam. Dengan fakta yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, kian menunjukkan kelemahan dan kerusakan kapitalisme. Sungguh, hari demi hari kapitalisme berjalan menuju kehancurannya sendiri. Dengan banyaknya korban pandemi selama dua tahun terakhir, baik korban yang terpapar maupun yang terdampak di seluruh dunia, seakan menambah bukti kegagalan kapitalisme sebagai sistem kehidupan. Semakin ambruknya ekonomi dunia, telah membawa kesengsaraan tak berkesudahan. Dengan semua kenestapaan ini, maka dunia benar-benar membutuhkan sistem kehidupan baru sebagai solusi setiap permasalahan yang terjadi.
Khilafah adalah Solusi
Kepercayaan umat terhadap kapitalisme perlahan luntur. Umat telah jengah dengan segala kerusakan dan kebiadaban yang terjadi. Jurang kemiskinan kian dalam, sementara segelintir korporat menguasai hajat orang banyak. Bercokolnya pemimpin boneka yang menerapkan peradilan laksana hukum rimba. Imperialisme gaya baru semakin merajalela terutama di negeri-negeri muslim. Inilah segelintir kehinaan yang menggerogoti tubuh umat. Ditambah dengan sekularisme yang semakin menjangkiti umat Islam, menjauhkan mereka dari aturan agamanya, generasi yang kian bobrok, serangan budaya dan pemikiran barat yang terus menggerus jati diri umat Islam.
Dengan bertumpuknya kesengsaraan ini, umat merindukan kehidupan sejahtera yang lebih baik, yang mampu mengubah keterpurukan menjadi kejayaan. Maka, solusi itu hanya ada dalam Islam. Islam dengan sistem Khilafahnya, yang telah terbukti selama kurang lebih 14 abad memayungi dunia dalam kedamaian dan kesejahteraan. Khilafah menerapkan seluruh hukum-hukum Islam secara sempurna, serta mampu melindungi rakyatnya ketika kezaliman menimpa mereka.
Khilafah merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran Islam. Namun, Khilafah adalah kunci terlaksananya setiap aturan Islam. Maka, Khilafah dianggap sebagai_"Taj ul furudh"_ atau mahkotanya kewajiban. Sebab, keberadaan Khilafah adalah jaminan terlaksananya ajaran Islam secara sempurna dan menyeluruh. Khilafah merupakan sistem pemerintahan yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan dipraktikkan oleh para Khulafaur Rasyidin.
Membicarakan Khilafah maka tak bisa lepas dari sejarah kegemilangan Islam. Khilafah memimpin dua pertiga dunia selama kurang lebih 14 abad. Dalam rentang waktu yang panjang itu, Khilafah mampu membawa kesejahteraan bagi umat Islam di seluruh dunia, bahkan bagi mereka umat nonmuslim. Berbeda dengan kapitalisme yang lahir dari keterbatasan akal manusia, Khilafah adalah sistem kehidupan yang berasal dari Sang Pencipta. Sehingga sangat wajar, jika Khilafah mampu melingkupi dunia dengan kemakmuran dan ketenteraman. Timur hingga barat, umat Islam yang berbeda bangsa dan bahasa, budaya dan warna kulit, ras maupun agama, menembus batas-batas teritorial. Khilafah merupakan pengejawantahan dari Islam rahmatan lil alamiin.
Khilafah merupakan perisai yang mampu melindungi umat Islam dari setiap serangan musuh-musuhnya dan melindungi umat dari penindasan dan kezaliman. Khilafah menyatukan mereka dari badai perpecahan tersebab racun nasionalisme dan golongan. Khilafah mengembalikan umat 'on the track' ketika mereka mulai menyimpang dari jalan taat. Khilafah mampu merekatkan dan mengencangkan ikatan umat dengan tali ukhuwah Islamiyah.
Jika sekarang umat begitu mudahnya dipecah-belah dan diadu-domba, sehingga mudah untuk saling membenci. Maka, dengan Khilafah, umat akan menyadari betapa mereka adalah saudara. Begitu eratnya hubungan mereka laksana satu tubuh, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa,"Orang-orang beriman diumpamakan dalam saling mencintai, saling menyayangi dan saling mengasihi adalah laksana satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya jua, dengan sulit tidur dan merasa demam" Begitu kuatnya tali ukhuwah di antara mereka. Sehingga, mereka begitu peka merasakan sakit ketika sebagian saudaranya merasa sakit. Sebab, kasih sayang yang mengikat mereka adalah kasih sayang yang didasarkan pada kesatuan akidah. Maka, adanya Khilafah adalah sebagai penjaga eksistensi akidah ini.
Namun, lihatlah apa yang terjadi dengan tiadanya Khilafah. Pisau perpecahan begitu mudahnya mengiris-iris tubuh kaum muslim. Mencabik dan menghancurkan tubuh itu hingga berkeping-keping. Mereka dipisahkan dan dipaksa untuk saling membenci dan bermusuhan. Mereka diracuni dengan racun berbisa nasionalisme dan sekularisme. Mereka disayat dengan silet kapitalisme, mereka dipaksa berkorban dengan mantra demokrasi, mereka dibunuhi atas nama hak asasi.
Maka benarlah sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dalam hadis riwayat Ahmad, Ibn Hibban, Al-Hakim, dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiallahu 'anhu ia berkata,“Ikatan-ikatan Islam akan terlepas satu demi satu, ketika satu ikatan terlepas orang-orang akan bergelantungan pada ikatan selanjutnya. Sungguh ikatan yang terlepas pertama kali adalah al-hukm (kekuasaan/pemerintahan), dan ikatan yang terakhir adalah salat"
Dan sungguh sabda Rasulullah dalam hadis di atas benar-benar terjadi sekarang. Begitu kuatnya racun sekularisme telah menancap dalam diri umat, sehingga mereka tak lagi mengenal agamanya. Bagi mereka Islam hanyalah agama ritual semata, membatasi keagungan dan kesempurnaan syariat Islam hanya sebatas ibadah mahdhah saja. Mereka enggan membicarakan Islam politik, mereka tak percaya Islam adalah sistem kehidupan mumpuni. Mereka telah mengebiri ajaran Islam itu sendiri dengan batasan yang malah menghinakan Islam.
Mereka seakan buta dengan sejarah kejayaan Islam dalam naungan Khilafah. Para tokoh pemimpin mereka adalah para antek barat. Yang menjadi penjaga eksistensi racun nasionalisme. Tugas mereka untuk terus melanggengkan keterpurukan dan kesengsaraan umat tanpa mereka sadari. Sehingga, walaupun mereka tahu bahwa mereka sakit, namun tak mau dan malas mencari obat, bahkan mereka membenci para pembawa solusi.
Sungguh, betapa dunia membutuhkan Khilafah. Maka wahai saudaraku jangan membenci Khilafah karena ia adalah solusi. Sambutlah Khilafah karena ia keniscayaan. Songsonglah Khilafah karena ia adalah kabar gembira, dengan Khilafah sejahteralah dunia. Menegakkannya adalah kewajiban dari Sang Pencipta.
Wallahu a'lam.
MasyaAllah... Tulisan mbak aya menggugah sekali, kaya akan diksi dengan tutur yang mengalir enak dibaca dan mudah dipahami, nancep banget.
Izin share ya Mbak Aya dan NP.. Semoga para pembaca tercerahkan. Pembela dan pejuang syariah semakin melimpah. Hingga kemenangan yang dijanjikan itu, nyata di depan mata.