"Pantas kiranya jika penolakan rencana penamaan jalan di ibu kota dengan sosok pengkhianat Mustafa Kemal Attaturk, diikuti dengan penolakan secara tegas terhadap buah pemikirannya, yakni sekularisme dan liberalisme."
Oleh. Ummu Azka
NarasiPost.Com-Wakil Gubernur Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan rencana penamaan salah satu ruas jalan di ibu kota dengan nama Mustafa Kemal Attaturk merupakan bagian dari kerja sama Indonesia dengan pemerintah Turki.
"Jadi sama-sama ini Insya Allah bagian dari kerja sama antara Indonesia dan pemerintah Turki," kata Riza di Jakarta, Minggu (17/10)seperti dikutip dari cnnindonesia.com.
Meski belum terdapat kepastian jalan mana yang dimaksud, namun Riza menjanjikan akan segera mengumumkan lokasinya dalam waktu dekat. Penamaan tersebut merupakan keinginan kedua negara yang bekerja sama. Sebelumnya pemerintah Turki telah memberi nama jalan di negaranya dengan nama Ahmet Soekarno.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum MUI (Waketum), Anwar Abbas, menolak rencana penamaan jalan dengan nama Mustafa Kemal Attaturk. Menurutnya Attaturk adalah seorang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan.
"Jadi, Mustafa Kemal Ataturk ini adalah seorang tokoh yang kalau dilihat dari fatwa MUI adalah orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan," kata Anwar dalam keterangan resminya, Minggu (17/10).seperti dikutip dari cnnindonesia.com.
Bukan tanpa alasan, pada 2015 lalu MUI telah mengeluarkan fatwa keharaman pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Ketiganya merupakan pemikiran sesat yang akan menjauhkan seorang muslim dari agamanya.
Siapa Mustafa Kemal Attaturk?
Mustafa Kemal Attaturk merupakan Bapak Sekularisme Turki. Dia adalah orang yang telah merongrong kekuasaan Islam. Dengan siasatnya dia berhasil menduduki parlemen dan secara sepihak menjatuhkan kekuasaan khalifah saat itu. Hingga tahun 1924 diumumkan keruntuhan Khilafah Utsmaniyah.
Sejak saat itu, semua tatanan syariat di Turki diubah oleh Mustafa Kemal dengan tangan dinginnya. Azan berbahasa Arab diganti menjadi seruan berbahasa Turki. Bahasa nasional yang sebelumnya adalah bahasa Arab diganti dengan bahasa Turki.
Pakaian wanita khas Islam, yakni jilbab, burqa dan khimar diserukan untuk diganti dengan pakaian nasional Turki yang berkiblat ke Eropa. Berbagai hukum syariat dalam hal pidana maupun perdata dirombak dan diganti dengan hukum sekuler Barat.
Tindakan represif dan otoriter Mustafa Kemal dalam memimpin Turki ke arah yang diklaim sebagai modernisasi, telah menjadikan syariat Islam sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Bisa ditebak bagaimana nasib umat Islam kala itu? Umat Islam jatuh dalam lubang pesakitan. Sakit yang dialami umat hingga kini bahkan belum kunjung membaik.
Pemisahan agama dan kehidupan dunia (sekulerisasi) yang dilakukan Mustafa Kemal telah memecah belah persatuan kaum muslimin sedunia. Dengan mengadopsi sistem baru (demokrasi sekuler), Mustafa Kemal telah menumbalkan umat Islam kepada penderitaan sistemis hingga kini.
Keterpurukan yang dialami umat Islam di Turki berdampak kepada umat Islam di Nusantara. Seperti dikisahkan dalam literatur sejarah, umat Islam di Nusantara melalui kerajaan Islam telah berbaiat kepada khilafah. Hubungan baik yang dijalin kekhilafahan Islam dengan Nusantara terlihat mulai dari hubungan dagang hingga hubungan politik.
Secara politik, daulah khilafah menjalankan fungsinya sebagai pelindung dan pengayom semua wilayah yang telah berbaiat kepadanya. Salah satunya adalah saat banyak kerajaan di Nusantara terdesak oleh kolonialisme Belanda. Tak sungkan, para utusan kerajaan berkirim pesan kepada khalifah. Dengan sigap, khalifah mengirimkan bantuan, baik berupa logistik atau militer.
Hubungan baik dengan kekhilafahan yang terwujud dalam bingkai akidah bisa diimplementasikan dengan tegaknya syariat Islam. Semuanya sirna saat institusi pelindung umat Islam tiada di bawah pengkhianatan seorang Mustafa Kemal Attaturk.
Demikianlah sebagian gambaran seputar sosok Mustafa Kemal sebagai Bapak Sekularisme. Bahaya pemikirannya bisa dirasakan hingga kini. Jauhnya umat dari syariat kini membuat umat terpuruk dalam semua lini kehidupan. Kekayaan kaum muslimin dirampas, pemikirannya dikerdilkan. Kaum muslimin terjajah hingga seluruh hidupnya mengikuti kafir Barat dalam hal millah. Inilah penderitaan sejati.
Pantas kiranya jika penolakan rencana penamaan jalan di ibu kota dengan sosok pengkhianat Mustafa Kemal Attaturk, diikuti dengan penolakan secara tegas terhadap buah pemikirannya, yakni sekularisme dan liberalisme. Penolakan terhadap sistem fasad, sekularisme dan liberalisme serta menggantinya dengan sistem Islam dalam bingkai khilafaha akan membawa umat pada kemuliaan dan keberkahan dunia dan akhirat. Wallahu alam bishshowab.[]
Photo : Pixels