Hawariyyun Nabi, Zubair bin Awwam

"Segala pengorbanannya telah menunjukkan kualitas keimanan dan kemuliaan seorang Zubair bin Awwam. Hingga ia mendapat jatah bertetangga dengan Rasul di surga nanti."

Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebaik-baik umat pernah hidup di dunia ini. Mereka tak menggubris keelokan dunia, mereka lebih tertarik dengan kemegahan akhirat. Mereka sadar dengan sepenuh hati jika dunia hanya tempat singgah yang fana sedang akhiratlah tempat kembali dengan keabadiannya. Dunia bagi mereka hanyalah persinggahan, namun rumah sebenarnya berada setelah kematian.

Merekalah para sahabat Nabi, di tengah-tengah mereka Nabi hidup dan berjuang. Agama ini takkan tersebar luas andaikan mereka bukanlah orang yang setia, setia dalam suka dan duka bersama membangun sebuah peradaban mulia. Tubuh merekalah yang menjadi tameng hidup Nabi dalam setiap pertempuran. Namun, salah seorang sahabat mendapat gelar kehormatan dari sang Baginda, sebagai seorang hawariyyun, penolong Nabi. Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi, "Setiap Nabi itu punya seorang Hawariyyun (penolong). Penolongku adalah Az-Zubair."

Begitu indah ketika sebuah nama masuk dalam sebutan Nabi, apalagi dengan pujian. Setiap pujian Nabi bukanlah sekadar pujian kosong. Namun telah diamini oleh Sang Pencipta. Hal itu membuktikan kualitas diri bagi yang menerima pujian. Pujian itu pun dibuktikan oleh Zubair bin Awwam, dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng hidup bagi Rasulullah. Bahkan sahabat yang melihat tubuh Zubair pun akan terkejut melihat banyaknya bekas luka yang tersayat di tubuhnya. Itulah bukti nyata pujian Nabi bagi Zubair.

Asal-Usul Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam adalah anak dari Awwam bin Khuwailid, saudara Khadijah. Ibu Zubair bernama Shafiyyah binti Abdul Muthallib, bibi Nabi Muhammad saw. Bahkan istri Zubair yang bernama Asma binti Abu Bakar adalah saudara Aisyah binti Abu Bakar. Dengan demikian kekerabatan Zubair dan Nabi terjalin dengan kental. Bisa dikatakan jika Zubair adalah keponakan sekaligus ipar Nabi Muhammad saw.

Zubair memperoleh keislaman dalam usia muda. Ketika berumur 15 tahun, ia mendapat hidayah setelah mendengar dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Melalui Abu Bakarlah Zubair menerima keislamannya dan menjadi Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam).

Sepak Terjang Az-Zubair

Sebagaimana sahabat lainnya, ketika Zubair masuk Islam pertentangan dan penyiksaan juga tak menghindar darinya. Bahkan pelakunya adalah paman Zubair sendiri. Ia dimasukkan ke dalam tikar yang tergulung, kemudian dinyalakan api yang mengeluarkan asap, tak dimungkiri asap yang terjebak dalam ruangan membuat Zubair kehilangan udara segar, hanya sesak yang terasa. Namun, dalam keadaan seperti itu, ia tetap teguh memegang Islam sebagai agamanya.

Kecintaan Zubair pada Nabi takkan bisa dilukiskan dengan kata, ia hanya merajutnya dengan senantiasa berdekat-dekat dengan Nabi, menjadi orang pertama yang hadir ketika mendengar Nabi telah terbunuh. Sebelum ia sadar berita hoaks yang berkembang, ia telah menghunus pedangnya, bersumpah akan membalas semua orang Makkah. Nabi pun terharu dengan kesetiaan Zubair, hingga beliau mendoakan kebaikan untuknya.

Ketaatan Zubair pada Nabi pun tak perlu diragukan, ketika terjadi perang Khandaq yang membawa kaum muslim dalam keadaan kritis, Nabi bertanya siapa di antara mereka yang mengajukan diri untuk melibas penghianat dari kaum Yahudi Quraizah, Az-Zubairlah menjadi sahabat pertama yang pergi untuk menjawab pertanyaan Nabi dan kembali dengan menggenggam kemenangan dari Bani Quraizah.

Pengorbanan Zubair dalam menggadaikan nyawanya demi Islam tak sampai di sana. Ia yang merupakan seorang pedagang sukses, tak jarang menginfakkan ribuan dinar untuk kepentingan kaum muslim. Dalam buku Kisah-Kisah Terpuji Asmaul Husna, salah seorang sahabat berkata, "Zubair memiliki 1000 macam kekayaan yang digunakannya untuk berdakwah. Namun, tidak ada satu dirham pun masuk ke rumahnya." Bahkan ketika ia wafat masih menyisakan utang.

Zubair merupakan orang yang amanah, hingga rumahnya menjadi penitipan harta orang lain, namun ia menganggap semua titipan itu adalah utang. Sebuah titipan jika hilang maka bukan tanggung jawab bagi yang tertitipi, namun hal ini tak berlaku bagi Az-Zubair. Sebab, ia menganggap titipan adalah utang, maka hilang atau tidak harta titipan tersebut ia selalu menggantinya. Maka tak heran ketika Zubair wafat masih menanggung utang.

Tetangga Rasul di Surga

Segala pengorbanannya telah menunjukkan kualitas keimanan dan kemuliaan seorang Zubair bin Awwam. Hingga ia mendapat jatah bertetangga dengan Rasul di surga nanti. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi beliau bersabda, "Thalhah dan Zubair, keduanya adalah tetanggaku di surga".

Sebuah anugerah bisa berkumpul bersama Rasulullah di dunia maupun di akhirat. Demikianlah kualitas para sahabat Nabi. Bersama mereka dakwah dimulai, dari bersembunyi hingga terang-terangan. Dari segala canda, tangis, syukur hingga kesulitan-kesulitan yang kerap mereka hadapi. Pun dari satu penyiksaan ke penyiksaan lain, boikot yang serasa mencekam di bukit Abu Thalib, hingga terbebasnya mereka dari kekangan kafir Quraisy dengan hijrah ke Madinah. Menuju terterapnya hukum Islam yang mulia. Pengorbanan mereka pun terganjar dengan surga. Bahkan, sepuluh sahabat mendapat jaminan tanpa hisab, surga tempat kembalinya. Inilah sabda Nabi sebagai tiket emas menuju tempat kembali, "Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurrahman di surga, Saad (bin Abi Waqqash) di surga, Said (bin Zaid) di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga." (HR. Tirmidzi no. 3747). Allahu a'lam bis-showwab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Jomlo Istimewa
Next
Antara AUKUS vs Tiongkok, Bagaimana Nasib Indonesia?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram