Ketika Jalan Kami Terenggut Mobilmu

"Yang kupahami dalam Islam, jalanan termasuk fasilitas umum, haram dikuasai oleh individu. Karena jalanan menyangkut hajat orang banyak. Oleh karena itu, setiap individu sudah selayaknya memfungsikan jalan sebagaimana mestinya, tidak menggunakannya untuk kepentingan pribadi yang berimbas pada terganggunya kepentingan orang lain."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Redaktur Pelaksana NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Setiap pagi, gang sempit yang hanya cukup dilalui oleh satu mobil itu selalu padat. Bukan karena ada pasar kaget digelar di sana, melainkan deretan mobil-mobil yang diparkir di sisi jalan dan menyisakan sedikit saja jalan untuk orang berlalu lalang. Walhasil, aktivitas warga menjadi terganggu. Para pemotor harus rela menyalip sisa jalan sempit itu pelan-pelan, takut menyenggol mobil yang terparkir.

Belum lagi para pejalan kaki, harus bersabar menunggu antrean para pemotor untuk lewat terlebih dahulu. Lebih parah lagi jika ada mobil yang harus melintas, harus turun dan mengetuk rumah si pemilik mobil yang parkir agar memindahkan mobilnya sejenak. Kalau tidak, tentu saja mobilnya tak bisa lewat.

Setiap pagi hampir selalu begitu, sang pemilik mobil yang terparkir bahkan masih tertidur lelap di dalam rumah. Mereka tak sadar ada kerepotan yang terjadi di jalan depan rumahnya akibat mobilnya yang terparkir di sisi jalan. Begitulah kondisi jalan yang berada di wilayah tempat tinggal salah satu sahabatku. Dia pernah menceritakan itu di beranda facebooknya. Dan memang, banyak yang menanggapi di kolom komentar. Kebanyakan ikut merasa geram, karena rupanya kasus demikian banyak terjadi di mana-mana.

Begitu juga realita yang terpotret di wilayah tempat tinggal temanku yang lain. Di sepanjang gangnya berderet mobil-mobil yang terpakir di sisi jalan, kanan kiri berselang seling. Padat. Sampai-sampai ketika aku dan suamiku datang, sulit sekali untuk lewat. Akses jalannya tertutup mobil-mobil parkir. Hingga kami terpaksa harus memarkir mobil kami di ujung gang karena tidak bisa masuk.

Di beberapa tempat pun kudengar kondisinya sama saja. Banyak lapangan yang disulap menjadi tempat parkir, bahkan area masjid, berubah fungsi menjadi tempat parkir warga. Alasannya apalagi kalau bukan karena warga tak memiliki garasi sendiri, akhirnya terpaksa menggunakan area masjid untuk memarkir mobilnya. Biasanya setiap bulan, para pemilik kendaraan tersebut akan ditarik bayaran. Hal ini tentu jauh lebih baik ketimbang parkir di sisi jalan.

Ya, punya mobil tapi tak punya garasi adalah fenomena yang jamak
terjadi di tengah-tengah masyarakat hari ini. Akibat tak punya garasi, kendaraan roda empat tersebut terpaksa diparkir di jalan yang notabenenya adalah milik umum. Wajar jika kemudian, rakyat geram. Betapa tidak, haknya terenggut. Kenyamanannya terganggu.

Wajarlah jika pemerintah Kota Depok dan DKI Jakarta memberlakukan denda bagi para pemilik kendaraan roda empat yang tak punya garasi sampai Rp2 juta. Sebab memang sejatinya, kepemilikan kendaraan, lebih-lebih roda empat, yang tidak memiliki garasi tentu saja akan menzalimi pengguna jalan.

Yang sangat kusayangkan, mengapa tak disiapkan dahulu garasinya sebelum membeli mobilnya? Menurutku, lebih baik punya garasi tapi tak punya mobil daripada punya mobil, tapi tak punya garasi. Sebab, ketiadaan tempat memarkir mobil hanya akan merepotkan pemiliknya, serta berpeluang menzalimi orang lain.

Yang kupahami dalam Islam, jalanan termasuk fasilitas umum, haram dikuasai oleh individu. Karena jalanan menyangkut hajat orang banyak. Oleh karena itu, setiap individu sudah selayaknya memfungsikan jalan sebagaimana mestinya, tidak menggunakannya untuk kepentingan pribadi yang berimbas pada terganggunya kepentingan orang lain.

Ingatlah, sabda Rasulullah saw yang di dalamnya terkandung larangan mengganggu pengguna jalan.

"Hindarilah duduk-duduk di pinggir jalan!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana kalau kami butuh untuk duduk-duduk di situ memperbincangkan hal yang memang perlu?’ Rasulullah saw menjawab, “Jika memang perlu kalian duduk-duduk di situ, maka berikanlah hak jalanan.” Mereka bertanya, “Apa haknya?” Beliau menjawab, “Tundukkan pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam (orang lewat), menganjurkan kebaikan, dan mencegah yang mungkar.” (HR. Muslim)

Aku jadi semakin takjub akan keindahan Islam. Ah, andai Islam benar-benar diterapkan secara sempurna dalam kehidupan, sudah pasti segala keteraturan akan terwujud. Takkan ada orang yang berani semena-mena mengambil hak umum, sebab negara akan memberlakukan sanksi tegas atasnya.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang mengambil hak seorang muslim dengan sumpahnya maka Allah menentukan neraka baginya dan mengharamkan surga baginya,” ada seorang lelaki yang bertanya: “Walaupun itu adalah sesuatu yang sangat sederhana wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Walaupun sebatang kayu siwak dari pohon arak”

Setidaknya fakta yang terpotret di depan mataku hari ini, menunjukkan secara nyata bahwa hidup tanpa naungan sistem Islam memunculkan kekacauan. Tak ada junnah (perisai) yang mampu meluruskan segala penyimpangan yang terjadi. Padahal meski hanya perkara sepele, namun jika itu merupakan pelanggaran terhadap hukum syara, maka negara wajib menindaknya. Sebagaimana yang pernah terekam dalam sejarah bahwa Khalifah Umar bin Khattab sangat khawatir akan jatuhnya seekor keledai di jalanan Irak, tersebab ada lubang-lubang di jalan tersebut. Hal tersebut mengganggu pikirannya, maka Umar pun bersegera mengambil tindakan untuk memperbaiki jalanan tersebut. Begitulah potret pemimpin yang bertanggung jawab. Sebab ia memahami bahwa kepemimpinan adalah amanah langit yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Rabb semesta alam.

Dengan demikian, aku semakin yakin bahwa penerapan syariat Islam adalah jawaban atas segala permasalahan manusia, baik skala individu maupun negara. Dengan syariat Islam, niscaya kehidupan diselimuti berkah dan kebaikan.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Manuver AS ‘Rangkul’ Formosa di Tengah Konflik Taiwan-Cina
Next
Alih Fungsi Taman Solusi Tawuran?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Rita Handayani
2 years ago

Subhanallah... Bahkan hal yang seolah sepele pun yakni jalan, tempat parkir dan mobil akan selesai permasalahannya dengan Islam kaffah.

Terima kasih storytellingnya Mbak Hana... Sangat menginspirasi dan membuka mata hati. Betapa butuhnya kita terhadap aturan ilahi, yang tidak akan mampu diregulasi sistem culas dari barat, seperti Demokrasi, kapitalis, dan saudara-saudaranya. Pentingnya kehadiran Kekhilafahan yang akan mampu menerapkan aturan Islam secara menyeluruh.

Semoga umat Islam semakin banyak yang menyadarinya, hingga ikut serta dalam penegakkannya, aku sudah rindu hidup di bawah naungan Islam.

Terima kasih NP postingannya selalu keren-keren ..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram