Glorifikasi Pengusir Khalifah di Tanah Konsulat Khilafah

"Penting bagi umat Islam untuk memahami sejarahnya sendiri, yang tentu harus didapatkan dari sumber yang benar dan terpercaya, agar tidak mudah terbawa arus opini umum yang sebenarnya menyesatkan, sebagaimana glorifikasi akan tokoh yang menghancurkan institusi penting umat Muhammad saw. ini. Adapun bagi mereka yang memiliki kuasa di tangannya, agar benar-benar mengambil kebijakan yang didasarkan pada sudut pandang agama. Jangan sampai momen mulia kelahiran baginda Rasul saw. justru tercoreng dengan diangkatnya nama penghancur “sunnah politik” beliau sebagai nama jalan yang akan dilalui oleh banyak manusia."

Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Nama Betawi tentu bukan hal yang asing lagi, khususnya bagi para penduduk wilayah yang saat ini menyandang status sebagai ibu kota negara Indonesia. Kata Betawi yang berasal dari kata Batavia adalah nama yang disematkan oleh penjajah Belanda saat mulai meluaskan cengkeraman di daerah jajahannya di Hindia Belanda dulu, jauh sebelum nama Indonesia disepakati sebagai nama negara ini.

Tanah Betawi pun turut andil dalam melukis sejarah, karena pernah menjadi salah satu konsulat dari pusat kekuasaan kaum muslimin di akhir abad ke sembilan belas hingga awal abad ke dua puluh, yakni khilafah Utsmani.

Nicko Pandawa di dalam bukunya yang berjudul “Khilafah dan Ketakutan Penjajah Belanda” mengatakan bahwa terdapat 10 orang yang pernah menjabat sebagai konsul Utsmani yang pernah ditempatkan di Batavia dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun. Mereka bertugas sebagai penghubung khalifah kepada kaum muslimin serta penyambung asa umat Islam di nusantara yang saat itu masih dikenal sebagai Hindia Belanda dengan pusat kepemimpinan mereka di Istambul, Turki. Penempatan konsulat Utsmani pertama kali dilakukan pada tahun 1882 di bawah masa Sultan Abdul Hamid II berkuasa. Beliau begitu dihormati dan senantiasa didoakan oleh penduduk muslim di nusantara.

Itulah sedikit sejarah yang perlu diungkap ke tengah-tengah umat. Hanya saja, ada hal yang cukup menggelitik terjadi menjelang perayaan maulid Nabi Muhammad saw. Pasalnya, pemerintah Turki yang direpresentasikan oleh kedutaan besarnya di Jakarta mengusulkan penamaan salah satu jalan di Jakarta dengan nama Mustafa Kemal Attaturk. Hal ini disebut merupakan sebuah aksi timbal balik antara Turki dengan Indonesia, mengingat adanya nama Jalan Ahmed Soekarno di Ankara. Aksi resiprokal seperti ini juga dikatakan sebagai bentuk persahabatan antara dua negara, meski usulan tersebut masih bersifat rekomendasi dan belum mendapatkan ketukan palu, sebagaimana yang diwartakan oleh CNN Indonesia.

Nama Attaturk yang diusulkan sontak menjadi sorotan, tentu saja hal ini disebabkan karena sepak terjang serta keterkaitannya dengan Islam dan umat Islam. Attaturk sendiri merupakan gelar bagi sosok yang bernama Mustafa Kemal, yang memiliki arti “Bapak Turki”. Gelar ini jelas menunjukkan bahwa ia adalah peletak pondasi Republik Turki. Berawal dari kariernya di militer, nama Mustafa Kemal mulai dikenal oleh publik karena retorika serta pemikirannya yang dinilai brilian dalam urusan militer dan politik. Ia juga menjadi salah satu pentolan Turki Muda, organisasi kelompok sekuler yang menyuarakan kebebasan dan mendukung pemecahbelahan di tubuh khilafah Utsmani kala itu.

Dengan berbagai manuver liciknya, pada tahun 1909 mereka berhasil menurunkan Sultan Abdul Hamid II dari tampuk kekuasaan, mengusulkan khalifah penggantinya yang sejatinya tidak memiliki kekuasaan mutlak, sampai akhirnya mereka juga merombak struktur khilafah. Hingga puncaknya, tahun 1924 kelompok yang digawangi oleh Mustafa Kemal ini mengabolisi khilafah dan mengusir khalifah terakhir, yakni khalifah Abdul Majid II ke Swiss yang menandai hilangnya kepemimpinan umum kaum muslimin di seluruh dunia.

Rencana penamaan jalan dengan nama Attaturk ini menunjukkan betapa terbaliknya logika pemerintah negeri mayoritas muslim. Di masanya, Attaturk secara sengaja membuat Islam jauh dari kaum muslimin di Turki dengan dalih memajukan dan memodernisasi Turki. Saat Attaturk menjadi presiden pertama dari negeri yang dibangun dari puing-puing khilafah Islam ini, ia mengambil kebijakan yang sangat drastis bagi kehidupan umat Islam, seperti melarang azan dalam Bahasa Arab, salat tidak diperbolehkan menggunakan Bahasa Arab, hijab juga dilarang untuk dikenakan bagi para muslimah, hingga berbagai kebijakan politik yang sangat sekuler.

Andai saja penamaan jalan ini diseutjui dengan nama pengusir khalifah itu, maka hal tersebut menandakan kuatnya pengaruh ideologi sekuler di negara dengan penganut Islam terbesar di dunia. Sekularisme ditancapkan untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya, yang salah satunya termanifestasi dalam pengaburan tokoh-tokoh muslim lain yang berpengaruh dan malah memunculkan sosok yang secara nyata memusuhi Islam. Ideologi ini juga menjadi duri dalam daging bagi kaum muslimin, karena alih-alih memberikan jalan tengah yang diharapkan aman dan dapat diterima semua pihak, namun faktanya umat Islamlah yang harus selalu mengalah dalam praktik kehidupan. Inikah bentuk persahabatan dan penghormatan itu?

Maka dari kehebohan ini, menjadi penting bagi umat Islam untuk memahami sejarahnya sendiri, yang tentu harus didapatkan dari sumber yang benar dan terpercaya, agar tidak mudah terbawa arus opini umum yang sebenarnya menyesatkan, sebagaimana glorifikasi akan tokoh yang menghancurkan institusi penting umat Muhammad saw. ini. Adapun bagi mereka yang memiliki kuasa di tangannya, agar benar-benar mengambil kebijakan yang didasarkan pada sudut pandang agama. Jangan sampai momen mulia kelahiran baginda Rasul saw. justru tercoreng dengan diangkatnya nama penghancur “sunnah politik” beliau sebagai nama jalan yang akan dilalui oleh banyak manusia. Wallahu a’lam bisshawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Iranti Mantasari BA.IR M.Si Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Menunaikan Hak-Hak Nabi saw.
Next
Mahasiswa Terjerat Narkoba, Nasib Generasi Muda Kian Sekarat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dia Dwi Arista
Dia Dwi Arista
3 years ago

Pengaburan sejarah, menjadikan jalan di Jakarta bernama Attaturk, menunjukkan abainya pemerintah terhadap sejarahbummat Islam. Sama-sama dari Turki, kenapa bukan jalan AlFatih saja

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram