Dunia Pendidikan Suram, Generasi Terancam

"Sudah seharusnya pemerintah melakukan pembenahan dalam segala sisi dari dunia pendidikan hari ini. Betapa tidak, kita sudah begitu banyak disuguhkan dengan realita kelam di dunia pendidikan, mulai dari bangunan sekolah yang tidak layak, fasilitas belajar mengajar yang tidak memadai, kesejahteraan guru yang masih menjadi mimpi, akses pendidikan yang sulit bagi wilayah tertentu, hingga biaya pendidikan berkualitas yang kian melangit. Semua itu merupakan problematika yang perlu dipecahkan jika tak ingin potensi generasi intelektual di negeri ini terkubur hidup-hidup."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Redaktur Pelaksana NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Dari Abu Hurairah r.a berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR. Tirmidzi)

Benarlah adanya bahwa ilmu kelak akan membawa pemiliknya kepada derajat kemuliaan, bahkan menjadi wasilah masuknya dia ke dalam surga. Oleh karena itu, Islam begitu mendorong umatnya agar menjadi orang-orang yang berilmu. Namun, sayangnya di sistem kehidupan kapitalis sekuler hari ini, menjadi orang berilmu tak mudah jalannya. Begitu banyak rintangan dan hambatan yang harus dihadapi. Mirisnya, dominasi hambatan justru tercipta oleh sistem yang ada.

Sebagaimana video yang baru-baru ini viral, yakni tiga orang siswa berseragam SD lengkap dengan tas ransel di punggungnya tengah menyebrangi sungai dengan menggunakan kotak styrofoam untuk menuju ke sekolah. Kejadian tersebut terjadi di Desa Kuala 12, Kecamatan Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Namun, Pemkab OKI menanggapi hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa terjadi di desanya. Sebagaimana diungkapkan oleh Adi Perdana selaku Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan Desa Kuala 12 bahwa video tersebut membuat masyarakat menjadi resah karena hal kecil yang dibesar-besarkan. (Kompas.com/27-09-2021)

Berkat viralnya video tersebut, Adi Yanto selaku Kepala Bidang Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informasi OKI mengatakan bahwa beberapa dinas dalam lingkungan Pemkab OKI, seperti Dinas PU dan Bappeda telah mengadakan rapat demi meninjau urgensitas pembangunan jembatan di wilayah tersebut.

Pendidikan Wajib Dijamin Negara

Sejatinya memang pendidikan adalah hak setiap individu rakyat. Hal tersebut dalam rangka mereguk sebanyak-banyaknya ilmu demi bekal kehidupan. Maka, menjadi kewajiban negara menjamin terselenggaranya pendidikan yang merata kepada seluruh rakyatnya, tanpa terkecuali.

Faktanya, di negeri ini pemerataan pendidikan selalu menemukan kendala. Dapat kita saksikan betapa banyak rakyat yang tinggal di wilayah pedalaman atau pedesaan tertinggal sulit mengakses pendidikan. Tak sedikit di antara para siswa yang tinggal di wilayah tersebut harus melewati medan berbahaya, seperti yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir tersebut. Apa jadinya jika para siswa tersebut terjatuh lalu tenggelam, tentu sangat mengancam nyawa. Mirisnya, kondisi mengancam nyawa seperti yang dialami para siswa tersebut banyak juga terjadi di wilayah lainnya.

Pertanyaannya, mengapa fenomena demikian tak terendus oleh pemerintah? Bukankah semestinya pemerintah peka terhadap setiap jengkal kondisi rakyatnya? Mengapa di sistem saat ini, pemerintah justru baru bertindak setelah ada kasus yang diviralkan media?

Sudah seharusnya pemerintah melakukan pembenahan dalam segala sisi dari dunia pendidikan hari ini. Betapa tidak, kita sudah begitu banyak disuguhkan dengan realita kelam di dunia pendidikan, mulai dari bangunan sekolah yang tidak layak, fasilitas belajar mengajar yang tidak memadai, kesejahteraan guru yang masih menjadi mimpi, akses pendidikan yang sulit bagi wilayah tertentu, hingga biaya pendidikan berkualitas yang kian melangit. Semua itu merupakan problematika yang perlu dipecahkan jika tak ingin potensi generasi intelektual di negeri ini terkubur hidup-hidup.

Negara Kapitalis Pengabdi Materi

Sudah bukan rahasia lagi, jika negara yang mengadopsi sistem kapitalisme senantiasa berhitung untung rugi dalam setiap peluncuran kebijakannya. Maka seringkali kita jumpai, aneka kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang, tidak sama sekali berpihak pada rakyat. Dalam rangka mereguk materi pula, negara kapitalis menjadikan sektor pendidikan sebagai komoditas bisnis, bukan lagi murni sebagai lembaga pelayanan masyarakat. Akhirnya inilah yang menyebabkan biaya pendidikan kian tak terjangkau kantong rakyat jelata.

Dan di bawah naungan kapitalisme sekuler, negara juga abai menyediakan layanan pendidikan berkualitas yang merata di setiap wilayah. Akhirnya muncullah sekolah favorit dan tidak favorit. Eksesnya banyak sekolah yang kekurangan murid, tapi di sisi lain banyak sekolah yang justru kewalahan karena kebanjiran murid. Inilah efek dari ketidakmerataan kualitas sekolah, padahal sejatinya setiap orang tua pasti menginginkan anaknya bersekolah di tempat terbaik. Maka, pemerataan kualitas sekolah menjadi PR besar bagi pemerintah, bukan malah memberlakukan sistem zonasi yang jelas memunculkan polemik baru.

Kasus siswa SD yang menyebrangi sungai dengan kotak styrofoam semestinya mengetuk nurani pemerintah dan menyadarkannya bahwa generasi penerus bangsa hari ini begitu tertatih-tatih mendapatkan haknya, sementara pemerintah tidak juga mampu membenahi persoalan ini hingga ke akarnya. Sungguh, dunia pendidikan memerlukan sentuhan pengaturan sistem yang tak mengabdi pada materi, melainkan pada ketulusan melayani generasi.

Islam Menjamin Pendidikan Berkualitas

Islam yang sejatinya merupakan ideologi ternyata mampu mengurai benang kusut problematika di dunia pendidikan. Sebab Islam dengan sistem aturannya yang paripurna, memiliki konsep dan aturan yang terstruktur soal pendidikan generasi sejak asasnya. Islam memandang bahwa pendidikan merupakan kebutuhan dasar rakyat yang wajib dijamin oleh negara. Sebab, kualitas pendidikan akan menentukan kualitas sebuah generasi. Maka, negara yang menerapkan sistem Islam akan melakukan peri'ayahan totalitas demi mewujudkan pemerataan pendidikan yang berkualitas, serta berusaha menghilangkan segala hambatan dalam mengakses pendidikan.

Khilafah sebagai negara yang menerapkan sistem Islam telah membuktikan betapa sektor pendidikan begitu diperhatikan secara serius. Pertama, asas dan kurikulum pendidikan bersandar pada akidah Islam, sehingga output pendidikan adalah generasi yang tak hanya cerdas, inovatif, visioner dan mampu bersaing di kancah kehidupan, namun juga bertakwa dan berkepribadian Islam.

Kedua, metode pengajarannya dengan talqiyan fikriyan, yakni mampu membangkitkan pemikiran. Sehingga proses belajar tak hanya transfer ilmu, melainkan ada proses berpikir dengan memaksimalkan potensi akal. Dengan begitu, ilmu tak sekadar melekat dalam benak, melainkan berbuah menjadi amalan. Artinya Islam mengajarkan ilmu untuk diterapkan, bukan sekadar diketahui dan dihapalkan.

Ketiga, negara akan memberikan akses pendidikan yang mudah dan murah bahkan gratis kepada seluruh rakyatnya. Untuk itu, negara akan membangun sekolah di berbagai wilayah secara merata, sehingga tidak menumpuk di wilayah tertentu saja.

Keempat, negara akan mengapresiasi jasa para pendidik atau guru dengan gaji yang besar, sehingga tidak akan didapati guru yang mencari pekerjaan sampingan demi memenuhi tuntutan ekonomi. Hal tersebut pernah terjadi di masa Umar bin Khattab, yakni menggaji guru sebesar 15 dinar per bulan atau jika dikonversikan ke dalam mata uang hari ini adalah sebesar Rp57.375.000 (1 dinar= 4,25 gram emas, asumsi harga 1 gram emas saat ini Rp900.000).

Adapun sumber pembiayaan pendidikan tersebut diambil dari Baitul Mal, yakni kas negara khilafah. Sumbernya berasal dari harta kepemilikan negara seperti fai, kharaj, ghanimah, dan kepemilikan umum seperti hasil pengelolaan SDA oleh negara.

Demikianlah Islam melakukan peri'ayahan terhadap rakyatnya di sektor pendidikan. Terlihat sangat serius dan totalitas. Dan sejatinya sistem Islam dalam naungan Khilafah memang telah terbukti mampu memelihara urusan rakyatnya di semua sektor kehidupan. Benarlah adanya bahwa apa-apa yang bersumber dari Sang Pencipta sudah pasti akan membawa kebaikan dan harapan, sedangkan yang bersumber dari akal manusia yang lemah dan terbatas pasti akan memunculkan polemik dan nestapa. Masihkah kita mempertahankan sistem kapitalisme sekuler ini? Padahal sudah jelas generasi bangsa terancam di bawah naungannya. Wallahu'alam bisa shawwab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Epidemiologi Sepsis Penyumbang Tingginya Angka Mortalitas
Next
Meneladani Sifat Pemaaf Nabi Muhammad saw
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R Bilhaq
R Bilhaq
1 year ago

Inilah urgentnya diterapkannya sistem kepemimpinan Islam di muka bumi... sehingga tidak lagi muncul banyaknya kesemrawutan dalam segala aspek kehidupan..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram