Usia Tua, Bukan Kendala

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Asal kita mau berusaha, Allah akan membukakan pintu-pintu ilmu itu bagi kita. Tugas kita hanyalah berusaha untuk mempejari ilmu itu, belajar lagi dan lagi. Hingga maut menjemput kita."

Oleh: Mariyah Zawawi

NarasiPost.Com-Seperti biasa, sebelum kursus bahasa Arab dimulai, ustazah yang mengajar menanyakan kabar kami. Beliau pun menyapa salah seorang peserta kursus, sebut saja Umu Fulanah.

"Bagaimana kabarnya, Bu Umu Fulanah? Sudah sehat?" tanya Ustazah.

"Alhamdulillah, sudah sehat, Ustazah," jawab Umu Fulanah.

"Alhamdulillah. Kemarin sakit apa?" tanya Ustazah lagi.

"Tensi saya naik, Ustazah. Alhamdulillah sekarang sudah normal lagi," jawab Umu Fulanah.

Awalnya saya agak terkejut mendengar penjelasan Umu Fulanah. Akan tetapi, sejenak kemudian saya pun tersadar. Dalam hati saya berkata, "Iya ya, kami ini sudah tua, sudah lebih dari 40 tahun. Sudah ada potensi berkenalan dengan penyakit-penyakit degeratif."

Sebenarnya, kami belum tua-tua amat. Saya tahu, ada mereka-mereka yang usianya jauh lebih tua dari kami yang tetap bersemangat untuk belajar. Beberapa waktu yang lalu, saya pernah mengikuti kursus belajar menerjemahkan Al-Qu'ran. Di brosurnya disampaikan bahwa salah seorang pesertanya sudah berusia 78 tahun. Kemudian, di grup belajar bahasa Arab yang lain, ada nenek-nenek berusia 72 tahun yang ikut kursus.

Sewaktu saya mengikuti sebuah webinar, salah seorang narasumber bercerita bahwa ada seorang nenek yang mengikuti kuliah lagi setelah pensiun dari pekerjaannya. Nenek itu seorang pensiunan guru. Nah, ia sengaja kuliah lagi untuk memotivasi anak cucunya agar bersemangat dalam menuntut ilmu. Si nenek mengambil program magister dan doktoral. Ia pun berhasil meraih gelar doktornya pada usia 70 tahun! Luar biasa, kan? Usia tua sepertinya tidak menjadi kendala bagi mereka untuk terus mencari ilmu.

Ternyata, dulu juga ada ulama yang baru mulai belajar saat sudah beranjak dewasa. Mereka sangat bersemangat dalam mengkaji Islam. Hingga pada akhirnya, mereka berhasil menjadi ulama yang terkenal keilmuannya. Salah satunya adalah Ibnu Hazm.

Ibnu Hazm baru mulai belajar agama di usia 26 tahun. Memang belum bisa dikatakan tua. Namun, dibandingkan dengan ulama lain, Ibnu Hazm termasuk telat belajar. Biasanya, para ulama belajar agama sejak usia dini, sejak kanak-kanak. Sebab, orang tua mereka sudah mempersiapkan mereka untuk menjadi ulama.

Hal ini berbeda dengan yang dialami oleh Ibnu Hazm. Ia baru mulai belajar agama setelah merasa bahwa banyak hal yang tidak ia pahami. Di usia itu, ia baru tahu yang namanya salat Tahiyyatul Masjid. Ia juga baru tahu bahwa setelah salat Asar diharamkan untuk melakukan salat sunah. Dari situlah, ia tergerak untuk belajar agama dan akhirnya menjadi ulama di berbagai bidang. Beliau terkenal sebagai ahli di bidang sejarah dan ulama mazhab Dhahiri.

Ada lagi seorang ulama yang mulai belajar agama di usia 40 tahun. Ia adalah Ali bin Hamzah Al-Kisai. Meski tidak muda lagi, ia tetap bersemangat belajar. Pada akhirnya, ia berhasil menjadi seorang imam Qiraat dan ahli nahwu yang terkenal. Ia meninggal bersamaan dengan meninggalnya seorang pakar fikih bernama Imam Muhammad bin Hasan al-Syaibani. Saat mengetahui kematian dua ulama itu, Khalifah Harun Ar-Rasyid pun berkata, "Hari ini, ilmu fikih dan nahwu telah dikebumikan."

Di antara mereka yang telat belajar, ada seorang ilmuwan muslim yang terkenal. Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi yang lebih dikenal dengan sebutan ar-Razi. Ia juga mulai belajar setelah usianya lebih dari 40 tahun. Di masa mudanya, ia lebih tertarik dengan dunia musik. Namun, saat usianya mencapai 40 tahun, ia merasa tidak cocok dengan dunia itu. Ia kemudian mempelajari ilmu kimia dan kedokteran hingga banyak penemuan yang dilakukannya. Salah satunya adalah penemuan alkohol dan asam sulfur. Ia juga memelopori bedah saraf dan mata.

Ulama lain yang mulai belajar saat berusia 40 tahun adalah al-Qaffal al-Marwazi. Ia adalah seorang ahli fikih dari mazhab Syafi’i. Awalnya, ia berprofesi sebagai tukang duplikat kunci. Hingga di usianya yang ke-40, ia tidak memahami ilmu agama. Selama itu, ia hanya disibukkan dengan urusan mencari nafkah.

Namun, ia kemudian menyadari kekurangannya. Maka, di usia yang tidak lagi muda, ia gigih mempelajari agama. Berkat usaha kerasnya itu, ia berhasil menjadi seorang ahli fikih yang disegani di kalangan ulama mazhab Imam Syafi'i. al-Qaffal kemudian meninggal di usia 80 tahun.

Pengalaman hidup al-Qaffal ini dianggap oleh banyak ulama sebagai contoh terbaik pemberian hidayah Allah kepada manusia. Separo dari awal hidupnya, ia berada dalam kejahiliyahan. Namun, separo dari akhir hidupnya ia gunakan untuk mendekatkan diri kepada Rabb-nya.

Di antara para ulama yang baru belajar di usia dewasa, Sholeh bin Kaisan adalah yang tertua. Ia baru mulai belajar agama di usia 70 tahun. Meskipun sudah sepuh, ingatannya masih sangat bagus. Kemampuannya dalam menghafal hadis, bahkan mengalahkan kemampuan mereka yang lebih muda.

Membaca kisah para ulama beserta perjuangan mereka dalam menuntut ilmu, membuat saya menyadari satu hal. Yakni, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Asal kita mau berusaha, Allah akan membukakan pintu-pintu ilmu itu bagi kita. Tugas kita hanyalah berusaha untuk mempejari ilmu itu, belajar lagi dan lagi. Hingga maut menjemput kita.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Polemik Diskriminasi Dana BOS, Bantuan pun Tak Jadi Dibatasi
Next
Sejahtera dalam Sistem Ribawi, Ilusi!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram