Menulis dan Membaca Bagai Dua Sisi Mata Uang

"“Sebaiknya memiliki tempat khusus di rumah untuk menyendiri. Karena di sana kamu bisa membaca lembaran-lembaran buku dan menikmati indahnya petualangan pikiran.”
(Ibnu Jauzi )

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis)

NarasiPost.Com-Pasti ada maksud mengapa wahyu Allah Swt. pertama yang turun adalah surat Al ‘Alaq. Umat Islam hapal betul bagaimana bunyi ayat pertama surat tersebut, “Bacalah, dengan menyebut nama Tuhan-mu.”

Sebagai umat Islam, hendaknya tak lepas dari aktivitas membaca. Baik itu membaca Al-Qur’an, buku, alam sekitar, orang di sekeliling, dan sebagainya. Membaca bagian dari aktivitas mengisi nutrisi otak agar bisa berpikir dan menjadi informasi sebelumnya yang disimpan di dalam otak. Membaca adalah bagian dari aktivitas para ulama di masa dahulu. Maka tak heran, jika para ulama bisa menghasilkan karya yang banyak. Salah satunya karena para ulama banyak membaca.

Tentu patut ditiru apa yang pernah dilakukan oleh para ulama, sehingga waktu yang mereka miliki sangat berkah. Jika dilihat dalam waktu sehari semalam, para ulama bisa melahap banyak buku. Sementara kita, sehari semalam terkadang sulit walau hanya ingin mengkhatamkan satu buku. Apalagi buku yang dibaca sangat berat kontennya dan membutuhkan pemikiran ekstra dalam memahaminya.

Teladan Ulama dalam Membaca dan Menulis

Siapa yang tak kenal Ibnul Jauzi (w. 597 H), beliau pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Beliau mengatakan, jika menemukan buku yang belum pernah dilihat, seolah-olah mendapatkan harta karun. Ibnul Jauzi menasihati orang alim dan pencari ilmu, “Sebaiknya memiliki tempat khusus di rumah untuk menyendiri. Karena di sana kamu bisa membaca lembaran-lembaran buku dan menikmati indahnya petualangan pikiran.”

Lalu, teladan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (w. 728 H). Murid Ibnu Taimiyah, Al Hafizh Ibnu Abdil Hadi (w. 744 H) di dalam Mukhtasar Thabaqat ‘Ulama Al-Hadits menuturkan apa yang pernah dilakukan gurunya, “Beliau (Ibnu Taimiyah) banyak membaca buku, mendengarkan kajian ilmu selama bertahun-tahun, dan pernah mengkhatamkan Al-Ghailaniyyat sekali baca”.

Tahukah, bahwa kitab Al-Ghailaniyyat itu terdiri dari 11 juz. Bagi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah buku atau kitab setebal itu hanya sekali baca. Sungguh menakjubkan aktivitas para ulama, tak kenal lelah dalam menimba ilmu apa pun kondisinya.

Tak heran jika banyak karya yang dihasilkan dari mereka karena aktivitas membaca yang dilakukan tiada henti. Ratusan bahkan ribuan karya para ulama masih ada sampai saat ini dan sangat bermanfaat. Para ulama selain membuat karya sendiri juga menulis karya orang lain dengan tangannya sendiri. Misalnya, Al-Hafizh Al-Mizzi menyalin dua buku tebal.

Abu Bakr Al-Ismail dan Abu Ahmad bin Adi berkata, Ismail bin Zaid, sang pemburu hadis pernah menulis semalam suntuk 70 lembar catatan yang rinci. Waktu yang dilakukan hanya untuk mendekatkan diri pada Allah lewat aktivitas membaca dan menulis. Tak ada celah melakukan hal yang mubah apalagi haram seperti banyak yang dilakukan umat Islam saat ini. Bahkan, ulama akhir zaman tidak menggambarkan ulama di masa dahulu.

Renungan bagi Pejuang Literasi

Bagi siapa pun yang terjun di dunia literasi, harus sering membaca dan menengok apa yang pernah dilakukan oleh para ulama sebagai salah satu mood booster. Tentu aktivitas membaca dan menulis yang dilakukan semata hanya karena Allah dan bagian dari aktivitas dakwah. Lebih dari itu, aktivitas menulis ini sebagai jejak di dunia dan pahala jariah yang terus mengalir manakala sang penulis tak lagi ada di dunia.

Jika buntu menulis, maka menepilah terlebih dahulu dengan aktivitas merenung dan membaca. Karena bisa jadi, otak butuh refresh dan nutrisi yang lebih bergizi agar ide terus mengalir. Bisa jadi pula ada dosa yang harus segera ditobati, karena sibuk jadi tidak terpikirkan dan terlupakan. Jangan lupa, untuk selalu berpikir positif bahwa tulisan kita bisa bermanfaat dan mencerahkan orang lain. Maka, berupaya untuk selalu melakukan dan memberikan yang terbaik.

Sebagai wanita apalagi yang dikaruniai anak, berapa pun jumlah anaknya. Biasanya membuat mereka kesulitan mengatur waktu kapan membaca dan menulis. Ingatlah, memiliki pasangan hidup dan anak adalah kodrat kita sebagai wanita, namun tetap ada kewajiban yang harus ditunaikan selama hayat masih di kandung badan yaitu berdakwah baik lewat lisan maupun tulisan. Allah sudah menganugerahi akal pada kita, artinya sudah diberi keleluasaan untuk berpikir agar bisa mengatur waktu dengan baik.

Hal utama adalah selalu minta bimbingan Allah agar bisa menunaikan semua kewajiban yang menempel pada diri kita. Lalu, terus belajar dan belajar membagi waktu sehingga semua amanah bisa ditunaikan dengan baik. Menjalankan semua amanah dan kewajiban dengan baik, bukan berarti tidak memperhatikan kesehatan tubuh serta tumbuh kembang anak dan membuat kasih sayang kita kepada mereka berkurang. Sama sekali tidak seperti itu.

Bisa jadi dari interaksi kita dengan suami, anak dan siapa pun menjadi inspirasi menulis yang bisa disebar sebagai kebaikan dan amal saleh bahkan bisa menginspirasi orang lain. Jangan lupa, susunlah target dan timeline. Target dibuat bukan untuk membuat kita stres, tapi motivasi untuk sampai pada garis finis.

Buatlah target sesuai kemampuan, sehingga menjadi kebiasaan positif dan akhirnya aktivitas membaca dan menulis menjadi bagian dari hidup. Sehingga, jika tidak membaca dan menulis seperti ada sesuatu yang hilang dan hampa. Bersegeralah, karena umat butuh karya kita sebagai sarana hidayah menuju hijrah, pencerahan terhadap suatu ide yang dinanti serta motivasi berharga yang mampu memuaskan dahaga keilmuan.

Menulis tak harus menunggu sempurna, karena semua learning by doing. Ya, semua berproses untuk lebih baik. Dimulai dari karya sederhana, lalu istimewa dan mendunia dikenal manusia sepanjang masa. Tapi, tetap ingat tujuan menulis adalah demi meraih rida Allah. Adapun, kita menjadi terkenal itu bonus saja bukan tujuan utama agar hati kita tetap terjaga karena Allah.

Begitulah, membaca dan menulis bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Semoga tulisan ini bermanfaat khususnya bagi saya pribadi sebagai penulis pemula di dunia literasi. Terus belajar meningkatkan kualitas diri agar karya yang dihasilkan bisa lebih baik dari waktu ke waktu. Setiap tulisan ada jodoh pembacanya, jadi teruslah berkarya karena Allah.

Wallahu a’lam bi ash-shawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Sherly Agustina M.Ag. Kontributor NarasiPost.Com dan penulis literasi
Previous
SDM Menangkan Kompetisi Dunia, Indikator Kemajuan Negara?
Next
Harta Pejabat Naik, Rakyat Miskin Meningkat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram