Maraknya Praktik Klenik Akibat Sistemis

"Dari sini telah tampak bahwa negara yang menganut sistem kapitalisme sekularisme tak mampu menjaga akidah rakyatnya dan tak bisa membendung keberlangsungan praktik yang dilarang oleh agama".

Oleh. Neneng Sri Wahyuningsih

NarasiPost.Com-Sebuah pepatah mengatakan, “Sebuas-buasnya harimau, tidak akan memangsa anaknya sendiri." Hal ini bermakna bahwa binatang yang ganas saja tidak tega memakan anaknya sendiri. Hanya saja, tampaknya pepatah tersebut tidak berlaku bagi kasus yang kini tengah terjadi, yakni orang tua rela membunuh dan melukai anak kandungnya demi terselenggaranya praktik pesugihan/klenik.

Sebagaimana diwartakan dalam Kompas.com (5/9/2021), di Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, seorang gadis kecil berusia 6 tahun harus mengalami kerusakan pada mata kanannya akibat dicungkil oleh kedua orang tuanya. Tidak hanya itu, beberapa hari sebelumnya, kakaknya yang berusia 22 tahun pun menjadi korban. Ia dipaksa minum 2 liter air garam hingga akhirnya tewas. Tindakan sadis ini tidak hanya dilakukan oleh kedua orang tuanya saja, tetapi dibantu juga oleh paman dan kakeknya. Mereka menjadikan anak-anaknya tumbal untuk praktik pesugihan. Bahkan informasi dari berita lainnya, kedua orang tuanya mengaku bahwa selalu mendapatkan bisikan setan untuk melukai anaknya.

Miris! Seharusnya orang tua melindungi anaknya, namun yang terjadi justru sebaliknya. Mengapa peristiwa ini marak terjadi di negeri yang mayoritas muslim?

Sekularisme Menyuburkan Praktik Klenik

Praktik klenik ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi di negeri ini. Dua tahun sebelumnya, pernah terjadi hal pilu menimpa Asih. Ia diperkosa dan dijadikan tumbal oleh temannya (liputan6.com, 10/9/2019). Begitupun praktik serupa telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, baik yang meminta korban untuk dijadikan tumbal ataupun persyaratan lainnya demi melancarkan praktik mistis ini.

Jika ditelisik, ada banyak faktor yang menyebabkannya masih digandrungi praktik klenik di negeri ini di antaranya:

Pertama, faktor ekonomi. Ingin segera mendapatkan kekayaan tanpa harus bekerja keras terlebih dahulu bisa mengantarkan orang untuk mengambil jalan pintas ini. Terlebih hidup di zaman modern seperti sekarang ketika gaya hidup bebas dan mewah yang senantiasa dipertontonkan di layar televisi, majalah, dan media lainnya.

Di samping itu, saat ini semuanya serba dinilai dengan uang, sedangkan negara tidak memberikan jaminan dalam pemenuhan kebutuhan dan fakta di lapangan ternyata cukup sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Akhirnya ketika seseorang dihadapkan pada situasi seperti ini, yakni terhimpitnya ekonomi namun lingkungan mendorong gaya hidup hedonis, maka cara instan inilah yang mereka lirik karena dianggap salah satu jalan yang mampu mewujudkan keinginannya.

Kedua, lemahnya individu dalam memahami agama. Ketika tidak memahami dan meyakini bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemberi Pertolongan, Maha Mengabulkan do'a-do’a hamba-Nya, Maha Pelindung, dan lainnya maka tak heran menjadikannya berpaling dari Allah dan justru meminta bantuan kepada ‘orang pintar’ yang notabene dibantu oleh setan. Mereka menganggap pihak inilah yang ‘lebih mampu/lebih cepat’ untuk memenuhi keinginannya. Akhirnya dengan sukarela mengikuti setiap permintaannya termasuk melukai orang terdekat dan tidak peduli apakah perbuatannya itu sesuai dengan agamanya ataupun tidak.

Ketiga, abainya pemerintah dalam menjaga akidah umat. Negara tidak menganggap akidah merupakan faktor penting yang harus dijaga, sehingga ia tidak berhak mencampuri urusan akidah seseorang dan akhirnya melepaskan rakyat untuk bebas dalam berkeyakinan dan berperilaku. Tidak pula menganggap praktik klenik dan semacamnya sebagai suatu tindakan yang berbahaya atau kejahatan, tetapi hanya sebuah pilihan dalam keyakinan. Maka, wajarlah jika praktik kemungkaran tumbuh subur di negeri ini.

Ketiga faktor di atas bisa terus terjadi bukanlah tanpa sebab, melainkan karena memang didukung oleh sistem yang diterapkan di negeri ini, yakni sistem kapitalisme sekularisme. Paradigma berpikir dalam sistem ini menyandarkan kebahagiaan hidup hanya dinilai oleh materi dan memisahkan aturan antara agama dengan negara. Akhirnya mereka berlomba-lomba untuk memperkaya diri meski dengan menghalalkan segala cara. Dengan dalih melakukan ritual, mereka pun dibutakan untuk melakukan hal-hal aneh, melanggar agama bahkan di luar nalar.

Dari sini telah tampak bahwa negara yang menganut sistem kapitalisme sekularisme tak mampu menjaga akidah rakyatnya dan tak bisa membendung keberlangsungan praktik yang dilarang oleh agama. Lantas bagaimana solusinya agar parktik klenik ini bisa dihentikan?

Pandangan Islam Terkait Klenik

Islam memandang bahwa pesugihan atau klenik merupakan perbuatan syirik, yang berarti dosa besar. Hal ini dikarenakan meminta pertolongan kepada selain Sang Pencipta, yakni jin. Syekh Shalih Alu Syaikh hafizhahullâh mengatakan jin tidak akan menolong manusia kecuali jika dia merapatkan dirinya kepada para jin, memberikan sebagian ibadahnya, dan menyerahkan kekuasaannya kepada para jin sehingga mereka memperoleh kesenangan dengan manusia.

Adapun saat hari kiamat, mereka dikumpulkan dan saling menyalahkan. Allah akan menempatkan mereka ke dalam neraka karena telah bersekutu dan melakukan kesyirikan. Allah berfirman dalam surat Al- An’am: 128, “Ingatlah hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya sebagian daripada Kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan Kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman, “Neraka Itulah tempat tinggal kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

Khilafah Menjaga Akidah Umat

Dalam Islam, akidah merupakan pondasi kehidupannya kaum muslimin. Dialah yang akan menentukan kedudukan seseorang di hadapan Allah. Sehingga seluruh elemen, baik itu individu, masyarakat, dan negara harus berperan dalam menjaganya.

Dari segi individu atau instansi terkecil yakni keluarga, Allah memerintahkan untuk menjaga keluarga dari api neraka. Caranya, dengan menanamkan akidah yang kuat dalam diri anggota keluarganya dan menjadikan keridaan Allah sebagai tujuan hidup.

Ketika orang tua memiliki keimanan yang kokoh dan menyadari pentingnya misi tersebut, maka mereka akan berusaha untuk memberikan pertahanan bagi keluarganya agar terhindar dari perbuatan yang dilarang-Nya. Begitupun dalam lingkup masyarakat. Allah memerintahkan untuk saling melakukan amar makruf nahi mungkar. Sehingga ketika mereka melihat kemungkaran langsung mencegah dan mengingatkannya dengan cara yang baik.

Selain itu, Islam juga tidak mengakui sekularisme karena menganggap bahwa agama ini berperan sebagai landasan dalam pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dari landasan tersebut, Khilafah akan mengusung akidah Islam sebagai dasar negara, sehingga ia akan berusaha menjaga dan mengukuhkan akidah umat, tidak akan membiarkan aktivitas syirik tumbuh di dalamnya, serta memberikan sanksi yang tegas bagi pihak-pihak yang telah menodai akidah.

Khilafah juga akan menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Mengelola sumber daya alam tanpa campur tangan pihak asing dan dikembalikan lagi kepada rakyatnya serta membuka lapangan pekerjaan untuk memudahkan para ayah atau kaum laki-laki menafkahi keluarganya. Dengan begitu, mereka tidak perlu menggadaikan akidahnya hanya untuk memenuhi keperluan hidupnya. Adanya penjagaan sistemis terhadap akidah umat akan mampu menjauhkan rakyatnya dari perbuatan syirik. Kondisi seperti ini hanya akan terjadi di negeri yang menerapkan Islam secara sempurna. Jadi, mana yang akan kita pilih? Negara sekuler yang memberikan peluang besar bagi kesyirikan atau negara Khilafah yang mampu menghempaskan kesyirikan dan mengokohkan keimanan?

Wallahu a'lam bishshowab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Neneng Sri Wahyuningsih Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Neraca Logika, Saat Akal Dijadikan Tuhan
Next
Mengapa Harus Belajar Bahasa Arab?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram