Berada di sistem hidup saat ini membuat kaum muslimin dirundung lara. Bagaimana bisa mereka mengejar kesempurnaan iman mereka ketika terhadap penistaan itu mereka tak berdaya. َ“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai ia menjadikan aku lebih dicintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia.”
(HR. al-Bukhari).
Oleh. Ummu Wildan
NarasiPost.Com-Nabi kembali dinistakan. Sosok yang begitu mulia dan dimuliakan miliran orang di dunia seakan tak terjaga kehormatannya. Banyaknya orang yang memujanya seakan tak berdaya menjadi perisainya. Penguasa negeri-negeri muslim pun seakan tak punya kuasa memberi sanksi yang tegas apalagi mencegah terjadi pengulangan kejadian serupa.
YouTuber Muhammad Kece naik daun setelah melakukan penistaan agama. Ia menyebut Rasulnya umat Islam sebagai pengikut jin, juga mengubah salamnya umat Islam. Ia memang sudah ditangkap, namun hukuman yang menunggunya hanya 6 tahun penjara.
Belum hilang dari ingatan kasus penistaan terhadap agama Islam yang dilakukan oleh Joseph Paul Zhang. Meluruskan kesesatan Nabi ke-25 dan kecabulannya yang maha cabulullah, ujarnya. Sebuah penistaan yang nyata, namun kenyataannya selevel negara pun tak berdaya untuk menghukumnya. Saat ini dia bisa bebas di Belanda. Tak tersentuh oleh penguasa negeri-negeri muslim.
Kejadian serupa senantiasa terulang kembali. Viral, terkenal yang sering dicita-citakan menjadikan orang bisa menghalalkan segala cara. Kebencian terhadap Islam pun seakan menemukan surga pelampiasan. Tinggal ucapkan, terviralkan, hasrat pun terpuaskan. Tak ada ancaman hukuman yang bisa membuat orang jera.
Berada di sistem hidup saat ini membuat kaum muslimin dirundung lara. Bagaimana bisa mereka mengejar kesempurnaan iman mereka ketika terhadap penistaan itu mereka tak berdaya. َ“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai ia menjadikan aku lebih dicintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia.” (HR. al-Bukhari).
Ketika mencintai Rasulullah saw adalah perkara yang diwajibkan, maka penistaan terhadap beliau adalah perkara keharaman yang luar biasa. Allah Swt sendiri menjanjikan azab yang pedih bagi orang-orang yang menyakiti Rasulullah. (QS at-Taubah [9]: 61). Adapun di dunia maka hukuman bagi mereka yang ditetapkan oleh para ulama adalah hukuman mati. Al 'Allamah Al Qadhi 'Iyadh dalam kitab al-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428 menyatakan bahwa hukuman ini merupakan pendapat Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbali, Imam al-Laits, dan Imam Ishaq bin Rawahih.
Namun sayangnya, hukum ini tidak lagi diterapkan di negeri-negeri kaum muslimin. Sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalisme sekuler. Dalam sistem ini, l-Qur'an, Al-Hadis, Ijmak Sahabat, dan Qiyas disetarakan dengan akal manusia. Asas yang diambil adalah manfaat secara materi. Maka, hukum yang ditetapkan Allah Swt pun bisa diabaikan bila tidak bersesuaian dengan kepentingan yang dikejar.
Ketika hukuman mati dianggap tidak manusiawi oleh para pemuja HAM, maka berbagai cara akan dilakukan untuk meniadakannya. Apalagi dalam hal penistaan terhadap agama, tidak tampak kerugian materi maka penjara adalah hukuman tertinggi. Tak jarang pula yang terjadi adalah permohonan maaf di atas materai dan perkara pun selesai.
Bagi umat Islam tidak ada pilihan lain dalam penjagaan terhadap kehormatan Rasulullah saw dan simbol Islam lainnya selain penerapan sistem Islam. Sejarah sudah mencatat betapa kehormatan Islam akan terjaga ketika sistem Islam yang diberlakukan.
Ketika masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid, Voltaire berupaya mengadakan pertunjukan drama yang bertemakan "Muhammad atau Kefanatikan" dan berisi pula penghinaan terhadap sahabat Zaid dan istri Rasulullah saw, Zainab. Sultan Abdul Hamid yang mengetahui hal ini segera mengirimkan pesan kepada dutanya di Perancis agar meminta pemerintah Perancis menghentikan pertunjukan tersebut. Ia pun mengancam akan melakukan 'tindakan politis' jika permintaannya diabaikan. Pemerintah Perancis pun akhirnya membatalkan pertunjukan tersebut.
Tidak terima atas pembatalan tersebut, Voltaire pun menuju Inggris. Sultan Abdul Hamid pun kembali mengajukan protes. Awalnya Inggris menolak permintaan ini dengan alasan tiket pertunjukan telah habis. Namun, akhirnya pemerintah Inggris memerintahkan pembatalan pertunjukan tersebut karena takut atas ancaman Sultan yang akan mengumumkan jihad terhadap Inggris jika pertunjukan itu digelar.
Orang-orang yang benci terhadap Islam tidak akan berhenti berusaha menampakkan kebencian mereka dengan berbagai cara. Mereka tidak akan mengerti bahasa adab dan etika terhadap agama Islam. Negara-negara yang menerapkan sistem kapitalis sekuler pun bisa saja berlindung di balik alasan ekonomi, kebebasan berpendapat, dan sebagainya. Hanya kekuasaan riil yang bisa menghentikan mereka, yakni hanya kekuasaan yang bersumber dari Al Khaliq yang bisa. []