Memang,
Jalannya tinggi menjulang.
Berhamparkan duri dan ilalang.
Ujungnya tertutup luasnya padang.
Dipenuhi oleh musuh yang siap menghadang.
Agar engkau lari ke belakang.
Oleh. Novida Sari
NarasiPost.Com-Aduhai ramai di kalangan umat,
Berkerumun bagaikan benang kusut
Memperebutkan setetes bernama nikmat
Meskipun harus saling menyikut
Aduhai ramai pada manusia
Secara sadar tanpa terlupa
Berubah menjelma menjadi pendosa
Demi kenikmatan bernama dunia
Ada yang menanggalkan mantel kemuliaan
Tak peduli dengan kehormatan
Asal makan dan bermandikan berlian
Walau mendapat dosa seluas lautan
Ada juga yang menjual kata Sang Pemilik Kalam
Hingga masuk ke lembah yang kian kelam
Tak peduli masa depan buram
Dengan ancaman neraka jahanam
Nikmat yang dikejar dan dipertuhankan
Berupa harta dan jabatan
Atau bahkan demi sebuah kedudukan
Di hadapan yang bernama insan
Sungguh takkan membawa kenikmatan
Karena ia hanyalah kefanaan
Wahai manusia
Jangan terkecoh dengan dunia
Berapa pun nikmat yang tersedia
Hanya setetes dibandingkan samudera
Tak inginkah mendapat nikmat tiada tara
Tanpa batasan dan air mata
Karena ia berasal dari yang Maha Perkasa
Di akhirat bernama surga
Memang,
Jalannya tinggi menjulang
Berhamparkan duri dan ilalang
Ujungnya tertutup luasnya padang
Dipenuhi oleh musuh yang siap menghadang
Agar engkau lari ke belakang
Tapi yakinlah
Dengan semangat yang selalu merekah
Bersama sahabat di jamaah
Sungguh 'kan terasa lebih mudah
Maukah aku tunjukkan jalan yang paling mudah?
Meskipun perjuangannya tiadalah murah
Hasilnya betul-betul mewah
Hanya dengan menegakkan Khilafah
Yang meniru lakunya sang nubuwwah
Setetes nikmat
Takkan ingin dilihat
Manakala perjuangan telah memikat
Tuk meraih surga dengan penuh hasrat[]