Dengan Islam Kehidupan Menjadi Tumbuh dan Tangguh

"Jika manusia masih menjadi budak, tentunya manusia itu belum disebut merdeka. Sekarang kita bisa melihat bahwa kita masih terjajah secara nonfisik oleh sistem kapitalisme bahkan sudah sejak dahulu. Penjajahan ini merupakan penjajahan yang sangat berbahaya, paling mematikan, jika negara itu hilang keterikatan pada Rabb nya"

Oleh. Eli Ermawati

NarasiPost.Com-Dengan kalimat Takbir "Allahu Akbar" berabad-abad Indonesia berjuang mengusir para penjajah (Belanda, Inggris, Portugis, dan Jepang), akan tetapi setelah meraih kemerdekaan malah membesarkan paham kapitalisme, sekularisme, individulisme, hedonisme, serta pergaulan bebas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak heran setelah hidup di alam kemerdekaan (76 tahun) justru bangsa ini semakin terpuruk. Ketidakadilan, dominasi kekayaan alam oleh negara lain, jeratan utang dengan (riba) yang semakin menggunung, gempuran tenaga kerja asing, kemiskinan, pengangguran, tingkat kriminal, ketimpangan sosial, kemaksiatan merajalela, kerusakan moral, kebodohan dan lain-lain adalah fenomena yang masih kita rasakan hingga saat ini.

Di dalam pembukaan UUD 45 pada paragraf pertama,
"Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

Pada faktanya, penjajahan itu terus berlangsung hingga saat ini, artinya kita belum merdeka. Kita memang tidak terjajah secara fisik, namun kita terjajah secara nonfisik, padahal definisi merdeka itu sendiri adalah bebas. Bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya, berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, dari tuntutan penjara seumur hidup, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa (Lihat KBBI ; Merdeka).

Negara kita masih terbelenggu dan terikat dalam ideologi kapitalisme, baik secara politik maupun ekonominya, terjajah oleh budaya dan moral produk pemikiran asing, seperti sekularisme, liberalisme, hedonisme, dan budaya permisif yang kian menggerus jati diri bangsa.

Bagaimana mungkin slogan kemerdekaan dengan "76 Tahun Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh" bisa digunakan , sedangkan negaranya masih terjajah? sebab negara bisa dikatakan tumbuh jika diiringi dengan kesejahteraan yang meningkat. Dalam Islam kesejahteraan diukur dari individu ke individu lainnya. Mereka bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan dengan cara baik. Karena sejahtera itu menunjuk pada keadaan yang baik, yakni kondisi orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat, dan damai. Akan tetapi kondisi saat ini justru kebalikannya.

Dilansir dari TribunNews.Com, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah orang miskin di Indonesia pada Maret 2021 sudah mencapai 27,54 juta orang. Jumlah itu membuat tingkat kemiskinan mencapai 10,14 persen dari total populasi nasional. Dan masih banyak kita jumpai orang-orang yang hidupnya serba kekurangan bahkan untuk makan saja susah, karena kebutuhan hidup yang serba mahal, dengan tempat tinggal yang kurang layak, mencari pekerjaan sulit, biaya pendidikan dan kesehatan mahal.

Adapun negara yang tangguh itu sistem politik ekonominya tidak membebek negara Barat ataupun Timur, tidak pula netral namun memiliki kekuatan yang khas dan sahih. Juga sistem pendidikannya menjadi mencusuar peradaban, menghasilkan generasi berkepribadian Islam, pola pikir yang cerdas dan bersikap bijak berdasarkan syariat Islam. Kemudian sistem kesehatannya kuat dengan tenaga medis yang mumpuni serta fasilitas lengkap, sistem keamanan dan ketahanannya pun hebat, tidak mudah dirongrong negara lain, mampu menjaga kedaulatan di wilayah darat, laut dan udara, memiliki industri militer sendiri, tidak impor atau membeli senjata dan barang militer bekas dari negara lain.

Kondisi saat ini menunjukan bahwa Indonesia belum tangguh dan tumbuh, kemiskinan yang semakin sulit, ketahanan pangan masih bergantung pada negara lain, tidak adanya ketahanan militer, utang negara yang semakin menggunung, dan masih banyak lagi kesulitan lainnya. Berdasarkan data Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah sampai akhir Juni 2021 sebesar Rp6.554,56 triliun. Angka tersebut 41,35 persen dari rasio utang pemerintah terhadap PDB. (Merdeka.com). Utang inilah yang membuat kita terjajah dan tertunduk dengan negara si pemberi utang. Jelaslah negara kita belum merdeka.
Karena dalam Islam kemerdekaan yang hakiki merupakan keadaan di saat kita terbebas dari segala bentuk penghambaan terhadap makhluk menuju penghambaan secara totalitas kepada Allah Swt.
Kita tidak terikat, tidak tunduk, tidak patuh pada aturan makhluk. Maka jika penguasanya hanya menghamba kepada Allah Swt, merdekalah semua yang berada di bawah naungannya.

Hal ini disebut oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, “Ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah adalah kemerdekaan yang hakiki, (sehingga) orang yang tidak menyembah kepada Allah semata, maka dia adalah hamba (budak) bagi selain Allah.”
Jika manusia masih menjadi budak, tentunya manusia itu belum disebut merdeka. Sekarang kita bisa melihat bahwa kita masih terjajah secara nonfisik oleh sistem kapitalisme bahkan sudah sejak dahulu. Penjajahan ini merupakan penjajahan yang sangat berbahaya, paling mematikan, jika negara itu hilang keterikatan pada Rabb nya.

Hanya dengan Islam Indonesia ini menjadi tumbuh dan tangguh, dengan Islam pula kehidupan menjadi sejahtera, karena dengan Islam kita bisa hidup tentram dan nyaman tentunya di bawah naungan khilafah Islamiyyah. Namun itu semua tak akan terwujud jika kita masih duduk dalam pangkuan sistem rusak yang menjajah ini, tidak akan terwujud jika tak bangkit membersihkan sampah-sampah pemikiran yang kuffar ini. Maka, penting bagi kita untuk membebaskan rakyat dari belenggu sistem kapitalis, mencerdaskan umat, memerdekakan dan mengembalikan pikiran umat menjadi pemikiran yang ideologis dengan cara berdakwah. Supaya kehidupan ini tertata sesuai dengan aturan Ilahi dan meraih merdeka yang hakiki. Apa yang kita dakwahi itu adalah solusi untuk umat manusia, bukan solusi untuk diri sendiri saja.

Wallahu'alam Bissawab

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Eli Ermawati Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kaca Mata Covid
Next
Tunjuk Bintang Petunjukmu Dari Bumi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram