Memutus Rantai Gajah Pengemban Dakwah

"Salah satu naskah Challenge ke-4 NarasiPost.Com dalam rubrik Motivasi"

Oleh Merli Ummu Khila
(Pegiat Dakwah)

NarasiPost.Com-Pernahkah mendengar istilah rantai gajah? Konon dikisahkan seekor gajah yang ditambatkan oleh pemiliknya dengan mengikat kaki gajah tersebut dengan rantai baja yang kokoh. Awalnya gajah tersebut meronta untuk melepaskan diri, namun tidak berhasil. Setiap kali gajah tersebut berlari, namun ikatan tidak kunjung terlepas dan membuat gajah tersebut tersungkur.

Suatu hari si pemilik melonggarkan ikatan pada gajah tersebut. Namun, gajah yang malang itu sudah terlanjur tertanam dibenaknya bahwa dia tidak akan berhasil kabur. Akhirnya dia tidak bergerak untuk kabur meskipun rantainya sudah dilonggarkan.

Persepsi seperti ini yang sering kita alami khususnya pengemban dakwah. Kebiasaan yang terbentuk lama membuat kita seolah tidak bisa berubah mengikuti perkembangan zaman. Mindset yang tertanam dalam pikiran menghalangi kita untuk maju.

Padahal tidak ada yang tidak mungkin selama kita berusaha. Harusnya bukan berkata "Saya tidak bisa" tapi katakan "Orang lain bisa, kenapa saya tidak?" Dengan ini, maka kita akan terpacu untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Lalu kiat apa saja agar kita bisa memutus rantai gajah tersebut.

Motivasi Kuat untuk Berubah

Pertama, kita harus mengenali apa rantai gajah kita? Malas, tidak bisa mengatur waktu atau demam panggung. Jika sudah mengenali rantai gajah yang akan kita putus, kita harus mempunyai motivasi yang kuat untuk berubah. Keteguhan hati sangat menentukan berhasil atau tidaknya memutus rantai gajah.

Menjadi seorang pengemban dakwah adalah sebuah kewajiban bukan pilihan. Maka ketika kita sudah mengazamkan diri untuk mengemban dakwah, maka sejak saat itu kita harus senantiasa menjadikan dakwah sebagai poros. Kekacauan yang terjadi di sekitar kita serta kezaliman penguasa terhadap rakyat harus segera disudahi jika tidak mau penderitaan rakyat makin berkepanjangan.
Kita tidak hanya cukup mengelus dada dan menangisi penderitaan ini. Tapi harus berjuang demi sebuah perubahan dalam bentuk kontribusi nyata. Pengemban dakwah harus siap untuk memprioritaskan dakwah dibandingkan yang lain. Hal ini membutuhkan kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi.

Kedisiplinan Membangun Habit

Tekad yang kuat tanpa kedisiplinan maka akan mudah futur dan menyerah. Sebuah aktivitas yang ringan saja jika tidak disiplin maka sulit untuk menjadi kebiasaan atau habit. Sebaliknya, aktivitas yang berat jika disiplin dilakukan maka akan menjadi kebiasaan yang ringan.

Kedisiplinan menjadi kunci utama terbentuknya habit dakwah. Kadang kita terlalu santai melewatkan satu hari tanpa perencanaan atau tidak bisa membagi waktu. Sehingga waktu habis untuk berkutat pada kegiatan domestik saja.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

  1. Buat to do list atau kegiatan harian beserta durasinya.
  2. Buat jadwal untuk habit dakwah yang ingin kita bangun. Misal dakwah sosmed, kita harus mengalokasikan waktu di primetime yaitu jam di mana orang sedang aktif di medsos. Misal jam 06.00-08.00, 11.00-13.00, 15.00-17.00, 18.00-21.00. Diempat waktu tersebut buat jadwal minimal durasi 20 menit untuk dakwah medsos.
  3. Sesuaikan jadwal tersebut dengan kegiatan rutin, misalnya pekerjaan rumah. Misal, pagi kita kadang ingin menyelesaikan semua pekerjaan rumah sampai lewat dari jam 9. Akhirnya primetime pagi untuk dakwah medsos terlewatkan. Padahal kita bisa menunda pekerjaan yang lain misal mencuci atau pekerjaan lain.
  4. Tulis di kertas dan tempel di tempat yang mudah dilihat. Buat reminder di alarm atau minta bantuan orang serumah untuk mengingatkan. Lakukan selama 21 hari tanpa jeda. Tipsnya agar mudah terbiasa, lakukan setelah salat fardu. Di momen itu iman kita sedang recharge, maka aktivitas dakwah setelahnya Insyaallah dilakukan dengan semangat.

Optimis Bisa Berubah

Ketika kita sudah mempunyai niat untuk berubah menjadi pribadi yang disiplin, menjadikan dakwah sebagai poros. Maka bersiaplah berlelah-lelah untuk membangun kebiasaan baru kita. Tentu saja akan berat di awal tapi kita akan merasakan betapa ringannya aktivitas tersebut ketika sudah menjadi kebiasaan.

Seorang pengemban dakwah seyogianya sudah mempunyai pemikiran Islam yang benar. Tsaqafah inilah yang menjadi amunisi kita untuk mendakwahkan Islam. Setiap aktivitas yang kita lakukan harus menjadikan hukum syara sebagai tolok ukur. Belajar untuk melakukan sesuatu berdasarkan skala prioritas. Banyak kegiatan yang hukumnya mubah bisa kita tinggalkan jika hanya membuang waktu sia-sia.

Walhasil, yakinlah bahwa yang paling disesali oleh manusia ketika sudah mati adalah waktu yang disia-siakan. Waktu yang tidak dipergunakan sebaik mungkin untuk meraup pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal. Bahkan Allah bersumpah demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Dakwah merupakan investasi pahala tanpa batas waktu hingga kita menutup mata. Pahala kebaikan itu akan terus mengalir selama orang yang kita tunjuki melaksanakan kebaikan tersebut. Mungkin kita belum bisa berinfak harta tetapi berbekal ilmu kita mampu menebar kebaikan pada sesama. Wallahu a'lam bishshawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Merli Ummu Khila Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ukhuwah dan Kebangkitan
Next
Besar Pasak daripada Tiang, Negara Sekarat!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram