Abu Lahab dan Keagungan Kalamullah

“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.” (TQS. Al-Lahab [111] : 3)

Oleh : Novida Sari, S.Kom.
(Majelis Taklim Islam Kaffah Mandailing Natal)

Narasipost.com-Sama-sama buah hati Abdul Muthalib, berwajah cerah, bermata juling dan rambut dikepang, paman Rasul Saw. yang di kemudian hari dipanggil Abu Lahab ini memiliki nama Abdul Uzza. Pada awalnya Abdul Uzza sangat menyayangi Muhammad, sang keponakan yang telah menjadi yatim piatu sejak kecil. Bahkan, ia meminta kepada sang ayah agar pengasuhan Muhammad diberikan kepadanya, bukan kepada saudaranya Abu Thalib. Karena ia lebih mampu dari segi finansial. Akan tetapi, Abdul Muthalib memberikan pengasuhan kepada saudara seibu dari ayahnya Muhammad, yakni Abu Thalib.

Di dalam perjalanan hidupnya, karakter Muhammad Saw. telah tampak kemuliaannya sejak kecil. Terbukti kaumnya memberinya gelar Al-Amin, yang dapat dipercaya. Gelar yang tidak muncul secara instan. Karena di tengah rusaknya peradaban Makkah yang menjadi tempat ibadah haji sejak zaman Nabi Ibrahim alaihi salam, kaumnya justru percaya kepada Muhammad. Mereka melihat kejujurannya tatkala menjadi pedagang, mereka percaya menitipkan barang-barangnya tatkala keluar dari kota dan yang paling penting mereka rida akan keputusan Muhammad Saw. tatkala menyelesaikan pertikaian dalam peristiwa peletakan kembali Hajar Aswad ke tempatnya.

Hingga di satu waktu, tatkala Muhammad Saw. telah diangkat menjadi nabi dan rasul yang terakhir. Kemudian ia mengumpulkan kaumnya sebagaimana yang telah diceritakan kepada kami. Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami dari Al-A'masy, dari Amr Ibnu Murrah, dari Sa'id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw. keluar menuju lembah Batha, lalu ia menaiki bukit yang ada padanya dan berseru, “Awas! Ada musuh di pagi hari ini!”

Maka kaum Quraisy berkumpul kepadanya, kemudian Muhammad Saw. bersabda: “Bagaimanakah pendapat kalian, jika aku menyampaikan berita kepada kalian bahwa ada musuh yang akan datang menyerang kalian pada pagi atau petang hari, apakah kalian akan percaya?”

Mereka pun menjawab, “Ya, kami percaya.”
Kemudian Muhammad Saw. bersabda, “Maka sungguh aku memperingatkan kepada kalian akan datangnya azab yang keras.”

Maka seketika itu, kecintaan Abu Lahab pun berubah menjadi kebencian. Karena ia tahu persis bahwa sang keponakan telah membawa agama baru yang bertentangan dengan peradaban yang ada. Muhammad akan memecat 'Tuhan' Latta dan Uzza yang selama ini mereka puja. Lantas Abu Lahab pun berkata, “Celakalah kamu ini, karena inikah engkau mengumpulkan kami?”

Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ
Artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (TQS Al-Lahab [111] : 1), hingga akhir surah.

Konteks dari surah ini menunjukkan kutukan yang diberikan kepada Abu Lahab, kebinasaan akan meliputi hidup Abu Lahab dari tinjauan syariat. Ia tidak akan pernah menjadi orang yang beruntung di sisi Allah Swt. meskipun ia memiliki hubungan kekerabatan dengan Muhammad Saw.

Ayat ini juga menunjukkan keagungan kalamullah, turun ketika Abu Lahab masih hidup. Di sepanjang hidup Abu Lahab, ia senantiasa memusuhi Muhammad Saw. beserta ajaran Islam yang dibawanya dengan permusuhan yang luar biasa. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad di dalam tafsir Ibnu Katsir, telah diceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Abul Abbas, telah menceritakan kepada Abdur Rahman bin Abu Zanad, dari ayahnya yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama Rabi'ah bin Abbad, dari bani Dail, pada mulanya dia adalah seorang jahiliyah, lalu masuk Islam. Dia berkata bahwa ia pernah melihat Nabi Muhammad Saw. bersabda di masa jahiliyah di pasar Zul Majaz : “Wahai manusia, ucapkanlah, ‘Tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah’. niscaya kamu beruntung.”

Sedangkan pada waktu itu orang-orang berkumpul mengerumuninya. Akan tetapi, di belakangnya terdapat seorang laki-laki yang mengatakan, “Sesungguhnya dia adalah orang pemeluk agama baru lagi pendusta.”

Orang yang berwajah cerah itu senantiasa mengikuti Muhammad Saw. kemana pun beliau pergi seraya menghalangi manusia untuk beriman dengan menimpali bahwa Muhammad berdusta. Aku bertanya mengenai laki-laki itu, kemudian dijawab bahwa laki-laki itu adalah pamannya sendiri, Abu Lahab.

Ibnu Mas'ud berkata, ketika Rasulullah Saw. menyeru kaumnya kepada iman. Abu Lahab berkata, “Jika yang dikatakan oleh keponakanku ini benar, maka sesungguhnya aku akan menebus diriku di hari kiamat dari azab dengan harta dan anak-anakku.” Maka Allah Swt. berfirman:

مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ

Artinya : “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” (TQS. Al-Lahab [111] : 2).

Karena kelak ia akan kembali ke tempat yang buruk, sebagai balasan atas permusuhannya kepada agama Allah Swt. sebagaimana firman Allah Swt.
سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ

Artinya : “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.” (TQS. Al-Lahab [111] : 3)

Abu Lahab bersama dengan istrinya, Ummu Jamil senantiasa bekerja sama di dalam menyusahkan dan menghalangi tugas risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad Saw. mereka selalu bahu-membahu di dalam kekufuran. Karena hal ini, kelak di hari kiamat ummu menjadi pembantu yang mengazab Abu Lahab di dalam neraka Jahanam. Sebagaimana firman Allah Swt. di ayat berikutnya,

وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ.

Artinya : “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.” (TQS. Al-Lahab [111] : 4)

Ummu Jamil memanggul kayu bakar, lalu ia akan melemparkannya kepada suaminya supaya api yang membakarnya bertambah besar. Ummu Jamil memang diciptakan untuk membantu mengazab suaminya.

Pada akhir surah disebutkan,
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ ࣖ.

Artinya : “Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (TQS. Al-Lahab [111] : 5)

Sa'id Ibnul Musayyab berkata bahwa dahulu istri Abu Lahab mempunyai sebuah kalung yang mewah, lalu ia mengatakan, “Sungguh, aku akan membelanjakan kalung ini untuk memusuhi Muhammad.” Maka Allah menghukumnya dengan tali dari api neraka yang dikalungkan di lehernya (kelak di hari kemudian).

Betapa surah ini memberitakan tentang pembangkangan dan permusuhan Abu Lahab terhadap Muhammad Saw. Surah ini juga memberikan kabar keadaan Abu Lahab kelak di akhirat. Di sepanjang hidupnya, tidak pernah terbersit kata tobat di dalam diri Abu Lahab. Bahkan untuk berpura-pura beriman demi mematahkan apa yang diberitakan di dalamnya pun tidak pernah dilakukannya. Hal ini menunjukkan kebenaran dan keagungan kalamullah. Semoga kita mampu mengambil ibrah darinya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Novida Sari, S.Kom Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menghakimi Seremonial Pekik 'Merdeka'
Next
Kemerdekaan Peran Ibu Bukan pada Feminisme(Independence of the Mother’s Role Not on Feminism)
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram