Listrik Padam, Krisis Energi Menghantam Kuba

Listrik Padam, krisis Energi Menghantam Kuba

Pemadaman listrik terjadi karena pembangkit listrik termoelektrik terbesar mengalami kegagalan.

Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Listrik padam tengah berlangsung di Kuba. Pemadaman listrik itu terjadi secara massal dan telah berlangsung selama beberapa hari dan mengakibatkan negara itu menjadi gelap gulita. Jutaan orang pun mengalami masa-masa yang cukup susah karena kesulitan untuk mendapat pasokan air bersih dan kesulitan mengolah makanan. Mati listrik massal ini bahkan menjadi yang paling parah dan terburuk dalam beberapa tahun.

Warga Kuba sendiri sudah berjuang sejak tiga bulan lalu dalam menghadapi pemadaman listrik yang makin sering terjadi. Mati listrik itu kadang terjadi hingga 20 jam dalam sehari. Pada Jumat tanggal 18 Oktober lalu, justru terjadi pemadaman massal. Kondisi ini memicu amarah masyarakat. Masyarakat pun melakukan protes dengan turun ke jalan.

Listrik Padam Menyebabkan Ekonomi Lumpuh

Perdana Menteri Kuba Manuel Marero mengatakan pemerintah tidak punya pilihan lain selain melumpuhkan ekonomi dan mengumumkan tindakan darurat untuk memangkas penggunaan listrik. Akibatnya, penutupan sekolah dan universitas, terhentinya transportasi umum, tak berfungsinya rambu lalu lintas, penutupan beberapa kantor pemerintahan, dan penutupan fasilitas umum menjadi pemandangan yang terjadi di Kuba. (aljazeera.com, 18-10-2024)

Kondisi ini makin diperparah dengan amukan Badai Oscar yang menghantam wilayah itu pada Minggu malam dengan kekuatan angin yang mencapai 130 km/jam. Badai Oscar yang terjadi makin menambah kesulitan warga untuk memperoleh obat-obatan dan bantuan.

Penyebab Listrik Padam

Pemadaman listrik terjadi karena pembangkit listrik termoelektrik terbesar Antonio Guiteras di Matanzas, Havana Timur mengalami kegagalan. Kegagalan ini disebabkan karena meningkatnya permintaan listrik dari perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, permintaan rumah tangga untuk penggunaan AC, kerusakan pembangkit yang tidak dirawat dengan baik, serta bahan bakar yang tidak mencukupi untuk mengoperasikan beberapa pembangkit. Dengan kata lain, kelangkaan energi menjadi sebab utama terjadinya krisis energi di Kuba.

Setidaknya masyarakat di Kuba memerlukan pasokan sebesar tiga gigawatt untuk kebutuhan mereka, tetapi pembangkit hanya mampu memproduksi pasokan listrik sebesar 370 megawatt. Angka yang sangat jauh dari kebutuhan masyarakat. Krisis energi pun meningkat tajam.

Langkanya Pasokan Minyak Mentah

Kuba mengoperasikan pembangkit listrik negaranya dengan menggunakan minyak mentah, tetapi negara itu hanya mampu memproduksi sekitar setengah dari total minyak mentah yang dibutuhkan. Selebihnya, Kuba akan membeli minyak mentah dari pasar internasional dengan harga yang cukup mahal karena sanksi dari AS. Embargo AS telah menyebabkan terperosoknya mata uang mereka.

Kuba juga memperoleh pasokan minyak dari negara-negara sekutu seperti Venezuela, Cina, dan Rusia. Akan tetapi, pasokan Venezuela pun makin berkurang karena krisis ekonomi yang terjadi di negara itu, sedangkan Rusia dan Cina gagal mengirim cukup bantuan untuk Kuba.

Langkah Pemerintah Kuba

Pemerintah mengeklaim telah bekerja sejak tahun lalu untuk meningkatkan kinerja jaringan listrik melalui penggunaan sumber daya listrik alternatif. Pemerintah juga tengah membangun proyek untuk membangun 31 titik pembangkit listrik tenaga surya dan diproyeksikan akan selesai tahun depan. Presiden Kuba Miguel Diaz menyampaikan bahwa penanganan serta penyelesaian kontingensi energi ini akan menjadi prioritas mutlak dan pemerintah tidak akan istirahat sampai pemulihan selesai. (apnews.com, 27-10-2024)

Tahun 2020 lalu, Kuba sebenarnya telah mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga surya dengan dibiayai oleh Abu Dhabi Fund for Development (ADFD). ADFD menyatakan bahwa program ini adalah langkah awal untuk membantu negara-negara mencapai keamanan energi dan berkontribusi untuk membangun laju pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, langkah ini sama sekali tidak menyelesaikan krisis energi di Kuba.

Krisis Energi di Kuba

Krisis energi yang tengah terjadi di Kuba ditengarai merupakan imbas dari embargo ekonomi yang dilakukan AS terhadap Kuba. Dua negara yang  secara geografis ini memang memiliki hubungan yang kurang baik. Sejak tahun 1962, Amerika telah melakukan embargo ekonomi ke Kuba. Embargo itu berupa larangan bagi AS dan negara dunia ketiga untuk menjalin kerja sama dengan Kuba, AS juga menetapkan denda bagi yang melakukan pelanggaran. Embargo ini dinilai merugikan Kuba hingga miliaran dolar dan membuat ekonomi negara itu kian terpuruk.

Embargo AS juga membuat Kuba kesulitan untuk  memperoleh bahan bakar pembangkit listriknya. Kuba pun harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendapat minyak dari pasar internasional karena mata uang mereka yang terpuruk. Namun, pihak AS menolak disalahkan atas terjadinya krisis energi di Kuba. AS menilai pemerintah Kuba yang tidak cakap mengatur perekonomian negaranya.

Liberalisasi Penyebab Krisis Energi

Saat ini, pemerintah Kuba memang telah menerima tawaran bantuan dari Meksiko, Barbados, dan Kolombia untuk mengatasi krisis energi yang tengah terjadi. Pemerintah Kuba pun tengah bernegosiasi untuk menerima tawaran bantuan itu. Kendati demikian, tawaran bantuan itu tidak akan menyelesaikan akar permasalahan krisis energi di Kuba.

Krisis energi yang terjadi di Kuba adalah masalah kompleks yang terjadi karena liberalisasi energi di negeri yang terletak di Perairan Karibia itu. Permasalahan krisis energi ini bukan hanya masalah kekurangan pasokan minyak mentah. Kebutuhan energi yang berbasis pada pemenuhan industri kapitalisme telah membuat permintaan pasokan listrik meningkat tajam. Kondisi ini makin kacau saat ekonomi Kuba dihantam dari berbagai sisi. Merosotnya nilai mata uang mereka dalam kancah internasional telah menimbulkan kesulitan tersendiri.

Kuba menjadi serba salah dalam memenuhi kebutuhan energi negaranya. Negara Kuba harus membeli minyak dengan harga yang cukup tinggi. Pengembangan energi listrik alternatif pun menuai kendala. Akhirnya, tidak ada yang bisa diharapkan Kuba selain uluran bantuan dari negara asing. Negara asing pun tak akan memberi bantuan gratis kepada Kuba, asing pasti menuntut kekayaan alam atau hal lain yang bisa menguntungkan mereka dari masyarakat Kuba. Ujung-ujungnya, permasalahan Kuba terus berputar-putar di hal yang sama. Semua masalah ini terjadi merupakan imbas liberalisasi ekonomi.

Khilafah Mengatasi Krisis Energi

Energi merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan manusia. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan manusia, pasokan energi pun makin bertambah. Untuk menghindari terjadinya krisis energi, hal yang harus dilakukan Khilafah ialah memastikan bahwa tujuan utama pengelolaan energi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bukan kebutuhan industri. Apalagi industri yang berorientasi pada materi dan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi.

Khilafah juga menerapkan sistem ekonomi Islam yang akan menghapus kepemilikan swasta terhadap sektor energi. Sektor energi harus menjadi milik rakyat sepenuhnya yang hasilnya akan digunakan untuk keberlangsungan hidup mereka. Selanjutnya, untuk menghindari kelangkaan energi, Khilafah akan mendukung riset-riset yang dilakukan guna menemukan dan menguasai teknologi yang bisa menjadi mata rantai energi.

Dengan penerapan sistem ekonomi Islam, mata uang negara yang berbasis fiat money akan terkonversi ke dinar dan dirham sehingga terhindar dari inflasi dan penjajahan mata uang kertas.

Khatimah

Krisis energi yang terjadi di Kuba hanya bisa diselesaikan dengan penerapan syariat Islam secara kaffah. Islam akan menjamin terpenuhinya energi demi keberlangsungan hidup manusia. Sejatinya penerapan Islam dalam seluruh lini kehidupan akan membawa kebaikan bagi manusia di mana pun ia berada. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 107 yang artinya, “Dan tiadalah kamu diutus melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”

Wallahu a’lam bishowab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Solar Maximum dan Dampaknya bagi Bumi
Next
Uban Menandakan Apa?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
2 days ago

Jangankan di Kuba, di tempat saya juga sering terjadi pemadaman listrik.

Deena
Deena
2 days ago

Mati listrik sampai 20 jam sehari. Gmn rakyat nggak marah?! Negara juga jadi serba salah.
Namun itulah konsekuensi ketergantungan dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Maka dari itu, negara harus mandiri dan berdaulat. Nah, ini hanya bisa terwujud bila sistemnya tepat. Sistem ini adalah Islam.
Kalau masih dalam kapitalisme, ya, tidak akan bisa.

Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
2 days ago

sulitnya pasokan listrik maksimal akan dirasakan semua negara yang masih menggantungkan penghidupannya pada sistem kapitalisme. Kuba tdk akan bisa menikmati listrik dg aman dan lancar kecuali menyadari hanya Islam yg bisa menolongnya.

Naskah keren Mb Arum mencerahkan. Sukses dunia akhirat. Amin

Atien
Atien
2 days ago

Berbagai krisis yang terjadi di seluruh dunia , sejatinya hanya bisa diselesaikan dengan aturan Islam. Tanpa aturan tersebut, krisis yang ada tak akan pernah bisa menemukan solusi. Barakallah mba@Arum

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram