"Berwisata dalam Islam tak hanya soal melepas kepenatan. Namun, wisata juga sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan cara mentadabburi ciptaan-ciptaan Allah di alam semesta serta merenungi proses penciptaan dan kematian dengan melihat hasil karya Sang Pencipta."
Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Banyaknya aktivitas terkadang membuat pikiran penat. Apalagi ketika rutinitas di kota yang hanya bertemu dengan gedung pencakar langit, jalanan besar dan kendaraan. Tentu, untuk me-refresh kembali pikiran dibutuhkan sebuah pengalihan. Gunung beserta air terjun bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengembalikan semangat.
Pasuruan adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan Sidoarjo dan Laut Jawa di sebelah utara, Mojokerto di bagian barat, Kota Batu di bagian barat daya, dan Probolinggo di bagian timur. Uniknya, dalam satu kabupaten terdapat tiga bagian. Yakni dataran, pegunungan, dan laut. Kabupaten ini pun dikenal sebagai daerah wisata, pertanian dan perindustrian. Salah satu wisata yang terkenal di wilayah Pasuruan adalah ‘Air Terjun Kakek Bodo’.
Air Terjun Kakek Bodo terletak di lereng Gunung Welirang, kecamatan Prigen, desa Tretes. Air terjun ini mempunyai ketinggian 40 meter, dengan kolam alami yang mempunyai kedalaman antara 1 hingga 5 meter. Aliran air yang mengalir di Air Terjun Kakek Bodo berasal dari sungai Kaligetik. Aliran curug (air terjun) akan bergantung pada aliran sungai. Jika musim penghujan maka debit air akan besar, hingga petugas wisata mengimbau pengunjung agar tidak mendekati aliran yang deras. Sebaliknya, jika musim kemarau, aliran air tidak terlalu besar, hingga air menjadi jernih dan aman untuk didekati.
Suhu rendah dan udara bersih disajikan oleh wisata air terjun ini. Dalam satu kawasan, terdapat berbagai spot wisata seperti air terjun, kolam renang, taman, dan objek keren untuk berfoto. Indahnya kawasan ini ternyata berkebalikan dengan nama air terjun di dalamnya. Sebenarnya, bagaimana asal-usul nama ‘Kakek Bodo’ hingga dijadikan sebagai nama air terjun ini?
Asal-Usul Kakek Bodo
Menurut banyak sumber, nama ‘Kakek Bodo’ diambil dari kisah seorang laki-laki yang berusia senja. Ia adalah abdi di keluarga Belanda yang menjajah Indonesia. Kakek tua tersebut lebih memilih untuk meninggalkan hal keduniawian dan bertapa di curug kaki gunung Welirang. Akhirnya, keluarga Belanda tersebut menyebut sang kakek dengan sebutan ‘Kakek Bodoh’. Hasil bertapa menjadikannya sebagai orang sakti yang kesaktiannya sering digunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Ketika ajal menjemput, sebagai penghormatan, air terjun tempat kakek bodoh bertapa dinamakan dengan ‘Air Terjun Kakek Bodo’.
Keadaan Air Terjun
Lokasi air terjun yang berada di kaki gunung Welirang, akan selalu memanjakan mata pengunjung dengan berbagai pohon yang hijau, bebatuan dan lumut yang menghiasi aliran-aliran sungai. Tak lupa, kicauan burung dan suara serangga hutan akan menambah warna perjalanan. Ketika pengunjung sampai di depan pintu wisata, tak serta merta dapat menikmati keindahan air terjun, namun pengunjung harus berolahraga dengan mendaki tanjakan sekitar dua kilometer.
Pengunjung tak perlu risau dengan tanjakan yang licin atau mudah longsor, karena kawasan wisata ini sudah dikenal wisatawan lokal maupun internasional, hingga jalanan menuju lokasi air terjun pun sudah dipastikan keamanannya dengan tangga-tangga yang rapi dan mudah didaki . Di awal jalur juga tersedia kios-kios penjual makanan untuk bekal mendaki. Selama perjalan pun, pengunjung akan terus disajikan kehijauan alam yang bisa menjadi pengingat betapa indah dan megahnya ciptaan Allah Swt.
Seratus meter menjelang lokasi air terjun, terdapat bangunan beratap limas. Bangunan ini merupakan makam sang kakek bodoh, namun pengunjung tak bisa asal masuk ke dalam areal makam. Setelah pendakian yang biasanya memakan waktu kurang lebih satu jam. Pengunjung akan dimanjakan dengan ukiran alam yang indah, berupa pancuran air dengan ketinggian 40 meter. Pengunjung bisa menikmati dinginnya air atau sekadar duduk-duduk santai di batu cadas sekitar air terjun.
Area ini juga dilengkapi dengan musala, toilet, kolam renang, shelter, dan taman bermain anak. Hingga menjadikan air terjun sebagai destinasi wisata di hari libur adalah pilihan yang tepat. Tak heran kawasan wisata ini tak pernah sepi dari ramainya pengunjung. Baik dari wilayah Pasuruan maupun luar kota, bahkan wisatawan mancanegara pun turut hadir menikmati keindahan ‘Kakek Bodo’. Hal ini terbukti dengan harga tiketnya yang beragam. Mulai dari wisatawan lokal, nasional, dan internasional. Maka, tunggu apalagi? Yuk berwisata di Wana Wisata Air Terjun Kakek Bodo.
Pandangan Islam terhadap Wisata
Dalam Islam sendiri, wisata mempunyai beberapa hukum. Pertama, haram. Jika berwisata dengan tujuan mengagungkan sesuatu kecuali tiga masjid (Masjidil Aqsa, Masjid Nabi, dan Masjid Haram). Contohnya, berziarah ke makam, atau ketempat peribadatan orang-orang kafir dengan tujuan mengagungkan tempat-tempat tersebut. Apalagi bertujuan untuk ngalap berkah (mencari berkah).
Kedua, mubah. Diwartakan dari m.republika.co.id, 13/10/2019, Prof Didin Hafidhuddin Guru Besar Agama Islam IPB mengatakan, bahwa diperbolehkan untuk berlibur, sebab Islam membolehkan liburan selama wisata tersebut mempunyai manfaat yang bisa diambil. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Ali Imran ayat 137 yang artinya, "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah. Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (para rasul)".
Berwisata dalam Islam tak hanya soal melepas kepenatan. Namun, wisata juga sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan tujuan tadabbur alam, misal pegunungan, air terjun, pantai atau laut, dan selainnya pun dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan cara mentadabburi ciptaan-ciptaan Allah serta merenungi proses penciptaan dan kematian dengan melihat hasil karya Sang Pencipta. Hal ini selaras dengan firman Allah Swt. dalam surah Al-Ankabut ayat 20, "Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
Demikianlah, pandangan Islam terhadap wisata. Jika dengan berwisata mampu membuat kepenatan hilang, terlebih dapat mendekatkan kita kepada Allah, maka berwisatalah. Bahkan tak hanya itu, berwisata juga bisa menjadi sarana terterimanya ilmu kepada kita. Allahu a'lam bis-showwab.[]