Teruntuk Remaja yang Ragu akan Masa Depannya

Remaja yang ragu akan masa depan

Ganbatte, Remaja! Ingatlah bahwa selepas kesulitan ada kemudahan yang menunggu. Dan hanya kepada Allah kita berserah diri.

Oleh. Hafida N.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Satu-dua bulan lagi, kelas 12 akan segera angkat kaki dari sekolah. Aku, kamu, dan kita dilanda kebingungan serta keraguan tanpa jeda. Lantas, bagaimana cara agar mampu memantapkan hati pada pilihan terbaik tanpa ada rasa menyesal nantinya? Tulisan ini untukmu, remaja yang masih ragu dengan masa depannya. Selamat membaca, temanku.

Masa Putih Abu-Abu

Tiga tahun telah kita bersama
Jalani kisah yang indah
Bersama t'lah dilalui semua
Suka duka t'lah kita rasa

Bagiku kau teman terbaikku
Tempatku 'tuk berbagi luka
Walau kini kurasa aku resah
Karena kita akan berpisah

Lagu berjudul “Masa SMA” yang dinyanyikan Angel Band di atas akhir-akhir ini sering diputar. Terasa atau enggak terasa, masa putih abu-abu sudah dijalani hampir 3 tahun. Duduk berjam-jam mendengarkan guru, tugas yang menggunung, antre di kantin, kerja kelompok menyebalkan, dan pulang awal di jam-jam pagi enggak akan pernah lagi kita jalani.

Sekarang, kita sibuk mengejar nilai semester akhir. Ditambah dengan ujian praktek dan ujian teori untuk keperluan nilai di ijazah. Di SMK ada tambahan UKK alias Uji Kompetensi Keahlian yang berupa praktek sesuai jurusan serta mengerjakan soal.

Selain sibuk dengan ujian, kita juga akan atau sudah merencanakan acara perpisahan, seperti membuat video angkatan, membuat yearbook yang berisi foto seluruh angkatan bahkan ditutup dengan acara prom night untuk mengenang masa putih abu-abu yang telah dilalui. Maka enggak heran, akhir-akhir ini reels media sosial isinya itu video-video keren dari seluruh sekolah di Indonesia. Nantinya, akan dipilih video perpisahan terkeren menurut para netizen berdasarkan like dan komentar. Suatu kebanggaan tersendiri jika sekolah kita yang terpilih.

Pilihan untuk Masa Depan

Diadang ujian, kita juga harus mulai memikirkan 3 pilihan untuk masa depan; bekerja, wirausaha, atau kuliah alias melanjutkan. Selain itu, ada 2 pilihan lainnya yaitu menikah atau gap year (istirahat dulu 1-2 tahun sebelum menjadi mahasiswa). Banyak dari kita –bahkan aku sendiri– yang bingung, ragu, bimbang, dan segala rasa sejenisnya saat akan mengambil keputusan. Tak jarang, air mata ikut mengalir saat kita berbicara atau sekadar memikirkan hal ini. Ada banyak sudut pandang yang dipertimbangkan karena terkait masa depan.

Banyak pertanyaan yang akan terlontar;
Jika mendaftar kuliah, mau kuliah di mana?
Jika bekerja, bermodalkan ijazah SMA/SMK, mau bekerja di mana?
Jika membangun usaha, modal darimana?

Pertanyaan di atas terbagi lagi menjadi sub pertanyaan, contohnya untuk yang memilih kuliah, misalnya; pilih kampus negeri atau swasta? Sudah dapat kampus, mau daftar dengan jalur seleksi apa? Pilih prodi saintek atau soshum? Daftar beasiswa kuliah apa? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang membuat seorang remaja kembali plin-plan.

Enggak hanya Kamu, aku juga masih ragu untuk memutuskan. Otak terbagi-bagi karena terlalu banyak yang dipikirkan. Terlalu banyak yang harus dilakukan dalam rentang waktu berdekatan bahkan bersamaan. Harus fokus belajar untuk PSAJ (sebutan baru Ujian Sekolah), daftar ulang di universitas bagi yang diterima di SNBP (seleksi nasional berdasarkan prestasi), atau belajar UTBK bagi yang mengikuti jalur SNBT (seleksi nasional berdasarkan tes). Belum lagi kesibukan ujian praktek yang menyita waktu dan tenaga.

Capek, letih, dan lesu adalah hal yang wajar kita rasakan. Terjangan kesibukan yang banyak jenisnya berhasil menguras otak dan tenaga, berhasil pula memengaruhi mental kita. Tak heran, banyak dari kita yang berubah mode menjadi sensitif bahkan oversensitif karena stres. Contohnya apa tuh? Menangis.

Life is a choice. Kalimat ini sering terdengar dan terlontar terutama saat kita saling berbagi cerita dan stres akibat pusing memilih. Pertanyaannya, dapatkah kita bertahan di jalan yang telah kita putuskan?

Menjadi Idealis atau Realistis?

Kamu pasti sering banget dengar dua kata ini, dong? Keduanya menjadi familier untuk didengar dan diucapkan saat akan mendaftar kuliah dan menjadi mahasiswa.

Apa sih pengertian dari keduanya? Dikutip dari youngontop.com, idealis adalah orang yang melakukan sebuah tindakan berdasarkan pengalaman empiris yang unik, pikiran, dan cita-cita tinggi untuk mencapai hasil yang maksimal. Seorang idealis memiliki suatu pengaruh positif. Sedangkan realistis adalah seseorang yang memiliki pemahaman baik tentang realitas situasi dan memahami yang bisa serta gak bisa dilakukan. Realistis ini memiliki pandangan yang mengarah pada fakta di kehidupan nyata.

Banyak dari kita yang duduk di bangku akhir sekolah, memilih mengejar PTN top seperti UI, UGM, UNPAD, atau IPB. Ada juga yang memilih UIN, IAIN, dan kampus berbasis agama lainnya. Ada pula yang memilih kampus swasta yang terikat dengan organisasi semisal Universitas Muhammadiyah dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) atau yang tidak terikat organisasi seperti Universitas Wijaya Kusuma misalnya.

Banyak dari kita yang bersikeras memilih prodi favorit, seperti prodi kedokteran dan hukum. Walau keketatan jurusannya sangat ketat yaitu berkisar antara 1-2%, mempunyai level kecerdasan otak tingkat tinggi, serta kemampuan yang dimiliki harus di atas rata-rata. Belum lagi uang yang wajib tersedia. Tetapi, ada juga yang memilih prodi dengan peminat sedikit dengan alasan realistis, tentu aja untuk menghindari keketatan persaingan.

Bagi kita sebagai remaja yang punya jiwa semangat tinggi, menjadi mahasiswa di kampus top sekaligus mengambil prodi favorit itu hal keren. Iya atau iya?

Idealis atau realistis? Ahh, lantas mana yang harus dipilih?

Faktor Keraguan pada Diri Remaja

Teman, tentu bukan hal mudah untuk memutuskan sesuatu. Banyak sudut pandang yang harus kita telaah lebih dalam. Di sekitar kita, sudut pandang yang ada saling mendukung dan saling bertentangan. Tiap kita bertanya pada orang lain, jawaban dan tanggapan mereka berbeda-beda. Sungguh membingungkan, bukan? Bukannya tercerahkan setelah konsultasi ke banyak orang, kita malah makin pusing dan bimbang.

Faktor keraguan remaja dalam menentukan pilihan kuliah itu banyak macamnya.

Berikut ini yang membuat remaja merasa ragu dan kembali plin-plan dengan keputusannya sendiri:

  1. Faktor pertemanan. Sadar atau enggak sadar, teman adalah hal terbesar yang memengaruhi seorang remaja mengambil sikap dan tindakan. Banyak dari kita yang memilih jurusan kuliah karena ikut-ikutan teman. Ketika kita sendiri punya pilihan dan ternyata teman kita berbeda pilihan dengan kita, bisa saja pilihan kita jadi berubah.
  2. Faktor keluarga. Pastinya kita punya keluarga dong. Keluarga yang utamanya adalah orang tua itu ada 2: Pertama, yang mendukung dan menjunjung tinggi pendidikan. Keluarga yang mendukung ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu keluarga yang membebaskan pilihan dan keluarga yang telah menetapkan pilihan dari awal. Yeap! Benar banget. Keluarga yang terakhir ini udah planning sedari anaknya kecil dan mewanti-wanti bahwa kita harus menuruti kata mereka. Entah itu terkait universitas, prodi, maupun keduanya. Padahal yang nantinya akan menjalani selama 3 atau 4 tahun adalah diri kita sendiri. Kalau gak sesuai minat, bakat, dan keinginan bukankah itu sungguh memberatkan? Kedua, yang menganggap pendidikan itu enggak penting. Anak pun diminta buat kerja aja selepas lulus dari sekolah. Alasannya, kuliah tak menjamin kerajaanmu bagus. Padahal, kuliah itu bermanfaat untuk mencari relasi, menambah pengalaman, menambah ilmu pengetahuan serta mengasah skill yang kita punya.

  3. Faktor Teknologi alias Media Sosial. Hidup di era globalisasi dan di abad ke-21, di mana teknologi telah menjadi sahabat setia umat manusia membuat remaja memiliki banyak referensi terkait sesuatu yang dibutuhkan. Aku dan kamu pasti memanfaatkan media sosial untuk mencari info terkait kampus dan prodi. Info beasiswa pun tak luput dari pencarian kita.

  4. Faktor Ekonomi. Bagi kita, remaja yang hidup di lingkungan sederhana dengan gaji orang tua yang pas-pasan, ekonomi keluarga menjadi faktor penting lainnya mengapa kita memilih kuliah. Kuliah itu butuh uang. But, kita enggak perlu cemas terkait uang kuliah karena saat ini banyak beasiswa yang membuka pendaftaran. Gimana kitanya aja mau atau enggak mencari info terkait beasiswa kuliah.

Lantas jika kita sudah yakin tetapi terbentur restu orang tua, apa yang harus kita lakukan?

Hanya Kepada Allah, Kita Berserah Diri

Guys, saat kita bimbang menentukan pilihan, ada doa yang diajarkan Rasulullah saw. yang disebut dengan doa istikharah. Dalam Al-Qur'an surah Ghafir ayat 60, Allah Swt. berfirman yang artinya: “… Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Dalam surah Al-Baqarah ayat 186, Allah bahkan menegaskan bahwa Dia dekat dengan hamba-Nya. "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Doa istikharah dapat dibaca setelah melakukan salat istikharah. Doa ini berbunyi: Allahumma innii astakhiiruka bi'ilmika was taqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadlikal 'adhiim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'allamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta'lamu anna hadzal amra khairun lii fii diini wa ma'aasyii wa 'aaqibati amrii.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk-Mu, dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kepastian dengan ketetapan-Mu dan aku memohon karunia-Mu yang agung, Engkau Maha menetapkan dan aku tiada kekuasaan, Engkau Maha Mengetahui, aku tidak mampu mengetahui dan Engkau Maha mengetahui perkara yang tak tampak. Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui sungguh perkara ini baik bagiku, agamaku, kehidupanku, dan setelahnya.”

Lalu dilanjut doa berikutnya:
Aajil amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarik lii fiihi wa in kunta ta'lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diini wa ma'aasyi wa 'aaqibati amri.
Artinya: "Segerakan, segerakanlah urusanku dan tetapkanlah dia untukku, permudahlah, kemudian anugerahkanlah keberkahan. Jika Engkau Mengetahui perkara ini buruk bagiku, agamaku, kehidupanku, dan setelahnya.”

Lantas mana yang harus kita pilih antara idealis dan realistis? Jawabannya, kedua hal ini harus selaras. Why? Sebab, sebagai calon mahasiswa kita harus bisa menentukan kapan harus bersikap idealis dan kapan harus bersikap realistis. Menurut youngontop.com, mahasiswa akan dituntut berpikir kritis dan mencipta inovasi. Nah, di saat inilah mahasiswa harus berpikir idealis. Di sisi lain, realistis gak boleh diabaikan karena mahasiswa juga perlu untuk berpikir realistis. Biar apa? Tentu aja biar gak overconfident.

Aku tahu, apa pun keputusan yang telah kamu ambil, pasti sudah melalui tahapan proses yang rumit. Bagi kita yang benar-benar ingin kuliah, salah satu niat berkuliah yaitu untuk menaikkan derajat sosial keluarga. Yuk, sama-sama doakan orang tua agar pikiran dan hati beliau terbuka. Konsultasikan pilihan kita di waktu dan suasana yang tepat. Jabarkan poin penting dan alasan mengapa kita mengambil pilihan tersebut. Ini adalah rencana solusi yang bisa aku dan kamu lakukan. Meski nantinya air mata ikut turut serta berperan, meski tangan gemetar, dan jantung berdebar kencang, semoga aku dan kamu tetap bisa menjelaskan keinginan kita sampai selesai. Sampai nantinya, orang tua pun sadar dan mau merestui kita. Karena bagi seorang anak, restu orang tua merupakan hal penting yang menjadi salah satu faktor kesuksesan.

https://narasipost.com/opini/03/2024/remaja-muslim-kembalilah-pada-jati-dirimu/

Sebelum tulisan ini berakhir, ada doa yang bisa kamu amalkan setelah salat sebagai berikut:

"Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad. Semoga Allah senantiasa memberikan kejutan baik di setiap perjalanan hidup kita. Ya Allah, sebagaimana Engkau menolong Nabi Yunus di dalam perut ikan, dan sebagaimana Engkau mendinginkan api untuk Nabi Ibrahim, maka dengan segala kebesaran-Mu Tuhan Semesta Alam, berikanlah aku kemudahan dan tolonglah aku pada pilihanku Ya Rabb, agar hamba dapat membahagiakan kedua orang tua agar beliau senang dan Engkau ikut senang karena rahmat-Mu terletak pada kebahagiaan kedua orang tua.

Ya Allah, permudahkanlah segala urusan hamba. Perbaiki akhlak hamba, lapangkan hati hamba, perkuat ingatan serta daya pikir hamba, sembuhkan luka yang ada di dalam raga dan jiwa hamba, serta tuntunlah hamba agar senantiasa di jalan kebenaran. Ya Allah, berikan petunjuk atas pilihan hamba serta bukalah pintu hati orang tua hamba. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pembolak-balik Hati dan Keadaan.

Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu dengan segala pujian untuk-Mu, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain-Mu, Engkau Esa, tidak memiliki sekutu, Engkau pemberi anugerah, Engkau pencipta langit dan bumi, wahai Zat Yang Maha Terpuji dan Maha Mulia, wahai Zat Yang Maha Hidup dan terus Mengurus makhluk." (HR. Ibnu Majah 3858, Abu Daud 1495 dan An Nasa'i 1900)

Ganbatte, Remaja! Ingatlah bahwa selepas kesulitan ada kemudahan yang menunggu. Dan hanya kepada Allah kita berserah diri. Sebagaimana dalam surah Al-Insyirah ayat 5-8:
Fa inna ma'al-'usri yusrā. Inna ma'al-'usri yusrā. Fa idżā faraghta fanṣhab. Wa ilā rabbika farghab.
Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Hafida N. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Minimnya Perhatian Pengasuhan, Anak Jadi Korban?
Next
Romantika dalam Dakwah
3.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
11 days ago

Masyaallah, jadi ingat masa-masa baru lulus sekolah. Semoga yang baru lulus gak lagi bingung menentukan tujuan selanjutnya.

Maya Rohmah
Maya Rohmah
13 days ago

Yup. Lanjut kuliah.
Kuliah itu bermanfaat untuk mencari relasi, menambah pengalaman, menambah ilmu pengetahuan serta mengasah skill yang kita punya.

Firda Umayah
Firda Umayah
13 days ago

Tulisan yang bagus untuk mereka yang akan lulus. Barakallah untuk penulis

Atuen
Atuen
14 days ago

Masyaallah. Sebagai generasi muda memang harus punya visi misi yang jelas ke depannya. Barakallah ananda @hafida
Semoga apa yang menjadi cita-citamu dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah Swt.
Teruslah semangat dalam belajar dan berjuang.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram