Harapan selalu ada untuk mengembalikan kehidupan Islam, sebab sejatinya ukhuwah Islam tidak sebatas ketika di tanah Haramain, namun dapat diwujudkan sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi dan Khulafaur Rasyidin berkuasa memimpin dunia .
Oleh. Iha Bunda Khansa
NarasiPost.Com-Rasa syukur tak terhingga kehadirat Ilahi Rabbi, Allah memanggilku bersama pasangan halalku ke Haramain. Lewat perantara sahabat baikku saat di SMA, alhamdulillah telah menghantarkan kami untuk pergi umrah ke tanah suci.
Benarlah bahwa rezeki datangnya dari karunia Allah Subhanahu wa Ta'alaa. Doa-doaku diijabah oleh-Nya, yakni doa agar sebelum usiaku menginjak lima puluh tahun bisa mengunjungi Haramain. Allahu Akbar!
Tempat pertama yang aku kunjungi adalah Kota Madinah. Masjid Nabawi mengingatkanku pada hijrahnya Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam sebagai pemimpin umat Islam yang menerapkan aturan Islam secara kaffah di Madinah.Takbir, tahmid, tahlil terus kulantunkan, sujud syukur tak terhingga atas nikmatNya yang berlimpah. MasyaAllah Tabarakallah.
Kesempatan meraih pahala Allah Swt 1000 kali lipat dari salat di masjid lain ketika salat di Masjid Nabawi, tidak kusia-siakan. Tiap waktu aku selalu sempatkan untuk salat di Masjid Nabawi dan berdoa agar dimudahkan Allah untuk berkunjung ke Raudhah, tempat antara mimbar dan makam Nabiyullah Muhammad Shalallahu alaihi Wasallam. Dalam hadis disebutkan sebagai ' Taman Surga'.
Bagi jamaah umrah ada jadual khusus yang sudah ditentukan, baik dari Asia, Eropa dan dari berbagai negara, kaum Muslim berkumpul. Saat itu, bertepatan dengan masa liburan di Saudi, jamaah berlimpah, dari negara yang dekat dengan jazirah Arab , seperti Dubai, Yordania, Yaman, Irak , Pakistan dan India juga jamaah dari Indonesia yang selalu berlimpah. Kami berkumpul, saling bertegur salam, tidak mengenal warna kulit, suku, bangsa bersatu dalam rangka beribadah kepada Allah.
Ketika itu aku bertiga dengan saudara dari Indonesia salat Ashar, langsung duduk di shaf paling depan khusus wanita, sambil berharap dan berdoa bisa masuk ke Raudhah kembali dengan mudah. Sebelumnya kami dipandu oleh mutawwif perempuan di malam hari, berhimpitan, menunggu dengan sabar. Niat kami semata-mata ingin sujud syukur di sisi makam Rasulullah. Saat itu, di sebelahku duduk seorang wanita dengan khimar dan jilbab hitam, cantik, seperti orang India atau Pakistan. Kami saling bertegur, awalnya mengucapkan salam, ternyata wanita itu tinggal di Amerika tapi asli dari Pakistan.
Ketika salah satu pintu yang ada di dalam masjid, sebagai pembatas jamaah laki-laki dan perempuan di buka, jamaah berhamburan, berebut agar bisa masuk Raudhah. Tiba-tiba tanganku ditarik dengan kencang oleh wanita di sebelahku sambil berlari-lari menuju karpet hijau . Aku terpisah dengan dua saudaraku dari Indonesia.
Alhamdulillah, air mata terus mengalir, tak hentinya rasa syukur atas kemudahan yang Allah berikan, aku dan perempuan Pakistan itu bergandengan tangan, bahkan ketika salat, saling membantu, menjaga, bergantian agar bisa salat dan berdoa dengan khusyuk. Di dalam masjid pun Allah Swt menguji kesabaran para jamaah, ada terdengar teriakan saling menghujat antara jamaah yang satu dengan yang lain. Karena untuk bisa masuk ke Raudhah tidak mudah, berdesakan, diuji kesabarannya.
Entah darimana datangnya , setelah selesai salat sunah, tiba-tiba dua saudaraku yang terpisah ada di depanku, MasyaAllah … Allahu Akbar. Aku dipertemukan kembali di Raudhah, bahagia bisa berkumpul lagi.
Betapa indahnya ukhuwah Islam. Meski awalnya tak saling mengenal, bahkan kami tidak tahu namanya, asalnya. Namun karena adanya ikatan akidah, ikatan mabdaiyah yang kuat, kami saling membantu dan menjaga.
Ya Allah, ternyata kami menginap di hotel yang sama. Akhirnya kami mengunjungi ke kamar Muslimah Pakistan itu. Aku memberikannya Al-Qur'an yang aku bawa dari Indonesia sebagai tanda persaudaraan, sebagai kenang-kenangan bahwa kami pernah bertemu di tanah suci.
Begitu indah persaudaraan sesama Muslim, terjalin kokoh tanpa adanya sekat. Namun saat ini, persatuan itu masih sebatas ketika kaum Muslimin berkumpul bersama menjalankan ibadah haji atau umrah di tanah suci.
Kondisi umat Islam saat ini terpecah-belah, hukum Allah Swt dicampakkan, kezaliman dan kemaksiatan merajalela. Hal ini karena umat Islam tidak diatur oleh hukum Allah, manusia masih diikat oleh ikatan Wathaniyah (cinta tanah air), Qaumiyah (kesukuan, kebangsaan, nasionalisme) Mashlahiyah (kepentingan) dan ikatan Ruhiyah.
Umat Islam pernah bersatu, di bawah Daulah Khilafah. Peradaban Islam yang gemilang pernah menguasai 2/3 dunia . Namun sejak agen Inggris menguasai Daulah Ustmaniyah, satu persatu kekuatan umat dicabut hingga runtuh tahun 1924. Sejak itu negeri kaum Muslim dipecah-belah menjadi kurang lebih lima puluh negeri.
Harapan selalu ada untuk mengembalikan kehidupan Islam, sebab sejatinya ukhuwah Islam tidak sebatas ketika di tanah Haramain, namun dapat diwujudkan sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi dan Khulafaur Rasyidin berkuasa memimpin dunia .
Saatnya kita bangkit dan berjuang , sebagaimana bisyarah Rasulullah shalallahu alaihi.
"…. kemudian akan datang Khilafah yang mengikuti tuntunan kenabian…"
( HR.Ahmad)
Masihkah kita yakin dengan hukum buatan manusia?
"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baiik daripada Allah bagi orang-orang yang meyakini ( agamanya)".
(TQS Al Maidah : 50)
Tiada hentinya rasa syukur kupanjatkan, Allah Swt menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya. Allah kumpulkan bersama saudara seiman yang saling mengingatkan, tolong menolong, menyampaikan kebenaran baik lisan ataupun lewat qolam.
Ya Rabbi, istiqomahkan kami. Kumpulkan kami baik di dunia sampai Jannah-Nya. Aamiin.
Cianjur, 23 Desember 2020[]