Oksigen Gelap, Penopang Hidup di Laut Dalam

Oksigen gelap penopang hidup di laut dalam

Penemuan oksigen gelap di laut dalam seharusnya makin menyadarkan manusia akan kuasa dan kebesaran Allah Swt. dalam mengatur alam semesta.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-Oksigen gelap menjadi penemuan spektakuler di laut dalam. Untuk pertama kalinya para ilmuwan berhasil mengamati oksigen di laut dalam yang dihasilkan tanpa keterlibatan organisme. Para ilmuwan menyebut, oksigen gelap di laut dalam berasal dari nodul atau bongkahan logam di dasar lautan. Penemuan itu akhirnya melemahkan keyakinan lama yang menganggap bahwa oksigen yang ada di bumi hanya berasal dari tumbuhan dan fitoplankton (tumbuhan mikroskopis yang hidup melayang di air).

Sebelumnya, manusia memahami bahwa oksigen yang menjadi bahan penyusun penting kehidupan berasal dari tumbuhan dan fitoplankton. Keduanya memanfaatkan sinar matahari untuk memecah karbon dioksida dan air sekaligus melepaskan oksigen (O2). Proses ini dikenal sebagai fotosintesis. Dengan ditemukannya oksigen di laut dalam membuat para ilmuwan harus memikirkan kembali bagaimana kehidupan di bumi dimulai pada sekitar 3,7 miliar tahun yang lalu.

Penemuan oksigen gelap di dasar laut sejatinya sudah lama diketahui. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Andrew Sweetman, ketua peneliti dari Scottish Association for Marine Science. Andrew menyebut, ia pertama kali melihatnya pada 2013. Sejumlah besar oksigen diproduksi di dasar laut dalam kondisi gelap gulita. Namun, Andrew dan para peneliti lain yang tengah melakukan penelitian di wilayah laut dalam (antara Hawaii dan Meksiko) mengabaikannya karena memiliki pandangan bahwa manusia hanya mendapatkan oksigen melalui proses fotosintesis. (bbc.com, 3-8-2024)

Proses Terbentuknya Oksigen Gelap

Penemuan oksigen gelap di laut dalam tentu memunculkan banyak pertanyaan. Salah satunya, jika di laut dalam terdapat oksigen, lantas bagaimana proses pembentukan oksigen di dasar laut yang gelap tanpa cahaya? Pertanyaan tersebut akhirnya terjawab melalui penelitian yang dilakukan oleh Prof. Andrew Sweetman dan anggota tim peneliti lainnya. Hal ini pun membuka tabir baru bahwa di kedalaman laut yang cahaya matahari tidak mampu menembus, oksigen bisa diproduksi.

Penelitian itu telah menemukan bahwa oksigen gelap dihasilkan oleh nodul-nodul (bongkahan) logam melalui sebuah proses yang disebut elektrolisis (penguraian senyawa berbentuk larutan oleh arus listrik) air laut. Proses tersebut memecah air laut menjadi oksigen dan hidrogen dengan menggunakan bantuan muatan listrik. Para peneliti menyebut, muatan listrik ini kemungkinan berasal dari perbedaan potensial listrik antara ion logam yang ada di dalam nodul sehingga mengakibatkan redistribusi (distribusi ulang) elektron.

Nodul-nodul ini dinamakan polimetalik yang banyak ditemukan di dataran abisal lautan. Abisal merupakan daerah datar di dasar laut yang berada sekitar 3.000 sampai 6.000 meter di bawah permukaan laut. Uniknya, di dalam nodul-nodul tersebut terdapat berbagai logam, seperti mangan, kobalt, besi, nikel, litium, dan elemen tanah jarang (seperti cerium) yang rendah karbon dan sangat penting untuk teknologi elektronik. (viva.co.id, 24-7-2024)

Ancaman Penambangan di Laut Dalam

Meskipun menjadi berita gembira di satu sisi, penemuan oksigen di laut dalam juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Dikatakan menggembirakan karena manusia akhirnya mengetahui bahwa oksigen di bumi tidak hanya diperoleh melalui proses fotosintesis, sebagaimana dipahami sebelumnya. Namun, penemuan tersebut juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kehidupan ekosistem di dalam laut.

Pasalnya, nodul-nodul yang mengandung berbagai logam yang sangat penting bagi pembuatan baterai, panel surya, telepon pintar, dan senjata militer tersebut menjadi incaran perusahaan-perusahaan pertambangan untuk mengeksploitasinya. Mereka beralasan, logam dan mineral tersebut sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rantai pasokan bagi produsen kendaraan listrik dan infrastruktur energi bersih. Oleh karena itu, mereka berupaya mengangkat nodul-nodul tersebut ke daratan.

Merespons hal ini, para ahli menyatakan bahwa mineral-mineral yang ada di laut dalam, mungkin tidak diperlukan dalam proses menuju energi hijau. Mereka juga menyatakan, meski penambangan laut dalam masih dalam tahap percobaan dan dampaknya terhadap ekosistem laut belum diketahui secara pasti, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa keanekaragaman hayati di lautan kemungkinan besar akan hilang jika penambangan di laut dalam benar-benar dilakukan.

Dampak terhadap Ekosistem Laut

Meskipun butuh penelitian lebih banyak untuk mengetahui dampak jangka panjang dari penambangan laut dalam, para ilmuwan terus memperingatkan adanya berbagai dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan di dasar laut tersebut. Dampak langsung dari penambangan laut dalam, menurut para ilmuwan, adalah hilangnya fragmentasi dan spesies ataupun struktur dan fungsi ekosistem.

Contohnya, suara dari mesin-mesin pertambangan akan memengaruhi satwa liar, hewan dan tumbuhan akan terbunuh akibat pengikisan dasar laut, dan gumpalan sedimen akan memengaruhi kehidupan laut di semua zona lautan. Parahnya lagi, kerusakan yang terjadi akibat penambangan tersebut kemungkinan besar bersifat permanen. Selain itu, penambangan di laut dalam turut memengaruhi permukaan laut yakni akan menjadikannya lebih tinggi.

Penambangan di laut dalam memang masih tergolong sebagai ancaman baru dari banyaknya ancaman yang dihadapi lautan. Meski begitu, dampak yang ditimbulkan bisa sangat dahsyat karena berpotensi menghancurkan semua kehidupan laut. Saat ini saja, kerusakan ekosistem laut karena keserakahan manusia sudah menganga lebar.

Mengutip data dari Program Lingkungan PBB (UNEP), ekosistem laut utama dunia di zona sinar matahari telah terdegredasi sebanyak 60 persen atau digunakan secara tidak berkelanjutan. Tidak hanya itu, diperkirakan sekitar 20 persen hutan bakau global dan 19 persen terumbu karang telah hilang sejak 1980-an. Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) bahkan menilai, hampir 10 persen atau sekitar 1.550 dari 17.903 hewan dan tumbuhan spesies laut global berpotensi punah.

Demikianlah, bahaya akan mengancam nodul-nodul di laut dalam akibat keserakahan manusia. Saat manusia jauh dari tuntunan syariat, semua aktivitas yang dilakukannya, termasuk mengeksploitasi alam akan membawa petaka berkepanjangan bagi alam dan manusia. Hal ini pula yang mengharuskan segala aktivitas manusia diatur dengan syariat Islam.

Ciptaan Allah Butuh Aturan Syariat

Syariat Islam adalah sebaik-baik pengatur dan penjaga aktivitas manusia dalam kehidupan. Dengan berpegang pada syariat, manusia tidak akan tersesat. Manusia pun hanya akan melakukan aktivitas yang mendatangkan keridaan Allah, bukan mengejar pencapaian materi semata. Di sisi lain, pengaturan oleh syariat Islam akan menjaga alam dari kerusakan, termasuk melindungi temuan-temuan yang bermanfaat bagi alam dan manusia.

Penemuan nodul di laut dalam yang menghasilkan oksigen gelap tanpa bantuan cahaya matahari sejatinya menunjukkan kuasa dan kehebatan Allah Swt. dalam mengatur alam semesta. Allah Swt. telah memberi kehidupan bagi seluruh ekosistem yang ada di kedalaman laut yang cahaya matahari tidak mampu menembusnya.

https://narasipost.com/opini/07/2021/krisis-oksigen-akibat-krisis-pelayanan/

Sementara itu, manusia diperintahkan untuk berbuat baik dan tidak boleh membuat kerusakan di muka bumi. Demi menjaga kehidupan makhluk lain dan alam sekitar dari kerusakan dan kebinasaan, syariat Islam wajib terlibat dan harus diterapkan. Salah satunya saat mengelola dan memanfaatkan alam. Dalam memanfaatkan dan mengelola alam, manusia wajib memperhatikan keseimbangan ekologi agar kelestarian dan keutuhan ekosistem dapat terjaga. Dengan begitu, nodul-nodul di laut dalam tetap bisa menghasilkan oksigen demi kelangsungan hidup seluruh ekosistem yang ada di dalamnya.

Selain itu, penerapan syariat Islam dapat mencegah kerusakan alam dari tangan-tangan serakah manusia. Keserakahan manusialah yang membuat kerusakan alam makin tak terbendung. Allah Swt. telah menyatakan dalam firman-Nya di surah Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ۝٤١

Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan) yang benar."

Khatimah

Demikianlah Allah memberi peringatan dalam ayat-ayat-Nya yang mulia agar manusia tak salah arah dan tak serakah. Islam telah menetapkan bahwa hubungan manusia dan alam adalah hubungan yang saling melengkapi. Penemuan oksigen gelap di laut dalam seharusnya makin menyadarkan manusia akan kuasa dan kebesaran Allah Swt. dalam mengatur alam semesta. Bukan justru sebaliknya, secepat kilat ingin menguasai dan merusaknya tanpa peduli kelestarian alam.

Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Hasina Mundur, Bagaimana Masa Depan Bangladesh?
Next
Kemenko Perempuan, Feminisme yang Dilegalkan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Novianti
Novianti
3 months ago

Potensi alam.akan selalu berada dalam ancaman eskploitasi dalam sistem kapitalisme. Fokus orientasi pada materi, mengabaikan penjagaan alam

Sartinah
Sartinah
Reply to  Novianti
3 months ago

Betul, begitulah realitas dalam sistem kapitalisme

Atien
Atien
3 months ago

Masyaallah. Penemuan oksigen gelap menjadi bukti nyata Kekuasaan Allah SWT. Sayangnya sifat serakah manusia menjadi biang kerusakan yang selalu membahayakan alam semesta.
Barakallah mba @Sartinah. Naskahnya jadi tambahan ilmu yang luar biasa

Sartinah
Sartinah
Reply to  Atien
3 months ago

Aamiin, wa fiik barakallah mbak Atien

Sartinah
Sartinah
3 months ago

Jazaknnallah khairan katsiran Mom dan tim NP

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram