Saat umat Islam tak miliki kepemimpinan yang Islami, kontroversi di tubuh umat Islam pun terjadi. Ada yang membela dan yang ada pula yang mengecam aksi dua orang Muslim Prancis tersebut.
Oleh : Ana Nazahah (Revowriter Aceh)
NarasiPost.Com - Ibu Negara Prancis telah menghina Islam. Setelah sebelumnya ia mendukung aksi pelecehan terhadap Rasulullah SAW. Pada, Sabtu (31 Oktober 2020) Brigitte Macron di akun Twitternya, ia menulis pernyataan yang mengandung hinaan terhadap Islam. Dalam bahasa Inggris ia mengatakan bahwa "wanita muslimah dengan kerudung atau hijab membuat anak-anak takut."
Ada apa sebenarnya, di balik sikap menghina dan merendahkan ajaran Islam? Sikap anti Islam telah memicu perpecahan antar umat beragama. Pakaian takwa (jilbab dan kerudung) adalah perintah syar'i dari Allah SWT. Menghinanya adalah sama menghina umat Muslim se-dunia.
Sudah jelas umat Islam akan terusik, lantas membela. Mungkinkah ini yang diinginkan Brigitte? Ia hanya ingin memancing kemarahan umat Islam. Untuk selanjutnya, akan ada frame negatif atas sikap umat yang marah dan membela. Mencari-cari kesalahan umat, untuk dimanfaatkan sebagai tindakan anarkis, melanggar HAM? Padahal, mereka penghina Nabi dan ajaran Islamlah pelaku kriminal dan pelanggar HAM sesungguhnya.
Masih segar di ingatan kita pelecehan terhadap Rasulullah, oleh majalah Charlie Hebdo 2015 silam. Imbasnya, serangan di kantor majalah tersebut di Paris, pada Rabu, 7 Januari di tahun yang sama. Dua orang Muslim disebut sebagai warga Prancis melakukan serangan yang menewaskan 12 orang awak media dan polisi. Total 17 orang tewas. Tragedi itu menjadi ujian besar, tuduhan intoleran, anarkisme bagi umat Islam.
Muslim disebut-sebut sebagai pelaku pelanggaran HAM atas hak berekspresi dan seni. Kartun nabi disebut sebagai hak berkesenian. Padahal jelas, bagi Muslim hal itu dilarang. Ditambah dengan menggambarkan sosok mulia nabi dengan gambaran jelek, genit lengkap dengan kata-kata hinaan "Hukuman cambuk 100 kali, jika Anda tidak tertawa." Begitu halaman Charlie Hebdo awal petaka itu bermula.
Inikah yang disebut kebebasan berekspresi? Dengan menghina agama tertentu? Saat ada kaum Muslim membela haknya, mereka menyebut kaum Muslim menjadi anarkis terhadap kebebasan, akibat ajaran jihad. Padahal, Islam memang mensyariatkan hukuman tegas untuk penghina nabi. Bagi pelaku individu dengan hukuman mati, sedang jika yang menghina adalah negara maka mereka wajib diperangi.
Walhasil, saat umat Islam tak miliki kepemimpinan yang Islami, kontroversi di tubuh umat Islam pun terjadi. Ada yang membela dan yang ada pula yang mengecam aksi dua orang Muslim Prancis tersebut. Yang mengecam menyebutkan alasan mudarat dan masalahat. Pada akhirnya, umat semakin dikukung oleh Islamophobia. Sebagai korban atas pelanggaran HAM, umat malah dituduh sebagai pelaku pelanggaran. Sementara pihak Charlie Hebdo atas nama kebebasan berpendapat bebas melakukan penghinaan berulang-ulang.
Adalah sama berlaku atas pernyataan Brigitte. Bagaimana bisa hijab yang merupakan lambang kehormatan bagi Muslimah disebut menakutkan bagi anak-anak. Pernyataannya sangat merendahkan umat Islam. Kenyataannya tidak ada yang lebih menakutkan selain pernyataan Lady Brigitte sendiri. Dia menyiram minyak di atas api yang membara. Belum pulih kemarahan umat atas aksi penghinaan terhadap Rasulullah baru-baru ini. Dia menambahkan dengan menghina ajaran hijab. Jelas, dia telah melanggar hak umat Islam dalam beragama. Yang artinya melanggar HAM itu sendiri. Jika ada tuduhan anarkisme ke depannya, maka pihak yang menghina wajib bertanggung jawab.
Saat ini, umat Islam memang lemah, sejak institusi Islam diruntuhkan hampir satu abad lalu. Jika tidak, mana bisa si penghina Islam bebas beraksi. Takkan begini jika Islam punya institusi yang perkasa. Membayangkan saja (si penghina ini) mereka tak bernyali.
Namun, saat sekulerisme mendominasi seluruh lini kehidupan kita hari ini. Hukum-hukum Allah tak memiliki porsi. Tak diberikan hak untuk mengatur umat Islam sendiri. Umat yang besar ini pun menjadi lemah. Tak dihargai dan begitu mudah dilecehkan. Tak bisa membela, selain mengecam dan merutuki.
Bukankah hal ini menyadarkan kita, betapa pentingnya melanjutkan kehidupan Islam? Mengembalikan maruah kita yang telah lama hilang, mewujudkannya dalam kehidupan umat lagi. Tentunya dengan dakwah Islam kaffah. Menyeru umat betapa pentingnya menerapkan hukum Islam secara sempurna dalam bingkai sebuah institusi. Dengan begitu, kelak tidak akan ada yang berani menghina Islam. Bahkan berfikir saja para penghina ini takkan berani.
Dalam Islam menghina Allah dan Rasul bukan perkara sepele, karenanya menegakkan hukum secara keras untuk para penghina Allah dan RasulNya adalah wajib dilakukan oleh negara. Allah sendiri mengecam para pelakunya dengan ancaman keras.
اِنَّ الَّذِيۡنَ يُؤۡذُوۡنَ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِ وَاَعَدَّ لَهُمۡ عَذَابًا مُّهِيۡنًا
"Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka." (Al-Ahzab : 57)
Karena itu, umat Islam tidak boleh diam dan enggan peduli. Masalah penghinaan ini hanya selesai jika kaum Muslim bangkit dan menjadi bangsa yang digdaya kembali. Sebagaimana sejarah pernah mengukirnya. Selama 1300 abad lebih, umat Islam berhasil menjadi negera yang dihormati dan disegani.[]
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email narasipostmedia@gmail.com