Menjadi Jurnalis Muslim

"Mindset seorang jurnalis muslim pun harus dibangun berpondasikan tauhid, artinya ia menyadari bahwa tugas jurnalis merupakan amanah dari Allah ta'ala untuk menyampaikan kebenaran, bukan untuk promosi diri, melukai pihak lain ataupun menjual berita. Aktivitas jurnalis harus sejalan dengan tujuan Allah menciptakan alam dan kehidupan."


Oleh : Deny Setyoko Wati, SH

NarasiPost.Com-Jurnalis muslim, penyebutan ini tak sekadar seorang muslim yang bekerja atau beraktivitas sebagai seorang jurnalis. Tapi lebih dari itu, penyebutan tersebut berkaitan erat dengan identitasnya sebagai seorang muslim yang selanjutnya juga menentukan keberpihakannya. Seringkali kita mendengar bahwa menjadi seorang jurnalis, ia harus memiliki sikap netral. Tapi sejatinya tak pernah ada sikap 'netral'. Bagi mereka yang menyatakan netral, sejatinya ia berpihak juga dengan 'apa yang disebut 'netral' tersebut. Nah, demikian juga sebagai seorang jurnalis muslim, maka keberpihakannya harus cenderung kepada Islam. Tentunya, keberpihakannya terhadap Islam, harus didasari oleh pemahaman yang benar tentang Islam.

Oleh karena itu, seorang jurnalis muslim harus (semestinya) menjadikan Al-Qur'an dan As Sunnah sebagai kode etiknya dalam proses mengumpulkan, membuat, dan menyebarkan berita. Mindset seorang jurnalis muslim pun harus dibangun berpondasikan tauhid, artinya ia menyadari bahwa tugas jurnalis merupakan amanah dari Allah ta'ala untuk menyampaikan kebenaran, bukan untuk promosi diri, melukai pihak lain ataupun menjual berita. Aktivitas jurnalis harus sejalan dengan tujuan Allah menciptakan alam dan kehidupan.

Mengutip pemaparan Ustaz Ismail Yusanto, setidaknya ada empat prinsip yang harus dipegang teguh oleh seorang jurnalis muslim yaitu: Pertama, kebenaran (Haq), seorang jurnalis muslim harus menyampaikan kebenaran. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam QS. Al-Baqarah : 42 yang menyatakan tidak boleh mencampurkan hal yang benar (haq) dengan hal yang salah (batil). Selain itu, untuk menjadikan kabar yang benar merujuk pada konsep kabar shadiq, yakni kabar benar itu berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah. Serta dalam memetakan kebenaran, terdapat tiga macam kebenaran ), yaitu kebenaran i'tiqadi (Janji Allah Ta'ala), kebenaran syar'i (berdasarkan kabar dari Al Qur'an), dan kebenaran waqi' (berdasarkan realita).

Prinsip kedua adalah tablig. Seorang jurnalis muslim harus menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Secara tidak langsung, jurnalis muslim juga menjadi detonator kebaikan dan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar.

Prinsip ketiga adalah maslahah, artinya mencari kebaikan untuk publik. Hal ini didasarkan dari hadis Rasulullah Saw tentang mencegah kemungkaran (dengan tangan, lidah atau hati sebagai bentuk selemah-lemah iman). Prinsip ini menjadikan jurnalis muslim harus menjadi mata masyarakat untuk mengungkap kebenaran dan mencegah kemungkaran. Menjadi jurnalis muslim harus memiliki sikap intervensionis dan partisipatif, sehingga terlibat aktif dalam wacana publik dan agen perubahan sosial di masyarakat. Hal itu juga sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya sebagai seorang jurnalis.

Terakhir prinsip keempat adalah wasatiyyah, yang bermakna adil, merujuk dalam QS Al Baqarah : 143. Jadi seorang jurnalis muslim harus bertindak adil sesuai petunjuk dalam Al-Qur'an, yakni konsisten mengikuti hidayah.

Adapun untuk meraih konsistensi dan menjadi jurnalis muslim yang berperan aktif untuk perubahan maka harus memiliki visi yang jelas tentang perubahan, memiliki keahlian, karena keahlian adalah potensi untuk melakukan perubahan,
Memiliki capaian karena bagi jurnalis muslim tentu bukan sekedar untuk materi tapi ditujukan untuk akhirat. Selain itu, memiliki Resource (SDM, Modal atau teknologi), serta
rencana aksi.

Menjadi jurnalis muslim tentu bukan hal yang mustahil. Apalagi bagi pengemban dakwah, jurnalistik menjadi salah satu sarana untuk berdakwah. Menjadi jurnalis muslim adalah peluang terbaik untuk membumikan ajaran Islam dan mengopinikan bahwa Islam memiliki solusi untuk permasalahan manusia, serta memahamkan kepada umat tentang kehidupan Islam. Bahkan bisa juga menjadi senjata untuk melawan narasi jahat yang selalu menyerang Islam dan memberi stigma negatif terhadap ajaran Islam. Inilah amanah dari Allah ta'ala kepada orang-orang perindu perubahan hakiki. Semoga Allah mudahkan ikhtiar kita untuk mengembalikan kehidupan Islam. Wallahu a'lam bishowwab[]


photo: Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Balada Umat Islam Di Negeri Mayoritas Muslim
Next
Dunia Opini di NarasiPost.com
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Percaya Takdir
2 years ago

nice topic

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram