“Namun, yang mengherankan mengapa pembatasan ini sering kali dilakukan ketika berkaitan dengan peringatan dalam agama Islam. Protokol kesehatan selalu dianjurkan oleh pemerintah saat ada momen penting umat Islam. Sikap pemerintah terkesan diskriminatif terhadap umat Islam.”
Oleh. Wening Cahyani
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Berakhir bulan Ramadan
Hari yang fitri telah dinantikan
Saat umat Islam raih kemenangan
Menjadi pribadi penuh ketakwaan
Namun bahagia terhalang
Ketika makan-makan dilarang
Membatasi tamu yang diundang
Suasana riang kini menghilang
Ramadan sebentar lagi berlalu. Umat Islam pun akan menyambut hadirnya Hari Raya Idulfitri. Hari kemenangan umat Islam nan beriman akan tiba setelah sebulan berpuasa. Hari saat berkumpul sanak saudara.
Tapi, semua itu akanlah sirna tatkala pemerintah mengeluarkan surat edaran kegiatan halal bihalal. Dalam surat edaran tersebut ada pembatasan jumlah tamu dan melarang acara makan-makan serta menganjurkan masyarakat untuk menaati protokol kesehatan.
Dilansir dari Tempo.com, 23/04/2022 bahwa ada telah diterbitkan surat edaran tentang Pelaksanaan Halal Bihalal pada Idulfitri 1443 Hijriah oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian. Dalam surat edaran tersebut ada pengaturan jumlah tamu dikaitkan dengan level PPKM. Selain itu, dalam acara halal bihalal tidak diperkenankan makan bersama karena dikhawatirkan bisa menyebarkan Covid-19 saat mereka membuka masker. Makanan bisa langsung dibawa pulang oleh peserta halal bihalal.
Pemberlakuan surat edaran tentang halal bihalal ini tampaknya ingin mengantisipasi tersebarnya Covid-19. Namun, yang mengherankan mengapa pembatasan ini sering kali dilakukan ketika berkaitan dengan peringatan dalam agama Islam. Protokol kesehatan selalu dianjurkan oleh pemerintah saat ada momen penting umat Islam. Sikap pemerintah terkesan diskriminatif terhadap umat Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari di tempat umum, masyarakat sudah banyak yang tidak taat prokes. Masyarakat sudah jenuh dengan anjuran-anjuran prokes. Dan pada kenyataannya, para pemangku kebijakan di berbagai acara menghadirkan massa yang berlimpah dan tidak menaati prokes.
Kebahagiaan masyarakat pun berkurang karena menghadapi kesulitan menjelang Idulfitri bahkan menjelang Ramadan harga kebutuhan hidup mulai melonjak. Masyarakat tidak bisa fokus dalam ibadah karena pikirannya terkuras mendapatkan uang agar bisa mencukupi kebutuhan dan merayakan Idulfitri bersama keluarga.
Selain itu, transportasi yang masih menjadi kendala saat masyarakat ingin bertemu keluarga. Arus lalu lintas yang biasanya macet dan harga BBM yang naik, turut menyumbang kepedihan masyarakat.
Esensi Idulfitri bagi Umat Islam
Idulfitri merupakan momen istimewa sebagai salah satu dari dua hari raya bagi umat Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:" Dari Abi Hurairah r.a. (ia berkata) bahwa Rasulullah saw. bersabda ,"Berpuasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan Idulfitri ialah pada hari kamu berbuka. Dan Iduladha ialah pada hari kamu menyembeih hewan kurban." (HR. At-Tirmizi)
Dari hadis di atas, Idulfitri merupakan hari berbuka dan dibolehkan makan-makan setelah satu bulan berpuasa. Umat Islam disunahkan makan terlebih dulu sebelum berangkat salat Idulfitri. Makan bersama akan menambah kedekatan dan meluapkan kegembiraan di antara kaum muslimin. Hambar rasanya jika saat Idulfitri ada pembatasan-pembatasan jumlah tamu dan pelarangan penyiapan sajian untuk menjamu para tamu.
Idulfitri merupakan salah satu syiar agama Islam yang agung. Umat Islam di seluruh dunia pun merayakannya. Lisan-lisan mereka mengucapkan takbir, mengagungkan nama Allah Swt. sejak terbenam matahari setelah rukyatul hilal. sampai pagi hari saat khatib salat Idulfitri menyampaikan khotbahnya. Mereka berbondong-bondong berangkat ke tanah lapang atau masjid untuk menjalankan salat Idulfitri.
Umat Islam semua bersukacita saat Idulfitri. Mereka dianjurkan keluar rumah menuju tempat salat. Bahkan, wanita yang haid pun dianjurkan turut serta hadir di tempat salat agar bisa mendengarkan pesan-pesan kebaikan dari khotbah salat Idulfitri. Begitu pula wanita yang tidak memiliki jilbab, mereka dianjurkan pinjam kepada yang lainnya.
Peran Khalifah dalam Perayaan Idulfitri
Perayaan Idulfitri dilaksanakan tanggal 1 Syawal setiap tahunnya, diawali pada masa Rasulullah saw. hingga masa Khulafaur Rasyidin, dan kekhalifahan berikutnya. Betapa besar esensi Idulfitri bagi umat Islam sehingga negara Khilafah akan memfasilitasi terselenggaranya perayaan Idulfitri.
Rasulullah saw. merayakan Idulfitri dan memudahkan pelaksanaannya. Beliau saw. tidak melarang umatnya untuk bersenang-senang sepanjang tidak melanggar hukum syarak. Pelaksanaan Idulfitri pertama kali pada tahun 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriah. Pada waktu itu pelaksanaannya bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan kaum muslimin.
Dalam Islam, lazimnya seorang pemimpin mengurusi urusan umatnya. Pun, dalam pelaksanaan Idulfitri agar bisa berjalan dengan baik dan membahagiakan rakyat. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok dilakukan agar rakyatnya bisa berbuka dan makan-makan saat Idulfitri. Kendatipun ada zakat fitrah, namun kewajiban dalam memenuhi kebutuhan rakyat tidak boleh diabaikan.
Pelayanan publik dari negara, seperti transportasi diberikan agar rakyat bisa berkumpul dengan keluarga. Apalagi di hari yang fitri, seharusnya semua rakyat bisa merasakan kebahagiaan. Mereka dengan mudah melakukan perjalanan.
Pada masa kekhalifahan, kelancaran dalam informasi awal akhir negara melakukan rukyatul hilal dalam menentukannya kemudian menyiarkan dengan media yang ada sehingga berita tersebar dan seluruh umat Islam bisa merayakan bersama-sama.
Demikianlah tanggung jawab pemimpin Islam dalam menyambut dam melaksanakan Idulfitri. Hal ini tak lepas dari landasan yang dipakai negara, yaitu Islam. Segala yang dilakukan negara semata-mata menerapkan hukum syarak dalam rangka meninggikan kalimat Allah Swt. dan kemuliaan manusia terutama umat Islam.
Allahu a'lam[]
bahkan seringkali mengalami perbedaan hari dua ied.. butuh Khilafah untuk mempersatukan umat...