Gangguan kesehatan mental yang dialami remaja hari ini ditempa oleh standar hidup ala kapitalisme yang menjadikan tujuan hidup tertinggi mereka adalah materi.
Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Krisis kesehatan mental di kalangan remaja semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Bagaimana tidak? Remaja yang merupakan tumpuan harapan bangsa dan kelak di pundak merekalah harapan bangsa diukir, nyatanya justru menjadi generasi rapuh yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental.
Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental. Penelitian ini dilakukan kepada 5.664 remaja berusia 10-17 tahun, artinya 15,5juta remaja mengalami masalah kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental yang banyak diderita oleh remaja adalah gangguan kecemasan (kombinasi fobia sosial dan kecemasan umum), gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, dan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) serta ADHD (Attention-Deficit Hiperactivity Disorder). (cnnindonesia.com 12/12/2022)
Dr. Khamelia Malik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyampaikan bahwa terdapat paradoks dalam kesehatan remaja. Di satu sisi, secara fisik masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang hidup dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan nalar, lebih tahan kondisi panas dan dingin, tahan lapar, tahan dehidrasi, dan lain sebagainya, tapi justru angka kesakitan dan kematian meningkat 200% pada usia remaja akhir. (sehatnegeriku.kemenkes.go.id)
Belum lagi laporan dari World Population Review, sebanyak 9 juta atau 3,7% dari populasi di Indonesia mengalami depresi. Sebanyak 19% usia remaja telah berpikir untuk bunuh diri, dan 45% di antaranya mengaku telah melakukan tindakan menyakiti diri sendiri. (mediaindonesia.com 21/3/2024).
Fakta-fakta di atas, tentu menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi seluruh komponen di negeri ini. Seiyanya, semua pihak harus memikirkan langkah konkret untuk menyelesaikan problem kesehatan mental remaja.
Upaya Pemerintah
Upaya pemerintah dalam menyelesaikan kesehatan mental adalah fokus ke hulu. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Mental Kesehatan Jiwa, Dr. Fidiansyah, Sp. KJ., mengatakan bahwa Kementrian Kesehatan akan fokus pada upaya pencegahan guna menanggulangi masalah kesehatan jiwa di Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif harus terus dilakukan. Keempat upaya ini harus memperhatikan empat aspek, yakni fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Lebih lanjut, Dr. Fidiansyah juga mengatakan bahwa pihak mereka telah melakukan kerja sama lintas program, salah satunya adalah imunisasi. Berbeda dengan imunisasi yang lain, imunisasi jiwa ini bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia yang berjiwa tangguh, unggul, kuat, dan kebal menghadapi perkembangan zaman yang begitu cepat. Agaknya langkah-langkah pemerintah ini masih jauh dari harapan. Problem kesehatan mental di kalangan remaja justru makin meluas setiap tahunnya.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah kondisi di mana seseorang memiliki kesejahteraan yang terlihat dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk menghadapi tekanan hidup dan normal dalam setiap situasi kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi. Jadi gangguan kesehatan mental dialami oleh seseorang yang tidak mampu melakukan hal-hal yang telah disebutkan.
Gangguan kesehatan mental tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, ada beberapa hal lain yang menyebabkan gangguan kesehatan mental pada diri seseorang, seperti genetik, pola asuh orang tua, pendidikan, makanan, regulasi emosi, ketrampilan sosial, dan kemampuan hidup.
Sekularisme, Biang Gangguan Kesehatan Mental
Sistem hidup yang berasas sekularisme hari ini memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan karakter generasi. Sekularisme adalah biang dari segala kerusuhan kesehatan mental hari ini. Betapa tidak, remaja hari ini ditempa dengan standar hidup ala kapitalisme, yang menjadikan tujuan hidup tertinggi adalah materi. Termasuk juga penjajahan Barat terhadap generasi lewat 5F, yakni Food, Fun, Fashion, Film, and Faith telah berhasil mengubah kepribadian generasi Islam. Pola pikir dan pola sikap generasi muslim, sungguh sangat jauh dari koridor Islam.
Dari sisi Food, tanpa disadari, makanan-makanan yang berasal dari industri kapitalisme yang mengandung zat-zat tidak baik untuk tubuh juga memiliki andil dalam membentuk kesehatan mental generasi. Semakin minim gizi makanan yang dikonsumsi, maka tingkat stres tubuh juga akan semakin tinggi.
Fun, bagaimana Barat telah mengubah standar kebahagiaan generasi hari ini. Bahagia juga diukur dengan berlimpahnya materi. Generasi yang terdogma dengan standar dari Barat ini, akhirnya merasa insecure dengan dirinya saat pencapaian dirinya tidak sesuai standar kapitalisme. Tak heran, media sosial yang kadang menjadi ajang pamer pencapaian materi, kerap menjadi sumber stres terbesar.
https://narasipost.com/family/09/2021/menjaga-kesehatan-mental-keluarga-muslim/
Fashion, Barat juga telah mengubah gaya berpakaian generasi hari ini. Pakaian-pakaian modis, tubuh yang ideal, dan wajah cantik seolah menjadi standar kecantikan baku di tengah komunitas masyarakat, akhirnya timbul rasa malu jika ada seseorang yang menganggap dirinya tidak memiliki standar cantik. Lebih jauh lagi, timbul kasus bullying pada orang-orang yang dianggap memiliki kelainan fisik.
Film, penjajahan dari sisi film juga telah berhasil mengubah cara pandang generasi terhadap kehidupan. Semua nilai kehidupan ala kapitalisme sekuler dipromosikan lewat film-film. Terlebih lagi film bergenre drama percintaan yang sangat digemari oleh generasi masa kini, telah berhasil membuat generasi berpikir bahwa hal yang paling membahagiakan adalah cinta terhadap lawan jenis. Saat cinta kepada lawan jenis tak bersambut, remaja seperti kehilangan arah hidupnya, bahkan tak sedikit kita temui, remaja yang rela menyakiti diri sendiri karena putus cinta.
Terakhir, dari sisi faith, atau keyakinan. Barat juga telah berhasil merobohkan benteng terakhir diri seorang muslim. Ya, lewat pendidikan berbasis sekularisme, generasi hari ini seolah lupa dengan tujuan hidup mereka. Tujuan hidup yang harusnya beribadah kepada Allah, telah tergantikan oleh tujuan-tujuan lain yang bersifat duniawi. Saat tujuan duniawi tidak tercapai, seolah-olah hidup mereka pun ikut berakhir.
Islam, Menjaga Kesehatan Mental Generasi
Ketika Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Islam akan menjaga jiwa dan akal setiap orang.
Islam akan melakukan beberapa langkah preventif dan kuratif untuk menjaga kesehatan mental generasi, seperti:
1. Melalui negara, penerapan syariat Islam secara kaffah baik dalam sistem pendidikan dan pergaulan akan menjadikan generasi-generasi muda memiliki standar hidup yang sesuai dengan Islam. Islam akan menjadikan diri para pemuda memiliki cita-cita luhur dan tinggi, yakni menjadikan hidup mereka hanya untuk Allah dan Islam.
2. Melalui peran masyarakat. Masyarakat berperan untuk melakukan kontrol terhadap generasi. Jika ada hal yang tidak sesuai syariat, maka masyarakat wajib melakukan amar makruf nahi mungkar. Dan perlu dipahami, jika ada seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental, maka tugas masyarakat adalah merangkul dan mengayomi, bukan melakukan justifikasi yang justru semakin membebani si penderita gangguan mental.
3. Melalui peran keluarga. Keluarga memiliki andil untuk membentuk generasi memiliki jiwa yang kuat. Penanaman akidah secara kuat perlu dilakukan sedari dini, agar anak mengenal dan mencintai Allah sedari kecil.
Rasulullah saw. bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah. Pada setiap hal terdapat kebaikan. Peliharalah dari sesuatu yang mendatangkan manfaat padamu.” (HR. Muslim)
Khatimah
Kapitalisme sekuler telah gagal dalam mewujudkan generasi tangguh. Sistem ini bahkan merupakan biang dari gangguan mental generasi. Sungguh tak ada lagi kebaikan yang bisa kita ambil dan harapkan dari sistem ini. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengganti sistem kapitalisme sekuler hari ini dengan sistem Islam yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Islam akan membawa kebaikan dan keberkahan kepada seluruh umat manusia. Hanya Islam satu-satunya yang dapat membentuk generasi yang tangguh sebagaimana generasi-generasi Islam terdahulu, yang dikenal dengan generasi para bintang.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Sekularisme memang membuat remaja memiliki kerapuhan mental. Karena semua kebahagiaan disandarkan kepada materi.