Seratus Tahun Tanpa Junnah: Rajab Momentum Perjuangan Khilafah

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (TQS. Ali Imran: 110)


Oleh: Sherly Agustina, M.Ag
(Kontributor media dan pemerhati kebijakan publik)

NarasiPost.com - "Situasinya sekarang adalah Turki telah mati dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan moralnya, khilafah dan Islam.” (Menlu Inggris, Lord Currzon)

Keagungan Khilafah di Masa Kejayaannya

Dahulu, 100 tahun yang lalu berdiri kokoh sebuah institusi yang menjadi negara adidaya dunia. Keberadaannya mampu menguasai 2/3 belahan dunia, menebar kebaikan dan rahmat dengan dakwah dan jihad. Imunitas institusi tersebut begitu kuat, betapa tidak, berabad lamanya bisa menguasai dunia. Musuh pun gentar dan takluk jika disebut namanya, Daulah Khilafah Islamiyah.

Pendidikan tersebar dengan baik, sehingga menghasilkan kualitas generasi terbaik, di antaranya para ulama Islam yang tak diragukan kapasitasnya di seluruh bidang ilmu. Tak hanya tsaqofah Islam, fiqh, ushul fiqh, sirah, tafsir, hadist juga ilmu sains dan teknologi, tapi juga geografi, sejarah, fisika, matematika, kimia, biologi dan militer pun dapay dikuasai. Dunia silau melihat kedigdagyaan dan keagungannya.

Hingga tak satupun berani menghina eksistensi negara adidaya tersebut. Ekonominya mampu menyejahterakan rakyatnya baik muslim maupun kafir dzimmy. Perkepala dijamin kebutuhan pokoknya, karena negara bertanggung jawab memenuhi kebutuhan kolektif. Bahkan, di masa Khalifah Umar bin 'Abdul 'Aziz tak ada satupun yang berhak diberi zakat karena semua rakyat sejahtera.

Tidak ada kesenjangan sosial dan pelecehan agama . Kehormatan wanita pun terjaga. Keadilan merata dirasakan oleh semua warga negara baik muslim ataupun kafir dzimmy. Keindahannya banyak diakui oleh sejarawan Barat yang objektif. Di antaranya Will Durant bersama istrinya, Ariel Durant dalam buku Story' of Civilization mengatakan:

"Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka"

Kondisi Umat 100 Tahun Tanpa Junnah

Banyak sejarawan yang memuji khilafah, mereka bicara apa adanya tanpa rekayasa. Namun, kini keindahan itu telah sirna sejak 3 Maret 1924 M (28 Rajab 1342 H). Daya imun institusi Khilafah perlahan melemah, banyak virus tak terkendali masuk, di antaranya lewat tangan kanan Inggris, yaitu Mustafa Kemal Attaturk yang kemudian berhasil meruntuhkannya. Sejak itu, umat Islam kian menjauh dari pemahaman Islam, padahal pemahaman Islam adalah salah satu kekuatan khilafah.

Umat Islam menjauh dari ajaran agamanya sendiri karena silau dengan peradaban Barat yang mulai bangkit di Eropa dengan Revolusi Industri. Bagai neraca tak berimbang, umat Islam mulai terasuki virus sekularisme, yakni paham yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara. Bagi Barat, menggunakan sekularisme bagai obat yang selama ini mereka cari agar mereka bangkit dengan peradabannya.

Namun sebaliknya, bagi kaum muslim meninggalkan agama dalam kehidupan dan negara adalah malapetaka. Terbukti hingga saat ini, umat Islam yang memiliki potensi miliaran penduduk tercerai-berai bagai buih di lautan. Tak punya kehormatan dan wibawa, mudah diinjak-diinjak dan dilecehakan bagaikan sampah. Bahkan, nyawa umat Islam seperti tak ada harganya. Lihatlah korban yang berjatuhan begitu mudah di Palestina, Bosnia, Checnya, Rohingya dan Suriah.

Mereka terhalang oleh nation state yang membatasi ukhuwah kaum muslim, padahal akidah mereka sama. Semestinya bagai satu tubuh. Jika satu sakit maka semua merasakan sakit.

Satu abad tak ada Junnah, umat Islam menderita dan nelangsa tak tahu arah dan tak tahu harus mengadu pada siapa. 100 tahun pula musuh Islam tertawa terbahak-bahak atas keberhasilannya menghancurkan Islam. Bahkan, sampai detik ini mereka akan terus menghalangi umat Islam agar tidak kembali bangkit. Karena mereka tahu, jika umat Islam bangun dari mimpi yang panjang dan bangkit akan mampu menguasai kembali dunia dengan Khilafah yang telah Allah janjikan. Apapun akan mereka lakukan di antaranya menghembuskan "War on Terorism" dan menggulirkan "Gorengan Radikalisme".

Rajab Momentum Perjuangan Khilafah

Saat ini, segala hal yang berbau agama (Islam) diberangus, begitupun dengan para pejuangnya. Tak boleh ada celah bagi para pejuang Islam untuk berdakwah, berbagai delik digunakan. Hingga masuk bui menjadi tempat yang menurut mereka layak bagi para pejuang Islam. Sadis, ya itulah yang terjadi dan dirasakan oleh umat Islam di manapun saat ini.

Dan, memasuki bulan Rajab ini, kaum muslim semestinya menjadikannya sebagai momentum perubahan. Sejatinya banyak peristiwa sejarah terjadi di bulan Rajab, di antaranya Isra' Mi'raj dan runtuhnya Khilafah. Maka, bulan Rajab selayaknya menjadi bulan perjuangan untuk mengembalikan khilafah. Perubahan dan perjuangan itu mutlak dilakukan, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar Ra'du ayat 11: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri."

Selain itu, keberadaan khilafah adalah janji Allah seperti firman-Nya dalam QS. An Nuur ayat 55. Sedangkan Allah tidak mungkin ingkar terhadap janji-Nya, juga bisyarah baginda Rasul Saw. :

"… Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar).

Runtuhnya Khilafah, tak lepas dari skenario-Nya untuk membuktikan firman-Nya dan hadist Rasul-Nya. Untuk menguji hamba-Nya tentang siapa saja yang percaya pada janji-Nya dan bisyarah Rasul-Nya, siapa yang menjadi pejuang dan siapa yang jadi pecundang.

Khilafah selain janji Allah, juga kebutuhan umat karena hanya dengan khilafah aturan Allah bisa diterapkan secara kaffah sehingga kesejahteraan, keadilan, keamanan dan kenyamanan akan terwujud. Aturan Allah tidak bisa diterapkan semua kecuali jika ada wadahnya, wadah tersebut ialah khilafah. Sebagaimana kaidah Ushul Fiqh: mâ lâ yatimmu al-wâjib illâ bihi fahuwa wâjibun – Sesuatu yang suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengan sesuatu itu, maka sesuatu itu hukumnya wajib-.

Cara mewujudkan Khilafah harus meneladani apa yang pernah dilakukan oleh Baginda Nabi Saw, yaitu berdakwah. Dakwah kolektif karena tidak mungkin dakwah sendiri. Adapun dakwah yang dimaksud adalah dakwah pemikiran, yakni mengubah pemikiran yang rusak yang tidak sesuai dengan Islam, dan menggantinya dengan pemikiran Islam yang sahih. Bukan dakwah kekerasan, karena Rasul tidak pernah mencontohkannya. Dakwah ala Rasul juga memiliki tahapan, di antaranya membina umat dengan tsaqofah Islam sehingga terbentuk kepribadian Islam. Kemudian menginteraksikan pemikiran Islam ke tengah-tengah masyarakat sehingga Islam bisa menjadi opini umum. Serta menerapkan aturan Allah secara kaafah. Inilah yang pernah dicontohkan oleh Rasul dan umat harus meneladaninya.

Banyak ayat tentang perintah dakwah di dalam Al Qur'an, di antaranya QS. Ali Imran ayat 104 yang memerintahkan hendaknya ada segolongan umat yang beraktivitas amar makruf nahi munkar. Umat sudah cukup sengsara selama junnah tidak ada, maka umat Islam harus bersatu untuk mewujudkannya tanpa melihat siapa dia. Cukuplah perintah dan janji Allah menjadi penggerak perjuangan ini, yang didasari keimanan.

Firman-Nya: "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (TQS. Ali Imran: 110)

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Seabad Tanpa Junnah, Muslim Jerman (Masih) Berada dalam Bayang-bayang Islamofobia
Next
Apa Alasanmu Menyerah?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram