"Membersamai setiap anak di perjalanan hidup mereka tidaklah mudah. Dibutuhkan hati dan kesabaran yang seluas langit tatkala si kakak memiliki adik kecil. Dibutuhkan juga kemampuan dalam seni menyampaikan sehingga si kakak tidak merasa diabaikan."
Oleh. Novida Sari, S.Kom
NarasiPost.Com-Bunda, apakah si kecil telah memiliki adik? Apakah Bunda termasuk golongan subur, hingga pil KB pun tidak mempan menjarakkan usia anak? Bagaimanapun, anak adalah anugerah yang telah dipercayakan Allah Swt. kepada Bunda yang harus dijaga, dirawat, dan dididik dengan kasih sayang.
Merawat dan mendidik anak bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan ilmu dan seni dalam membersamai anak agar tidak ada yang merasa dianaktirikan karena minus perhatian, terlebih ketika anak menjadi seorang kakak dengan hadirnya seorang adik.
Kenalkan si Kakak Dengan Adik
Secara fitrah, manusia senang dengan bayi. Kelucuan dan keluguan khas bayi senantiasa memikat siapa pun yang melihatnya, termasuk anak. Akan tetapi, perasaan akan tersaingi dengan kehadiran adik kecil bisa saja muncul, apalagi jika si kakak mendapatkan informasi bahwa orang tuanya tidak akan menyayanginya jika adiknya lahir. Oleh karenanya, orang tua harus mendekatkan hubungan emosional anak dengan adik sejak adik berada di dalam kandungan.
Oleh karena itu, sejak dalam kandungan, si kakak sudah dilibatkan dengan adiknya. Caranya, bisa dengan hal kecil seperti mengajak si kakak bicara sambil memuji-muji bahwa kakak itu seorang pribadi yang baik, penyayang, perhatian, dan sayang pada adiknya. Dengan begitu, si kakak akan terstimulus sedari awal untuk menyayangi dan memiliki adik.
Bunda juga dapat melibatkan si kakak dalam melakukan persiapan kelahiran adik, seperti memilih perlengkapan bayi dengan motif-motif lucu yang disukainya sembari memuji atas pilihan yang dijatuhkannya.
Perhatian Yang Seimbang
Sadar atau tidak, di awal kelahiran adik, orang tua, khususnya ibunda akan memberikan perhatian yang lebih. Waktu ibunda banyak tersita pada adik kecil yang memang belum bisa melakukan apa-apa.
Pengenalan adik kepada si kakak memang membawa efek yang sangat baik jika berhasil dilakukan. Akan tetapi, kesigapan yang diberikan Bunda tatkala mengurus bayi, cepat atau lambat akan disadari anak manakala Bunda tidak menyeimbangkan hal yang serupa kepada si kakak. Si kakak akan merasa tersaingi jika Bunda tidak segera merespon atau memenuhi permintaannya sehingga menghasilkan regresi (kemunduran) si kakak.
Regresi si kakak dapat terdeteksi jika ada kemampuan yang sudah berhasil dilakukannya justru mengalami penurunan, seperti pipis celana, padahal sebelumnya sudah bisa pipis di kamar mandi. Bahkan, si kakak menolak dan marah jika diingatkan untuk pipis di kamar mandi. Hal ini terjadi karena ia melihat adik bayinya tidak apa-apa jika pipis di celana, malahan ibunda bersegera mengganti pakaian si adik tanpa ada drama marah dan kesal.
Di saat Bunda memberikan perhatian kepada adik kecil yang tiap sebentar menangis, menimang-nimang tanpa nasihat dan omelan, si kakak merasa diabaikan. Apalagi posisinya diminta untuk memahami semua kondisi baru yang asing, berbagi perhatian dan berbagi ibu. Oleh karenanya, orang tua harus senantiasa membagi waktu, bersegera untuk merespon kebutuhan si kakak, dan bersabar atasnya meskipun Bunda sendiri merasa lelah mengurus adik sehabis begadang malam harinya. Akan tetapi, si kakak tetaplah anak kecil yang belum dewasa, bukanlah sosok dewasa yang terperangkap di dalam tubuh manusia mini.
Jangan Menuntut si Kakak Dewasa Terlalu Dini
Bunda harus mengingat bahwa si kakak juga masih anak-anak yang pemikirannya belum sempurna. Menanamkan rasa sayang si kakak kepada adik sangat penting. Akan tetapi, Bunda tidak boleh lupa kalau kewajiban Bunda menjaga hati si kakak juga sangat penting.
Menuntut si kakak dewasa bahkan di usia yang belum pada tempatnya dapat menyebabkan efek negatif bagi si kakak. Ia bisa menjahili adiknya karena kekecewaan yang ditimbulkan oleh Bunda sendiri. Perhatian yang begitu besar kepada adik dapat menimbulkan kecemburuan bagi si kakak apalagi jika perhatian untuknya berkurang. Bersabarlah dengan segala tingkahya, sambil tetap yakinkan bahwa ia adalah anak yang istimewa di hati ayah bundanya.
Kemudian Bunda tidak boleh memaksa si kakak memahami sang adik, apalagi dengan dalih menjaga adik. Banyak orang tua yang memaksa anak-anak mereka untuk mengalah dan menjaga adik. ketahuilah Bunda, anak tidak akan menyukai hal ini. Tak jarang si kakak malah melampiaskan ketidaksukaannya dengan menjahilinya adiknya. Jadi, jangan pernah tuntut anak untuk menanggung defenisi di usianya yang pola pikirnya belum sempurna. Hal ini karena perilaku yang dilakukan anak itu belum lahir dari kesadaran akalnya, tetapi masih bersifat emosional.
Menanamkan rasa sayang kakak kepada adik harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Jika kakak berhasil melakukan hal yang baik, tugas Bunda untuk memuji si kakak, bahkan disertai dengan kalimat-kalimat positif hingga ia semakin menyayangi adiknya. Seperti saat si kakak membantu mengambil popok si adik, Bunda bisa memuji bahwa si kakak orangnya pintar, penyayang, baik hati. Atau ketika si kakak sudah mulai pipis di kamar mandi di tengah regresi yang ia alami, maka Bunda harus memuji kepintarannya, sekaligus memuji bahwa ia hebat dan Bunda bangga kepadanya.
Bunda, membersamai setiap anak di perjalanan hidup mereka tidaklah mudah. Dibutuhkan hati dan kesabaran yang seluas langit tatkala si kakak memiliki adik kecil. Dibutuhkan juga kemampuan dalam seni menyampaikan sehingga si kakak tidak merasa diabaikan. Semoga Allah Swt. memudahkan kita di dalam membentuk kepribadian anak yang telah dianugerahkan kepadanya.[]