"Buku adalah gudangnya ilmu untuk menjelajahi dimensi waktu. Orang tua harus memberikan teladan untuk gemar membaca dalam rangka mewujudkan anak yang cerdas dalam literasi."
Oleh :@naybeiskara
(Pemerhati Generasi)
NarasiPost.Com-Menyiapkan generasi masa kini untuk cerdas literasi memiliki tantangan tersendiri. Berat bila tak dimulai dari diri sendiri. Tantangan terberat bisa jadi ada pada orang tua, terutama kaum ibu.
Untuk mewujudkan anak yang cerdas literasi, minimal ibu harus memberi keteladanan untuk gemar membaca. Kemudian, memberi pemahaman bahwa buku merupakan gudangnya ilmu dan dengan buku, kita akan mampu menjelajahi dimensi waktu.
Masalahnya, jamak diketahui bahwa minat membaca di masyarakat kita begitu rendah. Apalagi, di tengah-tengah kaum ibu yang hanya berjibaku dengan urusan kasur, sumur, dan dapur. Bahkan bisa jadi, rendahnya minat baca ini ditemui di kalangan kaum ibu para pengemban dakwah.
Bila kaum ibu tidak memiliki semangat lebih untuk membaca, apalagi dengan generasi penerusnya. Mengingat anak-anak merupakan peniru ulung kedua orang tuanya. Betul tidak?
Karenanya, untuk menyiapkan generasi cerdas literasi haruslah dimulai dengan mendorong anak agar cinta pada literasi. Bagaimana caranya? Sebenarnya, caranya cukup mudah. Orang tua bisa mengawalinya dengan memberi teladan, yakni membaca buku di depan mereka.
Cara lain adalah dengan menyediakan perpustakaan mini di rumah berisi buku-buku yang sesuai dengan usianya. Cara yang satu ini untuk sebagian orang tua akan terasa sulit. Karena menyediakan fasilitas seperti itu tidaklah murah. Lihat saja harga buku anak-anak islami saat ini. Harganya bisa mencapai jutaan. Sedang, orang tua harus membagi pemasukannya dengan belanja kebutuhan pokok sehari-hari dan kebutuhan lainnya.
Lalu, adakah cara lain untuk mewujudkan cita-cita di atas? Jawabannya tentu saja ada. Hanya saja, maukah orang tua untuk sedikit berkorban?
Bila kondisi keuangan tidak memungkinkan untuk membeli buku, orang tua haruslah kreatif. Artinya, orang tua dalam keterbatasannya harus mampu menyampaikan literasi pada mereka. Orang tua, terutama dalam hal ini ibu, bisa berupaya mencari bacaan yang bisa dicari di mesin pencarian google atau meminjam buku anak pada sahabat. Kemudian, menceritakannya kepada anak-anaknya. Bahkan, ibu bisa saja menghapal cerita itu untuk anak-anaknya.
Di sini ibu akan dituntut untuk mengeluarkan kemampuannya untuk mengekspresikan suatu cerita. Apakah dengan intonasi suara, gestur tubuh, atau mimik muka. Itu semua dilakukan agar anak-anak tertarik untuk mendengarkan cerita. Bila anak sudah tertarik, biasanya mereka meminta tuk diceritakan kembali kisah yang lain. Namun, ada dua hal yang setidaknya harus diperhatikan, yakni mengenai waktu berkisah dan bacaan yang diutamakan untuk dibacakan pada anak.
Banyak yang menganggap bahwa membacakan anak sebuah buku atau sebuah cerita pada saat hendak tidur sebagai pengantar tidur waktu baca yang terbaik. Padahal ada waktu yang lebih baik dari itu, yakni pada pagi hari setelah mengerjakan salat shubuh. Pada pagi hari, kondisi anak-anak masih fresh dan siap untuk beraktivitas. Inilah kondisi yang terbaik bagi mereka untuk mendengarkan cerita dan mencernanya.
Selanjutnya, hendaknya bacaan yang pertama kali didengar oleh anak-anak kita adalah bacaan Al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an banyak sekali kisah-kisah yang menjadi pelajaran bagi para pembelajar. Kala kita menceritakan kisah-kisah di dalamnya, tanpa sadar kita telah menanamkan kedekatan pada diri mereka dengan Al-Qur'an. Allah swt. berfirman, "Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa" (QS. Al Baqoroh : 66).
Setelah Al-Qur'an, bacaan terbaik adalah shiroh Rasulullah saw. Yakni, kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW mulai dari peristiwa kelahirannya, nasabnya, keindahan akhlaknya, peristiwa-peristiwa luar biasa yang menjadi mukjizatnya, upaya Beliau dalam berdakwah dan menegakkan syariah dalam institusi Islam, hingga wafatnya Rosulullah SAW. Betapa banyak hikmah, pelajaran, serta panduan bagi kita dengan membaca, merenungi, dan mengkaji shiroh ini.
Itulah cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendekatkan anak dengan dunia literasi, membiasakan mereka dengan kegiatan literasi, hingga akhirnya mencintai literasi. Memang tak mudah tetapi selama ada kemauan dan tekad yang kuat, yakinlah Allah swt. akan memberi jalan kemudahan. Semoga upaya kita sebagai orang tua ini, mampu mengantarkan anak-anak kita menjadi generasi yang cinta dan cerdas literasi terutama literasi Islam. Wallahua'lam bishshowwab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]