"Pemenang ke-3 Naskah Challenge ke-3 NarasiPost.com rubrik Opini dengan tema "Keseteraan Gender dalam Perspektif Islam"
Oleh: Erni Misran
NarasiPost.Com-Apa yang terlintas dalam pikiran kita saat membahas tentang kesetaraan gender? Apakah langsung teringat dengan fenimisme dan emansipasi? Gerakan sosial fenimisme bersumber dari dunia Barat yang muncul sebagai akibat dari sikap dan perlakuan masyarakat di sana yang menempatkan perempuan sebagai golongan yang inferior dibandingkan laki-laki. Sedangkan gerakan emansipasi konon didasarkan atas perjuangan tokoh nasional kita R.A.Kartini. Emansipasi sering diidentikkan dengan perjuangan wanita untuk mendapat kesempatan berprestasi di segala bidang sebagaimana halnya lelaki, bahkan jika mungkin melebihinya.
Lalu, bagaimana pandangan Islam terkait kesetaraan gender? Sungguh, agama kita merupakan agama yang sempurna yang justru melumatkan praktik yang merendahkan perempuan. Kesempurnaan Islam meliputi seluruh sendi kehidupan manusia termasuk perihal kedudukan laki-laki dan perempuan di mata Rabb-nya.
Ajaran Islam yang Sempurna
Jauh sebelum gerakan feminisme dan emansipasi muncul, Islam telah hadir dengan membawa perintah untuk menghapuskan semua tindakan diskriminasi kepada perempuan. Kaum jahiliyah kala itu selalu berwajah suram saat mendengar berita kelahiran anak perempuan mereka. Bahkan, mereka kemudian tega mengubur hidup-hidup bayi perempuannya. Perempuan di masa itu juga dianggap tidak memiliki harkat dan martabat, tidak mendapat hak akan warisan, bahkan malah mereka pula yang menjadi objek sebagai ‘barang’ warisan. Namun dengan kehadiran Islam, maka semua praktik itu dihapuskan. Sebagai gantinya, Allah menurunkan wahyu-wahyu yang telah melambungkan kedudukan perempuan ke tempat yang mulia. Tidak ada diskriminasi dalam pandangan Islam!
"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik."
Begitulah firman Allah dalam Q.S. An-Nahl (16) ayat 97 yang menunjukkan kesetaraan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam Islam. Bahkan Rasulullah Saw bersabda, "Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu." Hadits ini menunjukkan betapa istimewanya kedudukan perempuan dalam pandangan Islam.
Namun demikian, tetap saja bahwa kemuliaan yang hakiki adalah ketika kita mampu meraih derajat takwa. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hujuraat (49) ayat 13:
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa". Ayat ini pun mencerminkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Keadilan Gender
Tak sekadar berbicara tentang kesetaraan gender, Islam pun berbicara tentang keadilan gender. Peran laki-laki dan perempuan diselaraskan pula dengan fitrahnya. Banyak yang beranggapan bahwa hukum waris yang disyariatkan Islam telah membawa kerugian bagi perempuan. Ada pula yang menuding bahwa kewajiban mengenakan kerudung dan jilbab telah mengungkung aktivitas para muslimah.
Tak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan. Hal ini akan menyebabkan kepada perbedaan sifat di antara keduanya. Perempuan secara fitrahnya memiliki kelembutan dan kepekaan yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Lebih jauh, hal ini pun akan memberikan perbedaan akan sikap dan perilaku keduanya dalam memandang dan mengatasi suatu permasalahan.
Allah telah menegaskan bahwa
"Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita", sebagaimana Q.S. Ali Imran (3) ayat 36.
Namun, sekali lagi, bahwa hal ini tidaklah membuat yang satu lebih tinggi dari yang lain, selain berdasarkan pada ketaqwaannya. Justru, dengan perbedaan-perbedaan yang ada, maka laki-laki dan perempuan akan saling melengkapi untuk mendapatkan kebahagiaan hidupnya.
Islam tidak pernah membatasi perempuan dalam hal menyampaikan pendapat atau pun mencari nafkah. Pekerjaan mengurus dan mendidik anak juga sesungguhnya bukan hanya merupakan tanggung jawab perempuan sebagai ibu. Laki-laki juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam perannya sebagai ayah. Bahkan Rasulullah Saw pun memberikan teladan dengan turun tangan langsung membantu pekerjaan rumah tangga.
Bercermin dari Sahabiyah
Sejarah Islam telah mencatat, banyak tokoh perempuan yang berjuang dalam mendukung kejayaan Islam. Khadijah binti Khuwailid merupakan perempuan pertama yang memeluk Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Khadijah merupakan pribadi yang kuat yang berani menunjukkan sikapnya untuk memeluk Islam di tengah reputasinya sebagai pemimpin wanita di kalangan Quraisy. Beliau merupakan bussiness woman yang sukses yang kemudian rela mengorbankan hartanya untuk dakwah Rasullullah.
Terdapat pula tokoh di kalangan Sahabiyah yang dianggap sebagai ‘pejuang emansipasi’ (Nazilah, m.oase.id, 2020). Dialah Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah Saw yang cerdas, yang terkenal dengan keberaniannya menyampaikan berbagai kritik kepada para Sahabat laki-laki, bahkan kepada Umar bin Khattab.
Ada pula Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah atau Ummu Umarah. Sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi mengabadikan ucapannya:
"Ya Rasululllah, tidaklah aku lihat segala sesuatu melainkan diperuntukkan bagi laki-laki, dan setahuku kaum perempuan tidak disebutkan sama sekali."
Lalu atas pernyataannya itu, Allah menjawabnya melalui wahyu yang diturunkan dalam QS. Al-Ahzab (33) ayat 35. "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."
Hal yang sama pernah pula disampaikan oleh Ummu Salamah istri Rasulullah. Ia berujar, "Ya Rasulullah, mengapa kami (kaum perempuan) tidak (amat jarang) disebutkan dalam Al-Qur’an, sedangkan laki-laki (selalu) disebut-sebut?"
Banyak pula Sahabiyah yang ikut berperang bersama Rasulullah. Mereka adalah Gazalah Al-Haruria, Juwairiah binti Abu Sofyan, Laila Al-Gifariah, Rumaisha binti Milhan, dan Ummu Athiyah Al-Anshariah yang telah menunjukkan keberaniannya di medan pertempuran menghadapi kaum kafir. Ada kalanya mereka pun membantu dalam memasok perbekalan makanan dan minuman di tengah kecamuk perang serta merawat Sahabat yang terluka. Selain mereka ada pula Rabayibinti Mi
waz bin Harits Al-Anshariah dan Rufaidah Al-Anshariah.
Sahabiyah lainnya yang terkenal memiliki ide yang gemilang adalah Hindun binti Utbah bin Rabiah. Ia memiliki kecakapan dalam membacakan syair serta aktif membangunkan semangat kaum muslimin dalam melawan tentara Romawi.
Ada pula tokoh penghafal Al-Qur’an dan perawi hadits yang terpercaya. Mereka adalah Muazah binti Abdullah Al-Adawiah, Qatilah binti Harits bin Kaldah, dan Ummu Darda (Khairah binti Abu Hadrad Al-Aslami). Sementara itu, Syifa binti Abdullah Al-Adawiah Al-Qurasyiah adalah sahabiyah terkemuka ini yang pandai tulis-baca dan mengajari Hafsah (istri Rasulullah) untuk membaca dan menulis. Sedangkan Zainab binti Ali bin Abu Talib dikenal dengan kewibawaan dan kepandaian berpidato dengan gaya bahasa yang menarik (Mubarok, bersamadakwah.net).
Kesemua contoh di atas menunjukkan bagaimana Islam membebaskan kaum perempuan untuk berkiprah di segala bidang. Juga menjamin kebebasan mereka untuk berpartisipasi bagi kegemilangan Islam.
Kondisi Saat Ini
Sejauh ini, angka melek huruf perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki baik di perkotaan maupun di pedesaan. Angka melek huruf perempuan dan laki-laki 15 tahun ke atas di perkotaan masing-masing sebesar 96,46% dan 98,67%, sedangkan di perdesaan masing-masing sebesar 90,93% dan 95,67%. Secara nasional, persentase laki-laki 15 tahun ke atas yang telah menamatkan pendidikan SMA ke atas lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan besar persentase masing-masing 37,70% dan 32,53%. Di sisi lain, persentase perempuan 15 tahun ke atas yang tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar dan tidak/belum pernah bersekolah lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan persentase masing-masing 20,74% dan 15,29%. (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2019)
Kondisi tersebut dapat menjadi indikasi bahwa kualitas SDM perempuan di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Sungguh hal tersebut merupakan suatu ironi di zaman revolusi industri sekarang ini. Memang terdapat banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut. Pemerintah dan masyarakat hendaknya terus aktif untuk melepaskan pandangan bahwa perempuan hanya berperan di ranah domestik sehingga tidak perlu didorong untuk mengenyam pendidikan yang tinggi. Kewajiban menuntut ilmu telah pula diserukan oleh Islam.
Peran Muslimah
Kesetaraan gender telah digaungkan Islam sejak 14 abad yang silam. Saatnya bagi kita muslimah untuk memanfaatkannya dan mengambil peran bagi kemaslahatan umat. Kesempatan yang ada hendaknya digunakan untuk mengenyam pendidikan yang setinggi-tinginya dan berkiprah di segala bidang. Namun, kita jangan sampai terpedaya dengan ulah kaum kapitalis ataupun kaum liberalis yang selalu mengedepankan materi dan berupaya untuk mengalahkan kaum lelaki. Tanggung jawab utama kita tetaplah sebagai madrasatul ula.
Justru karena perannya yang sangat penting tersebut, perempuan perlu memperoleh pendidikan yang tinggi. Pendidikan akan membuatnya mampu berpikir sistematis dan kritis. Hal ini merupakan bekal yang penting dalam menjalankan perannya sebagai pendamping suaminya sebagai partner untuk berdiskusi dan pemberi solusi dalam mengatasi permasalahan rumah tangga. Juga merupakan bekal untuk mencetak generasi yang tangguh. Sebab sejatinya ibu merupakan tokoh panutan yang lebih kerap membersamai anak.
Mari kita amalkan ajaran agama kita sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Kesetaraan gender yang hakiki menurut Islam akan menuntun kita untuk mengerjakan amal salih dalam bingkai keimanan. Semoga para muslimah dapat berkiprah bagi kemajuan ummah dan derajat takwa akan dapat kita raih.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]