"Salah satu naskah Challenge Narasipost.com yang bertemakan :
Refleksi tahun 2020 dalam pandangan Islam, Persepsi Islam dalam tahun 2021
Naskah tanpa editan tim NP(asli karya penulisnya sdr."
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag
(Kontributor media dan pemerhati kebijakan publik)
NarasiPost.Com-Seorang filusuf bernama Plato (472-347 SM) mengatakan liberalisasi adalah akar demokrasi sekaligus biang petaka mengapa negara demokrasi akan gagal selamanya. Plato dalam bukunya The Republic mengatakan, "Mereka adalah orang-orang merdeka, negara penuh dengan kemerdekaan dan kebebasan berbicara, dan orang-orang di dalam sana boleh melakukan apa yang mereka sukai."
Wajah Buruk Demokrasi
Tak terasa, 2020 akan segera berakhir. Namun, masalah yang ada sepertinya belum berakhir. Segala sesuatu pasti ada endingnya, manusia berharap happy ending namun kenyataan berkata lain. Tengok saja, banyak sekali masalah dan PR di tahun 2020. Siapapun yang melihat dengan mata kepala dan penuh kesadaran, pasti mengatakan bahwa masalah demi masalah yang ada belum menemukan solusinya.
Di bidang ekonomi fantastis sekali, utang Indonesia tembus hampir 6000 triliun. Dari data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Oktober 2020 tercatat 413,4 miliar dolar AS atau setara Rp 5.877 triliun. Data yang dipublikasikan Bank Dunia dalam laporan "Statistik Utang Internasional (IDS)" Indonesia berada pada peringkat keenam pengutang terbesar (Warta Ekonomi. co.id, 27/12/20).
Pandemi yang terjadi sudah sembilan bulan, belum ada tanda-tanda akan berakhir. Sementara korban sudah banyak, bahkan di antaranya lebih dari 100 nakes yang berjatuhan. Penyelesaian pandemi yang tak jelas, berefek pada bidang lain salah satunya ekonomi. Krisis bahkan resesi tak dapat dihindari, lagi-lagi rakyat kecil gigit jari. Bansos yang seharusnya disalurkan untuk rakyat yang membutuhkan, dikorupsi oleh menteri yang tak punya nurani.
Korupsi seakan menggurita dan menjadi lingkaran setan dalam sistem demokrasi. Pelakunya adalah jajaran menteri dan pejabat tinggi negeri. Sementara hukum yang ada, tidak membuat efek jera bagi para koruptor. Karena keadilan masih bisa dibeli, hukum tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Lihat saja, kriminalisasi ulama begitu mudah tak semudah menangkap para koruptor bedebah.
Sudah menjadi rahasia umum, ongkos demokrasi memang tak sedikit. Ratusan juta, milyaran bahkn triliunan harus dikeluarkan dan biaya sebesar ini dibantu para cukong yang sarat akan kepentingan. Maka terjadilah perselingkuhan antara pejabat dan pengusaha di mana masing-masing punya kepentingan.
Demokrasi yang katanya dari oleh dan untuk rakyat, nyatanya dikendalikan oleh segelintir orang yang memiliki kepentingan tertentu. Para wakil rakyat, entah rakyat yang mana dengan mudah mengesahkan UU Omnibus Law yang sarat akan kepentingan para pemilik modal. Tanpa memperhatikan kepentingan rakyat yang dulu mereka dekati menjelang pemilu tiba untuk mendulang suara. Demo dimana-mana untuk menyampaikan aspirasi rakyat tidak dianggap.
Krisis yang terjadi berefek kepada bertambahnya angka pengangguran, PHK besar-besaran, hingga berefek pada keluarga kasus KDRT dan perceraian meningkat. Di dunia pendidikan, daring menyisakan banyak masalah. Anak dan ibu stress dan gelisah, bahkan ada ibu yang tega membunuh anaknya karena tekanan ekonomi dan tak bisa melaksanakan daring.
Di bidang agama, moderasi agama terlihat menawarkan madu faktanya meracuni pemikiran umat. Racun itu mengatakan bahwa agama yang benar itu yang moderat, pluralisme berlindung dibalik kata toleransi beragama. Mengaburkan antara yang hak dan batil, dibuat sertifikasi dai bahkan konten khutbah Jum'at pun diatur oleh pemerintah.
Reshuffle yang kelima baru saja diumumkan, akankah membawa perubahan? Menag baru sehari dilantik sudah membuat kebijakan kontroversial. Mengafirmasi Ahmadiyah dan Syi'ah dengan alasan toleransi. Background menteri beragama Islam dan akidah Islam, tapi membela akidah yang bertentangan dengan Islam. Jika Ahmadiyah dan Syia'ah membuat agama baru bukan bagian dari agama Islam, tentu tidak terlalu menyakiti umat Islam.
Wajah buruk demokrasi tak cukup sampai di situ, semakin terlihat bahwa demokrasi itu hipokrit. Katanya kebebasan dijamin oleh UU di antaranya kebebasan berpendapat. Namun, ada seorang warga negara yang bermimpi dan menceritakan mimpinya bertemu dengan Rasul diperkarakan. Bukankah itu bagian dari kebebasan berpendapat?
Begitu mudah mengumumkan pelarangan ormas Islam, dengan dalih karena melakukan anarki versi rezim. Padahal aktivitas ormas tersebut adalah amar ma'ruf nahi munkar, sesuatu yang diperintahkan oleh Allah Swt. bagi setiap muslim. Anggotanya ditangkap dan dibunuh lebih kejam lagi mereka difitnah, pun ketua umum imam besarnya dijebloskan ke bui dengan berbagai dalih.
Sambut Cahaya Khilafah yang Dinanti
Begitu menyesakkan bagi umat Islam khususnya, kebebasan yang di elu-elukan tidak berlaku bagi umat Islam. Bahkan umat Islam selalu menjadi objek tertuduh, difitnah dengan keji, dengan alasan makar salah satunya. Namun, semua permasalahan itu hanyalah permasalahan cabang, karena masalah besar umat Islam saat ini adalah tidak diterapkannya aturan Allah. Maka, untuk mengakhiri semua permasalahan tersebut tidak lain hanyalah kembali pada aturan Allah dan menerapkannya.
Benarlah firman Allah, bahwa kerusakan yang terjadi akibat ulah manusia karena tidak mau menerapkan aturan-Nya (QS. Ar Ruum: 41). Manusia, alam semesta dan kehidupan diciptakan oleh Allah, tentu sepaket Allah memberikan aturan bagi manusia untuk mengarungi kehidupan di dunia ini. Jika dianalogikan pada sebuah benda, motor misalnya yang dibeli oleh seseorang pasti ada buku panduan dari pabrik motor tersebut. Jika buku panduan itu tidak digunakan dengan baik, maka motor tersebut akan rusak. Begitu juga dengan manusia, alam semesta dan kehidupan.
Kerusakan yang terjadi saat ini adalah bukti bahwa manusia tidak menggunakan panduan dan pedoman dari Sang Pencipta. Padahal, semua aturan dalam kehidupan sudah Allah berikan dengan sempurna. Secara realitas sudah dicontohkan oleh baginda Rasul, para sahabat dan khalifah. Sejarah telah mencatat kegemilangan peradaban Islam ketika menerapkan aturan Allah di bawah naungan Khilafah.
Seorang intelektual Barat pun mengakui keemasan peradaban Khilafah nan gemilang:
"Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa; yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.” (Will Durant – The Story of Civilization).
Sebagai seorang muslim yang dibekali akidah Islam apa yang membuat ragu pada janji-Nya (QS. An Nuur: 55). Sambut cahaya Khilafah yang dinanti, solusi seluruh permasalaham yang terjadi. Keberkahan yang akan dirasakan jika aturan-Nya diterapkan (QS. Al A'raf: 96). Mari menjadi bagian dari pejuang agama-Nya, tidakkah rindu khilafah dan berharap surga dari-Nya?
Allahu A'lam Bi Ash Shawab.[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com