Penulis yang benar-benar menguasai karyanya, benar-benar bertanggung jawab terhadap tulisannya dan benar-benar membuat seseorang 'melek' literasi.
Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Saya memang masih baru berkenalan dengan NarasiPost.Com (NP). Walau masih baru, tapi ternyata NP membuat saya jatuh hati. Ya, jika ada istilah jatuh hati pada kesan pertama, maka itu yang saya rasakan. Bagaimana mungkin saya tak jatuh hati? NP melatih seseorang untuk menjadi penulis sejati. Penulis yang benar-benar menguasai karyanya, benar-benar bertanggung jawab terhadap tulisannya dan benar-benar membuat seseorang 'melek' literasi. Intinya NP benar-benar wadah untuk ajang berliterasi.
Bagaimana mungkin juga saya tak jatuh hati? Ketelitian yang dimiliki oleh tim NP begitu sangat memukau. Karya yang bukan hasil plagiat, minim kesalahan pengetikan, kesesuaian dengan EYD dan KBBI adalah hal yang sangat jarang diperhatikan oleh beberapa media lain. Tapi di NP, itu merupakan hal dasar yang sangat diutamakan. Wow, you are so spesial, Mom Andrea and NP. Kalian keren. Intinya di NP, penulis diajarkan untuk memiliki ketelitian dan kejelian yang tinggi. Tidak hanya sekadar menulis, lalu 'terima beres'. Di NP jika ada kesalahan dalam karya seorang penulis, maka si penulis yang wajib mengedit sendiri tulisannya. Ini tentu hal yang sangat berkesan dong. Karena dengan cara itu, penulis akan belajar dari kesalahan yang ada di karyanya. Sehingga, mereka tidak akan lagi mengulangi kesalahan yang sama di karya selanjutnya. Keren ‘kan? Banget!
Belum lama saya berkenalan dengan NP, ternyata NP mengadakan challenge rutin bagi siapa saja yang mau unjuk gigi dalam keahlian berliterasi. Mendengar kata challenge sih, sudah biasa. Tapi pas lihat reward-nya? Masyaallah. Siapa coba yang tidak tergoda? Reward yang sangat wow. So, pasti diri ini menjadi seseorang yang juga sangat ingin untuk ikutan challenge-nya.
Tak tanggung-tanggung, hadiah utamanya berupa gadget. Sangat menarik bukan? Begitu pun bagi saya, sangat tertarik dengan reward yang ada. Apalagi kalau lihat gadget yang ada di rumah. Gadget yang sering nge-blank, tiba-tiba tombolnya yang tidak berfungsi, kadang layar yang seperti pergantian siang dan malam, kadang not responding-lah, pokoknya ingin 'adu jotos' saja sama itu gadget. Haih, super ngeselin deh. Tapi alhamdulillah, pikiran waras masih lebih mendominasi. Soalnya kalau terjadi adu jotos sama itu gadget, alamat bakal mengeluarkan dana yang lebih besar untuk memperbaikinya. Jadi lebih baik meredam emosi sambil pukuli bantal. Dan reward selanjutnya yang diberikan oleh tim NP, walau bukan reward utama, tapi juga tidak kalah luar biasa. Nah, siapa sih yang tidak terpikat dengan itu semua? Intinya, kita benar-benar dimotivasi untuk membuat karya yang orisinal.
Awalnya, saya juga sangat percaya diri untuk mengikuti challenge. "Gampang nih, pasti bisalah" ucap saya dalam hati. Tapi saat melihat dan membaca kualitas tulisan dari para juara-juara sebelumnya, Allahu Akbar, terasa seperti terhempas ke laut lepas. Ini sih seperti definisi pungguk merindukan bulan.
"Sabar, Sabar. Ini ujian," bisik saya kepada diri sendiri sembari berusaha membesarkan hati. Saya tipe yang tidak mau berkecil hati, atuh. Kasihan hatinya, sudah bentuknya kecil, masa iya harus dikecilin lagi. Hehehe. Oke, saya mulai berusaha fokus, mencari inspirasi sana dan sini. Merenung pagi, siang, dan malam. Hasilnya? Oh My God, buntu! Benar-benar ke-trigger sama pesona tulisan para juara challenge terdahulu. Rasanya ingin minta sama Allah, "Ya Allah, tolong dong isi kepala para juara sebelumnya ditransfer sebentar ke saya. Sebentaaar saja, cukup sampai tulisan untuk challenge ini selesai."
Tapi ternyata tidak dikabulkan Allah, Guys. Baiklah, saatnya saya merenung lebih lama lagi. Oh tidak, bukan merenung. Saya langsung coba membuat tulisannya saja. Barangkali akan dapat ilham dari Allah. Ide bakal mengalir seperti air, mengalir bebas tanpa hambatan. Alhamdulillah, selesai dong tulisannya. Dengan kepercayaan diri penuh langsung dikirim ke Mom Andrea. Sambil mengirim file, sambil teriak-teriak dalam hati, "Mom Andrea, this is my true story nih,". Pokoknya kepercayaan diri maksimal, wajah senyum semringah seperti habis dapat duit. Langsung saya klik tombol 'send'. Saya tunggu respons Mom Andrea dan beliau juga saya mention di grup, saya kabari kalau saya sudah mengirim file naskah. Kesannya biar meramaikan grup gitu.
Setelah naskah pertama terkirim dan tanda ceklis dua sudah membiru, kok saya malah jadi tidak tenang, ya? Saya baca berulang-ulang tulisan itu. Saya membatin, "Aih, kok kurang greget gini sih tulisannya?"Bayangkan, Guys, saya sok jadi juri untuk tulisan saya sendiri. Padahal mana yang benar dan mana yang salah di tulisan itu, saya juga tidak tahu. Apakah tulisan pertama saya menarik atau tidak menarik buat dewan juri saya juga gak tahu. Intinya saya mendedikasikan diri saya sendiri untuk jadi juri tulisan saya saat itu. Tapi hati manusia memang tidak bisa dibohongi. Hati tahu mana pekerjaan yang kita kerjakan 'sepenuh hati' dan mana yang kita kerjakan 'hampir sepenuh hati'. Ah hati, wujudmu memang kecil, tapi keberadaanmu seperti pelita dalam hidup.
Setelah melihat, mempertimbangkan, dan memutuskan, akhirnya saya coba mengirim naskah yang kedua untuk NP. Naskah yang insyallaah dengan persiapan yang jauh lebih matang. Besar harapan naskah saya bisa menarik hati para dewan juri. Jika ada yang bertanya, "Apakah benar-benar ingin memenangkan reward dari NP?” Bohong kalau saya bilang tidak ingin. Sebagai manusia biasa yang masih punya naluri, maka menjadi hal yang sangat alamiah ketika manusia ingin memiliki sesuatu yang sangat menarik hatinya. Islam saja begitu, untuk memotivasi para penulis, Islam tidak main-main memberikan reward kepada mereka. Masyaallah.
Bahkan, ketika manusia hidup di dunia ini, juga tidak lepas dengan reward dari Allah bukan? Iya, pahala dan surga, adalah reward yang diberikan Allah untuk para hamba-Nya yang beriman, bertakwa, dan beramal saleh. Bahkan, surga saja ada tingkatannya. Surga Firdaus, puncak surga tertinggi, reward yang khusus Allah berikan kepada para hamba-Nya yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang super tinggi. Ah, bicara tentang surga, pasti hanya ada kebaikan di dalamnya. Hanya orang-orang yang senantiasa berusaha berbuat baik yang akan merasakan indahnya surga. Semoga NP senantiasa istikamah menjadi wadah penyampai kebaikan untuk umat di belahan dunia mana pun. Dan semoga para penulis, termasuk saya sendiri senantiasa termotivasi untuk menyebar kebaikan Islam lewat goresan-goresan pena. Karena insyaallah aktivitas ini adalah aktivitas kebaikan, aktivitas yang akan mengantarkan kita kepada pahala dan surga-Nya Allah kelak.
Lalu, bagaimana mungkin saya tak jatuh hati? Jika di NP, semua karya penulis tak hanya sekadar berorientasi pahala, tapi juga difasilitasi reward. Kalau bisa saya katakan sih, ini kebaikan yang berlipat ganda. Jerih payah kita sangat dihargai oleh Mom Andrea, selaku Pemred NP sendiri. Apalagi saat saya membaca pesan Mom Andrea tentang tekad beliau menyingkirkan segala rasa agar tetap bisa bekerja untuk memberikan reward kepada para kontributor di NP. Ah, rasanya berulang kali mengucapkan terima kasih pun tidak akan mampu mewakili rasa syukur telah dipertemukan Allah dengan Mom Andrea dan para tim NP yang hebat.
Bagaimana mungkin juga saya tak jatuh hati? Di kondisi hari ini, NP hadir ibarat oase di tengah padang pasir. Ya, NP siap melepaskan dahaga para penulis yang haus akan apresiasi. Di saat terpaan kapitalisme menghunjam dari segala sisi, bahkan saat sisi ideologis semakin tergerus zaman, NP hadir memukau para orang-orang yang tetap yakin dan berpegang teguh dengan sisi idealismenya. NP hadir untuk meyakinkan kepada para idealis, bahwa mereka tetap bisa berkarya dan bersuara untuk umat dan Islam. Tak hanya sekadar oase, tapi NP juga seperti langit, NP siap untuk menampung bintang-bintang yang akan bersinar dengan kilauannya masing-masing. Selamat berkarya para penulis ideologis. Good job untuk seluruh jajaran tim redaksi NP. At last, NP i love you! []
Barakallah mbak Arum.. makin cinta ke NP, makin semangat kirim naskah..
Barakallah mbak Arum....semoga lebih semangat untuk mengirim tilisan ke NP
Keren juga nih masyaAllah, aku pun ingin seperti dikau. Semoga ke depannya aku bisa.
Barakallahu fiik mbak Arum. Semoga cintanya kepada NP bisa istikamah menghasilkan karya yang keren.
Keren tulisannya Mbak Arum. Mengalir true storynya enak dibaca. Barakallah terus semangat menulis untuk dakwah.
Aku kok senyum-senyum baca naskah ini. Lucu ya tapi tetap banyak ibrah yang bisa diambil.
Walau hatiku juga kecil, sebagiannya sudah aku berikan untuk NP, hehe ...
Barakallah mbak Arum
Ehehehe. Iyaa mbak. Syukron mbakku
Masyaallah tabarakallah, NP bagaikan oase di padang gurun pasir. Keren naskah ini. Suka kata2nya. Sukses mbak Arum
Thanks mbak mimiii❤️❤️