Menulis itu adalah pekerjaan yang butuh dorongan kuat dari diri sendiri yaitu dorongan 'kemauan'.
Oleh. Lilik Solekah
(Kontributor NarasiPost.Com & Ibu Peduli Generasi)
NarasiPost.Com-Candu Itu.
Jeduar… "Wow, ada challenge lagi di NarasiPost.Com. saya harus ikut ini" Secara, serasa tantangan sendiri ikut dalam challenge-mu karena MU saja bisa kutaklukkan mengapa NarasiPost ini susah sekali. Pernah sekali sih ikut challenge-mu saat itu 'opini'. Namun, setelah saya kirim kok merasa terbaca saja tidak, karena tiada respons. Seamburadul itukah tulisanku?
Deng deng deng … Selanjutnya setelah saya timbang dan teliti dengan berbagai sudut pandang, yang kulihat kok orang dalam ikutan juga, mana bisa aku orang luar yang tak pernah mengenal mereka bisa menang.
"Iih… tapi bagaimana memuaskan rasa penasaran ini, pokoknya harus coba lagi." Begitulah mungkin gejolak percakapan hati yang bergemuruh di sepuluh hari pertama di bulan Desember.
Candu Challenge Tidak Bisa Ditembus.
Tiba ada yang bilang pendaftaran maksimal tanggal 10 Desember, wah buru-buru deh WA Mom Andrea. Dan kalian tahu jawabannya "Silakan Mbak hubungi panitianya" Lha yang kutemukan hanya kontak Mom Andrea, harus ke mana aku daftar?
Ting… ada ide muncul, kutanyakanlah pada Dek Firda Umayyah yang nge-share pengumuman di Facebook tentang berita ini dan ternyata berbagai perlombaan berbeda panitia. Wah, harus segera kujapri nih para panitia. Ada dua panitia yang ku-WA, ternyata pupus harapan ada yang jawabannya "Pendaftaran perlombaan telah ditutup, Mbak." Widih, katanya tanggal 10 penutupan, ini belum tanggal sepuluh main tutup saja. Dengan rasa agak kecewa pada diri sendiri karena kurang sigapnya hadapi tantangan, dan cepatnya ketikan jari untuk WA akhirnya kuharus menelan pil pahit kekalahan sebelum pertandingan. (hahaha).
Candu Challenge-mu Menemui Jalan
Isht… jangan menyerah. Masih ada panitia yang lain, coba satu persatu mungkin masih ada keajaiban. Coba japri lagi Mbak Dwi Arista syalalalala… jawaban sesuai harapan "Mau ikut challenge yang mana, Mbak?" Lha, ini bukanya true story, apa dari Mbak ini juga bisa daftar di challenge yang lain? Sudah, dari pada tertolak lagi mending aku daftar di bagian ini. Jangan- jangan Mbaknya mengetes diri ini dan saat aku bilang, tapi tidak sesuai di bidang perlombaan yang dipanitiai akan tertolak lagi. Alhamdulillah, daftar di ACC dan dimasukkan grup WA.
Dilema dalam Candu Chalenge-mu.
Setelah dimasukkan dalam grup baru, kucek daftar pesaing. Ada beberapa penulis yang bertemu di beberapa media yang lumayan saingan berat. Selain itu, juga temanya yang diberikan 'Challenge NarasiPost di matamu', wah sudah punya ide story yang menjiwai harus ganti haluan lagi. Apa daya orang yang tak pandai merangkai kata ini menceritakan yang sedikit pengetahuan tentangnya. Mampukah menghasilkan seribu kata? Mau kulakan dari mana? Lanjut atau undur diri saja?
Dan semakin tidak percaya diri lagi melihat tulisan yang bernilai tinggi, begitu perfect-nya mereka. Semakin hari semakin banyak tulisan masuk dan membuat diri ini semakin kerdil saja. Peringatan demi peringatan bermunculan, akan tetapi ide masih juga buntu belum menemui jalannya. Peringatan jika waktu berakhir yang belum kirim tulisan mau didiskualifikasi merupakan cambukan tersendiri untuk segera melaju menemukan ide buat memulai. ‘Dahlah ku berserah diri pada-Mu ya Robbana. Apalah daya remahan rempeyek ini.
Candu Challenge-mu Menemui Jalan Tol
Tiba saat mudik, perjalanan dari Probolinggo hingga Ponorogo yang ditempuh sekitar 10 jam, ide itu mbrudul keluar bagai air bor yang ada di Pasuruan. Air itu tiada mengenal waktu dua puluh empat jam, dalam sehari semalam tiada henti. Begitu pun musim hujan maupun kemarau dipakai atau tidak terus mengucur. Begitu pula dengan ideku, di sepanjang jalan tidak pandang ada lampu merah ataupun ada kereta api, ide itu tak mau berhenti. Namun, bagaimana cara mengikat ide itu? Diketik dalam handphone pun tidak memungkinkan karena kami berempat hanya bersepeda motoran. AllohuRobbi… Mengapa munculnya dalam situasi seperti ini?
Candu Challenge-mu Ambyar
Sesampai di rumah, jam menunjukkan pukul sebelas malam. Apalah daya raga yang capek tak mungkin dipaksakan. Sudahlah bebersih diri lalu tidur saja dulu, apa kata besok tentang tulisan. Di pagi, hari cek handphone ternyata mati kehabisan baterai. Berarti harus menunda lagi untuk mengeluarkan ide. Saat baterai on ide itu telah ambyar!
Astagfirullahaladzim, dosa apa yang telah aku perbuat. Duh, Gusti. nyuwun pituduh, nyuwun pitulung, tunjukilah diri ini, tuntun tangan ini. Aamiin.
Nasrullah dalam Candu Challenge-mu.
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
inna ma'al-'usri yusrā
Yang artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al Insyirah: 5&6)
Ayat inilah yang memicu keyakinan setelah buntu, pikiran gelap tanpa ide, bahasa Jawanya "Peteng dedet udet-udet" maka akan muncul secercah cahaya pagi. Begitulah ide itu berbenih kembali saat ada berbagai dorongan yang menyeruak dan wajib segera tertuang dalam tulisan jika tidak mau ambyar lagi.
Menulis itu adalah pekerjaan yang butuh dorongan kuat dari diri sendiri yaitu dorongan 'kemauan'. Tanpa ada kemauan, tidak akan mampu membuahkan hasil karya berupa tulisan. Sepintar apa pun orangnya, semahir apa pun ceramahnya, jika tidak ada kemauan menulis tidak akan bisa menjadi sebuah tulisan, kecuali ada orang lain yang membantu menuliskan.
Dorongan lain agar mampu membuahkan karya tulisan adalah 'amal jariah'. Kelak apa yang bisa menambah amalku ketika sudah di liang kubur dalam menunggu yaumulhisab? Apakah amalku sudah mencukupi selama ini? Adakah yang bisa ditabung selain doa anak saleh yang kita perjuangkan sekarang? Jawabannya ada yaitu 'amal jariah' termasuk di dalamnya adalah tulisan kita.
Ingat penyemangat, bahwa satu peluru mampu menembus satu kepala namun satu tulisan mampu menembus ribuan kepala? Begitu pun tulisan yang sudah terbukukan atau yang sekarang beredar dalam berbagai media, akan bisa mengirimkan pahala pada kita sebagai amal jariah sampai yaumulkiamah. Dengan tulisan, kita mampu membangkitkan kebaikan, menjadikan kesadaran insan yang lalai menuju ketaatan pada Ilahi Robbi.
Begitu pun sebaliknya, jika saat ini kita membuat konten-konten sampah, membuat tulisan-tulisan yang membuat manusia lalai dalam menghamba pada Ilahi Robbi, maka berarti kita menanam benih dosa yang akan kita petik terus hingga yaumulkiamah sebagai amalan dosa. Walau kita sudah mati jejak tulisan itu insyaallah akan tetap ada. Dan akan tetap langgeng, dan bisa menjadi referensi generasi setelah keberadaan kita.
Dari sini, saya bertekad untuk segera menuangkan gagasan kembali terlepas dari menang atau kalah tidak menjadi masalah. Syukur-syukur jika menang karena memang itu motivasi awal ketika berkomitmen ingin daftar challenge ini.
Apalagi ketika tulisan terapresiasi, itu memang mampu menjadikan para penulis bagai kuda yang terlecut sehingga mampu memberikan dorongan untuk segera berlari menggapai mimpi. Mimpi di sini adalah impian nyata yang akan segera terealisasi berupa buah karya tulisan. Dan challenge media NarasiPost.Com inilah pelecut penulis-penulis ideologis agar mampu bersaing dengan keburukan media yang telah mengakar oleh sebab sistem kapitalis liberal. []
Barakallahu fiik mb Lilik. Semoga tetap semangat dalam menulis.
Aamiin.Aamiin. jazakillah khoir dek firda...yg selalu menyemangatiku.. love
Betul, walau kalau tetap niatkan menulis untuk dakwah. Jika tak dapat hadiah, setidaknya kita mendapat amal jariyah. Barakallah ...
leres bu .. semoga kebaikan para penulis ini diterima sebagai amalan sholih. dhapus dr dosa riak2 Aamiin
Ada candu dalam challenge NP. Bener banget. Bikin nagih
sampai blum slesai sudah nunggu challenge berikitnya ya mbak.
Masyaallah. Ide untuk menulis memang bisa muncul di mana saja, termasuk saat ada di jalan tol. Barakallah mba @Lilik.
inggeh niku. sering saya justru muncul disaat yang tidak memungkinkan untuk sefera ditulis. mbak. wafiki Barokalloh mbak @atien
Sepakat denganku, niat menulis untuk dakwah, dan sangat inspiratif barakallah penulis
wafiki Barokalloh mbk Hanimatul Ummah
Bisa menembus media dakwah NarasiPost.Com itu sesuatu banget pokoknya.
Betul mbk. ingin coba merasakan tapi belum kesampaian.