Menjadi Pasangan yang Kompeten

Membina mahligai rumah tangga membutuhkan kompetensi dari masing-masing pasangan suami istri dan tak boleh asal-asalan.

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Rumah tangga adalah institusi terkecil masyarakat. Bermula dari kondisi rumah tanggalah masyarakat menjadi kuat atau lemah. Sayangnya, makin hari makin banyak kita dapati rumah tangga yang rusak, bahkan hancur dihantam badai ujian yang datang, baik dari dalam tubuh mahligai itu sendiri ataupun karena faktor eksternal. Banyak rumah tangga yang karam hanya gara-gara hal sepele. Bahkan tak jarang rumah tangga yang baru seumur jagung hancur disebabkan pasangan yang tidak kompeten, belum memahami peran, hak, dan kewajibannya, serta bagaimana mempertahankan biduk rumah tangga.

Makna Pasangan Suami Istri dalam Al-Qur'an

Di dalam surah Ar-Ruum ayat 21, Allah berfirman, "Dan salah satu ayat-ayat kebesaran Allah adalah diciptakan-Nya untukmu pasangan dari jenismu sendiri, hal itu supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah telah menjadikan rasa kasih sayang di antaramu. Sungguh, pada yang hal itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal."

Allah menyebut kata istri di dalam Al-Qur'an dengan makna yang khas. Karena itu, kadang-kadang Al-Qur'an menyebut istri dengan kata imra'ah, kadang sahibah, namun ada kalanya dengan kata zawj. Allah menyebut istri dengan sebutan imra'ah, ketika pikiran dan hati seorang istri tidak terjadi chemistry dengan pasangannya. Contohnya dalam surah Al-Qashash ayat 9 tentang bagaimana Allah menyebut istri Firaun dengan kalimat imra'ah. Kenapa demikian? Karena seperti kita ketahui, bahwa Firaun kafir, sementara istrinya mukminah, mereka dipisahkan oleh akidah sehingga tidak ada chemistry di antara mereka berdua. Begitu juga dalam ayat yang menyebutkan tentang kisah istrinya Nabi Luth salah satunya dalam surah Al-A'raf ayat 80-84.

Begitu pula, ada kalanya Allah menggunakan kata sahibah untuk menyebut seorang istri, seperti di dalam surah 'Abasa ayat 36. Di dalam surah tersebut, Allah menggunakan kata sahibah untuk menyebut istri yang terpisah dari suaminya karena kematian. Karena meskipun di dunia mereka hidup bersama, tetapi ketika mereka dibangkitkan dalam keadaan sendiri-sendiri, meskipun mungkin dikubur bersama-sama.

Akan tetapi, Allah menggunakan kata zawj untuk menyebut pasangan yang masih hidup dan mempunyai chemistry keimanan, seperti yang Allah sebutkan dalam surah Ar-Ruum ayat 21 di atas. Uniknya, kata azwaj atau zawj ini kembali digunakan oleh Allah untuk menyebut menjadi pasangan suami istri yang kelak masuk surga setelah selesai urusan mereka dengan Allah, sebagaimana disebutkan dalam surah Az-Zukhruf ayat 70, "Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan."

Membangun Chemistry dengan Pasangan

Dari sini kita pahami, bahwa hanya pasangan yang mempunyai chemistry keimanan yang akan tetap menjadi pasangan, bahkan kelak Allah masukkan mereka ke dalam surga bersama-sama. Lalu bagaimana membangun chemistry pada azwaj atau pasangan ini?

Al-Qur'an telah memberikan resep sesuai dalam surah Ar-Ruum ayat 21 di atas.

  1. Bangun kecenderungan pada pasangan.
    Dalam ayat tersebut Allah menyebut litaskunu, yang bermakna cenderung kepadanya (pasangan). Litaskunu diambil dari kata sakinah, berasal dari kata sukun yang bermakna berhenti. Maka untuk menggapai keluarga yang sakinah maka condongkan hati kita kepada pasangan kita. Hati yang cenderung kepada pasangan akan berhenti dari mencari-cari selain pasangannya.

  2. Niatkan menikah untuk ibadah.
    Penting untuk memulai pernikahan dengan niat ibadah karena Allah. Apabila landasan menikah hanya karena cinta, sungguh cinta itu akan luntur cepat atau lambat. Begitu pula menikah berlandaskan rupa, sejatinya rupa atau penampilan fisik pun akan memudar seiring waktu. Untuk itu, agar cinta tak mudah luntur, penampilan tak memudar, landasilah pernikahan kita dengan niat ibadah kepada Allah. Inilah yang disebut kekuatan ruhiyah. Dengan niat ini, maka segala macam turbulensi yang akan menempa keluarga ini insyaallah akan bisa bertahan. Kenapa? Karena kekuatan motivasi yang paling kuat itu bukan kekuatan materi (madiyah), meskipun mungkin maharnya besar. Bukan pula kekuatan maknawiyah (cinta, jabatan, penampilan, dll). Akan tetapi, motivasi yang paling kuat itu adalah kekuatan ruhiyah, kekuatan spiritual.

  3. Merawat dan menjaga cinta karena Allah.
    Dalam ayat tersebut pun Allah melanjutkan dengan kata warahmah. Kemudian Allah menggunakan kata ja'ala dan tidak menggunakan kata khalaqa, meskipun diterjemahnya selalu diartikan sama yaitu menjadikan. Jika khalaqa (menjadikan/menciptakan) itu adalah hak prerogatif Allah. Berbeda dengan kata ja'ala (menjadikan) yang bermakna ada ikhtiar kita dalam prosesnya. Artinya memang Allah sudah menyemaikan bibit cinta itu, tetapi kita dan pasang kitalah yang harus merawat dan menjaganya, yaitu dengan melakukan semua upaya karena Allah.

  4. Menyadari dan rida dengan takdir Allah.
    Jodoh adalah takdir Allah. Allah-lah yang menautkan hati pasangan suami istri. Caranya dengan belajar untuk menerima dan memahami setiap kelebihan dan kekurangan pasangan. Karena tak ada manusia yang sempurna, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, termasuk pasangan kita. Selain itu selalu menjaga persangkaan yang baik kepada Allah. Jangan pernah ragu sedikit pun dengan ketetapan Allah. Ketika Allah menentukan suatu takdir untuk kita, yakinlah itu yang terbaik untuk kita, sehingga jika kelak aral rintangan mengadang, ombak badai menerjang, kita yakin itu semua adalah takdir Allah, dengan begitu niscaya kita akan lebih rileks dalam menghadapinya.

  5. Mengasah kompetensi sebagai suami atau istri. Terus berlatih dan menuntut ilmu, kukuhkan keimanan, perbanyak doa, syukur, dan sabar.

Pernikahan Butuh Kompetensi

Menjalani kehidupan rumah tangga agar menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah memang butuh ilmu, bahkan tak hanya ilmu tetapi juga butuh skill. Lalu apa saja yang harus diperhatikan agar mempunyai skill itu dan menjadi pasangan yang kompeten?

  1. Butuh knowledge atau ilmu.
    Membangun rumah tangga tak cukup hanya dengan kesiapan mental dan keberanian, akan tetapi membutuhkan ilmu. Ilmu bagaimana membangun keluarga, menyelami perasaan pasangan, menjaga keutuhan keluarga, mendidik anak, termasuk menjaga keharmonisan keluarga, bagaimana menjadi keluarga yang dirindukan surga, dll.

  2. Butuh understanding/saling pengertian. Saling memahami karakter masing-masing pasangan. Memahami pasangan bahkan pada hal-hal yang kadang dianggap sepele. Saling pengertian ini akan menciptakan keluarga yang damai dan tenteram. Termasuk menjaga perasaan pasangan. Memahami hal apa yang ia sukai atau tidak, dan sebagainya. Sebagaimana yang bisa kita teladani dari rumah tangga Rasulullah. Beliau sukses membangun keluarga baik monogami selama 25 tahun bersama Ibunda Khadijah, maupun poligami selama 10 tahun bersama 11 istri. Beliau begitu menjaga perasaan istri-istrinya, salah satunya dengan memiliki panggilan sayang bagi masing-masing istrinya. Perlakuan beliau begitu baik kepada mereka, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam At-Tirmizi, "Sebaik-baik kalian adalah seorang laki-laki yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik untuk keluargaku."

  3. Butuh skill/keterampilan, termasuk keahlian komunikasi dengan pasangan. Keterampilan ini sangat dibutuhkan demi menjaga keharmonisan keluarga. Seperti jamak diketahui, hubungan suami itu tak selalu mulus, ada lika-liku dalam perjalanannya. Maka skill merayu pasangan yang sedang marah, mendinginkan suasana yang sedang panas karena masing-masing mempertahankan ego, mengerjakan tugas rumah tangga seperti yang Rasulullah contohkan bahwa beliau pun sering menjahit pakaiannya sendiri, dll.

  4. Selain kompetensi di atas, rumah tangga pun harus punya value/nilai. Sepasang suami istri yang sedang memulai membangun mahligai rumah tangga, ataupun pasangan yang telah lama menikah, harus menentukan value apa yang ingin dicapai oleh keluarganya. Apakah menjadi keluarga pejuang Islam, keluarga ideologis, keluarga perindu surga, atau nilai-nilai yang lain. Setiap pasangan harus memperjelas value ini, sehingga menjadi cita-cita yang layak untuk diperjuangkan, sehingga ketika ada angin yang meniup dan mulai menjelma menjadi badai yang mengguncang biduk rumah tangga, diharapkan ada evaluasi dan semangat untuk kembali menghidupkan value ini kembali.

Khatimah

Membina mahligai rumah tangga membutuhkan kompetensi dari masing-masing pasangan suami istri. Karena lembaga pernikahan ini merupakan benteng terakhir bagi pertahanan akidah umat manusia sehingga tak boleh asal-asalan dalam membangunnya. Berapa banyak institusi pernikahan hari ini hancur dan porak-poranda dikarenakan kurangnya ilmu dan kemampuan mengelola dari pasangan suami istri. Padahal, lahirnya generasi emas ataupun generasi cemas sangat ditentukan oleh institusi ini.

Setiap muslim sudah seharusnya mempunyai visi misi yang jelas dalam rumah tangganya, serta berusaha menjalaninya dengan sungguh-sungguh sesuai tuntunan syariat. Dengan begitu diharapkan pernikahan akan kembali menjadi basis pertahanan yang kukuh bagi umat dari gempuran musuh-musuhnya.

Wallahu a'lam bishshawaab.[]

Hibernasi

Jika hibernasi yang dilakukan untuk menutupi kemalasan, kurangnya pengorbanan, atau bahkan melalaikan amanah, jelas hibernasi ini tidak tepat dilakukan.

Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com/Penulis Derap Dakwah Umayah)

NarasiPost.Com-Masih merenung dalam lamunan. Berharap hibernasi segera usai. Ditemani teman imut yang selalu menatap, sebuah pesan terdengar dari gawai buatan negeri Sakura. Lamunan pun hilang ketika tangan ini bergetar membaca sebuah pesan dari orang nun jauh di sana. Bersegera membalas pesan yang masuk karena sudah lebih dari sepuluh menit pesan tersebut dikirim melalui grup WhatsApp. Berharap masih ada kesempatan untuk berkontribusi. Meskipun diiringi tangis makhluk mungil yang sulit disambi dalam mengerjakan berbagai kegiatan.

“Guys, di antara kalian ada yang akan di-remove oleh jurinya dari grup ini sehubungan sampai detik ini tidak ada satu pun naskah challenge yang dia kirim,” begitulah awal pesannya.

Hati ibu yang telah memiliki empat anak pun berdetak lebih cepat. Lisannya tak berhenti mengucapkan kalimat tayibah dan doa, “Rabbi yassir wa laa tu’assir. Ya Allah, mudahkanlah janganlah Engkau persulit.”

Awal Hibernasi

Tangis bayi yang kini menginjak enam bulan kembali pecah. Seperti biasa, sang ibu kembali menggendongnya ditatapnya sang bayi dan diucapkan kata-kata lembut untuk menenangkannya. Ia terus berharap kepada Allah agar bayi laki-laki tersebut bisa segera istirahat sejenak mengingat kondisinya yang sejak beberapa hari lalu sedang flu.

Allah Taala mengabulkan doa sang ibu. Bayi itu terlelap dan ibunya segera membuka laptop untuk menyelesaikan sebuah tulisan yang sudah ada di dalamnya. Ya, ibu itu adalah salah satu pejuang pena yang telah lama hibernasi.

Sejak kelahiran buah hati keempatnya, ia memutuskan untuk istirahat sejenak dari aktivitas menulis opini dakwah. Ia harus memulihkan kesehatan setelah persalinan dan beradaptasi mengurus keempat anaknya bersama suaminya. Namun, hibernasi yang ia lakukan terlalu lama hingga ia merasa buntu untuk kembali menulis, bahkan sering tak menyelesaikan tulisannya hingga berita yang diangkat sirna dimakan waktu.

Angan-angan dapat segera bangkit untuk menulis setelah melahirkan pun hilang. Ujian hidup berulang kali menimpa keluarganya. Karena lamanya hibernasi dalam menulis, ia pernah membuat khawatir rekan dan pengayom media dakwah yang diikutinya lantaran tak pernah ada kabar mengenai dirinya.

Hibernasi Kebablasan

Hibernasi yang dilakukan penulis mungkin menjadi maklum bagi sebagian orang. Bagi mereka yang tidak turut berjuang dalam dakwah literasi. Namun, itu tidak benar bagi mereka yang berjuang di dalamnya. Karena sesungguhnya menulis opini Islam kini bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Bukankah saat ini telah ada gawai? Bukankah saat ini segala informasi bisa dengan mudah didapatkan?

Jadi, tak ada alasan untuk berlama-lama melakukan hibernasi. Yang ada hanyalah kemalasan, kurangnya mengatur waktu dengan baik, kurangnya pengorbanan, dan lain sebagainya. Astagfirullah, berasa menampar muka sendiri. Namun, inilah yang terjadi. Itulah mengapa, Allah Taala telah mengingatkan setiap muslim dalam firman-Nya pada surah Al-Asr. Bahwasanya manusia benar-benar dalam keadaan merugi.

Jika hibernasi digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan diri maka tak masalah. Seperti hibernasi yang terjadi pada metamorfosis kupu-kupu. Sang ulat berhenti makan daun untuk berubah menjadi kepompong yang akhirmya menjadi kupu-kupu cantik. Atau hibernasi yang dilakukan oleh sebagian hewan lain ciptaan Allah seperti beruang yang dilakukan pada musim dingin untuk bertahan hidup.

Akan tetapi, jika hibernasi yang dilakukan untuk menutupi kemalasan, kurangnya pengorbanan, atau bahkan melalaikan amanah, jelas hibernasi ini tidak tepat dilakukan.

“Astagfirullah, Ya Allah, ampunilah segala kelalaian hamba, berilah hamba kesempatan untuk kembali bangkit dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya,” begitulah salah satu doa yang selalu terpanjat dari sang ibu sambil menyelesaikan tulisannya.

Di tengah mendampingi putranya yang terlelap, tulisan terus mengalir dalam ketikannya. Tulisan yang pertama ia selesaikan adalah rubrik Family. Karena ia belum mahir pada rubrik tersebut, tulisan yang ia tulis pun berasa tulisan opini bagi sebagian yang membacanya. Begitu juga dengan tulisan pada rubrik Story yang ia tulis. Ia merasa ada campuran motivasi di dalamnya. Astagfirullah, ia terus berucap. Di dalam hati dan pikirannya kini hanya satu. Menulis lillah tanpa menghiraukan kesempurnaan. Jika tulisannya lolos tayang di media dakwah , ia akan sangat bersyukur. Jika tidak lolos, ia tetap bersyukur karena telah mampu menaklukkan keraguan dirinya yang sempat tidak percaya diri untuk mengikuti challenge yang ia jalani sekarang.

Tak Memandang Kesempurnaan

Tulisan rubrik Family yang dikerjakannya telah ia selesaikan. Sang bayi pun telah tersenyum tanda ia telah bangun dari tidurnya. Padahal, hanya 20 menit ia terlelap. Flu yang masih dirasakan sang bayi membuatnya tak nyenyak. Sang ibu yang merupakan penulis segera mengirimkan tulisannya. Ia tak sempat cek plagiarisme seperti yang diminta oleh juri lomba. Sebab, tak ada waktu baginya. Bayi mungil itu telah siap untuk dicium, dipeluk, dan digendong oleh ibunya.

Sang penulis tak memandang kesempurnaan pada tulisannya. Baginya, dapat mengirimkan tulisan dan mengikuti challenge telah membuktikan bahwa ia bisa melakukannya. Ia telah menaklukkan dirinya dengan berbagai alasan yang ada di kepalanya. Ia telah membuktikan bahwa tekad yang kuat bisa mengalahkan berbagai alibi dari kondisi hidup yang ia alami sekarang. Ia kembali merasakan kebenaran firman Allah Taala dalam surah Ali Imran ayat 159,

“Dan jika kamu memiliki tekad , maka bertawakallah kepada Allah.”

Wallahu a'lam bish-shawaab []

Menjemput Mimpi di Meraki Literasi

Meraki Literasi adalah ajang bergengsi bagi para penulis yang melakukannya dengan hati, agar karyanya tetap abadi meski raga sudah tak membersamai.

Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Meraki Literasi, kata yang tidak asing di grup Konapost. Dua kata yang mempunyai makna dalam banget, terutama bagi saya yang awam dalam masalah bahasa asing. Karena nyatanya dalam Challenge Meraki Literasi ke-1 dan ke-2, diriku bisa menjadi juara kesatu untuk yang pertama kalinya, setelah berkali-kali NP mengadakan berbagai challenge dan diriku hanya sukses mentok di juara tiga dan masuk lima besar saja.

Kata “meraki” yang berarti melakukan sesuatu dengan cinta, kreativitas, dan sepenuh jiwa. Menurut Pempred NP kata “meraki” ini berasal dari kota Turku Finlandia, negara yang pernah ia kunjungi selama 3,5 tahun. Memang kata Meraki Literasi identik dengan NP dan sepertinya hanya NP yang punya istilah seperti itu. Melakukan segala sesuatu dengan sepenuh jiwa sebagaimana yang Pemred NP lakukan untuk media ini agar selalu terdepan.

Meraki Literasi Dakwah Aksara dari Hati

Setelah takdir mempertemukan diriku dengan dakwah Islam kaffah, ada satu ayat yang seolah menjadi mantra dalam jiwa. Sebuah ayat yang mampu memberiku semangat untuk terus mendakwahkan Islam lewat lisan atau tulisan. Ketika membaca dan menadaburi makna ayat tersebut, aliran darah dan jantungku seakan berdetak lebih kencang. Mantra yang mampu membuat diriku punya daya juang tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran: 104 yang artinya:

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Ayat yang sanggup mengubah pandangan hidupku tentang hakikat dakwah yang penuh cinta pada sesama. Sebuah amalan mulia yang pahalanya akan dipersembahkan di hadapan Allah Swt., yang seharusnya dilakukan dengan segenap jiwa dan raga. Termasuk ketika diriku mengambil peran dakwah yang tertuang dalam sebuah rangkaian aksara, maka aku ingin goresan aksara itu bisa menggetarkan jiwa sang pembaca.

Nyatanya aktivitas menulis membuat diriku ketagihan, karena aku melibatkan hati di dalam aktivitas menulisku. Ada rasa senang ketika tulisan tayang di media kesayangan NP. Meskipun diriku belum mampu menjadi seperti para penggawa NP, akan tetapi aku merasa bangga bisa menjadi bagian dari media yang sangat menghargai jerih payah para pejuang pena ini.

Dalam hal ilmu kepenulisan aku terus berusaha mengasah kemampuan agar kumpulan aksara yang tertuang bisa mengubah pemikiran manusia, dari yang biasa menjadi luar biasa. Kumpulan aksara yang bisa mendatangkan pahala jariah ketika diriku telah tiada. Namun, karena keterbatasan ilmuku untuk menyampaikan dakwah, maka diriku harus banyak belajar. Termasuk tetap belajar menjadi penulis yang bisa bersanding dengan jawara literasi NarasiPost media. Sebagaimana saat ini, keberadaanku di kelompok Meraki Literasi di Challenge NP. Sebuah tantangan bagi para jawara literasi di NP dalam merangkai aksara.

NP Media Penuh Pesona

Tidak terbantahkan pesona NP memang luar biasa. Bagaikan gula-gula yang akan terus mendatangkan semut untuk mengerumuninya. Bagiku NP adalah sahabat pena dalam mendakwahkan Islam lewat rangkaian aksara.

Selain pesona challenge-nya, NP adalah tempat untuk meng-upgrade diri bagi para penulis. Kedekatan yang dibangun antara penulis, tim dan motivasi dari Pemred NP, nyatanya mampu melahirkan penulis-penulis keren dan berkelas di dunia dakwah literasi. Maka tidak heran jika pengunjung NP dari waktu ke waktu makin meningkat.

Semoga menjelang ulang tahunnya yang keempat, NP makin terdepan dalam mendakwahkan Islam ke penjuru alam.

Meraki Literasi Sebuah Bukti

Bulan Mei 2024, adalah bulan yang bersejarah bagi diriku selama berkiprah menjadi kontributor NP. Bulan itu untuk pertama kalinya sejak bergabung dan mengenal NP di akhir tahun 2020, diriku bisa mendapatkan juara pertama di challenge NP.

Meraki Literasi sebuah challenge pembuktian bagi diri, bahwa dakwah literasi bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan mempunyai tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah. Menulis one day one article di tengah menumpuknya amanah sebagai pengemban dakwah dan ibu rumah tangga. Sadar diri, sadar posisi, siapa diri ini mengharuskan aku mengambil kesempatan ini. Sebuah kesempatan menulis dari NP yang mengambil kriteria tulisan terbanyak, kontributor terproduktif, dengan berbagai persyaratan untuk bisa tayang di NP.

Challenge Meraki Literasi di bulan Mei sebagai bukti bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan hati akan menjadi obat hati, terbukti aku berhasil melalui dan menjadi juara kesatu untuk yang pertama kali.

Tidak berhenti sampai di sini, Challenge Meraki Literasi kedua juga berhasil aku lalui dengan menjadi juara lagi. Meskipun menurutku tantangan Meraki Literasi yang kedua ini lebih sulit. Kriteria dan syarat dalam penulisan naskahnya lebih berat, akan tetapi hal ini tidak membuat semangatku surut. Bahkan tekad dalam diri untuk menjadi yang pertama makin menggebu karena pemenang pertama akan mendapatkan hadiah terbit buku. Sebuah keinginan yang sudah di depan mata dan harus diupayakan dengan sekuat tenaga, meski kadang raga lelah tak berdaya, meski kadang ada kelas online yang sering terjeda karena harus fokus untuk merangkai aksara sehingga menjadi juara.

Dorongan kuat akan terbitnya buku keduaku dari NarasiPost Media Publisher, membuat aku makin semangat untuk menaklukkan Challenge Meraki Literasi kedua. Buku yang insyaallah akan aku jadikan alat dakwah kepada simpul-simpul umat untuk mendakwahkan Islam. Sebuah kebanggaan ketika buku keren dari NarasiPost bisa dijadikan sebagai tanda mata ketika silah ukhuwah di dunia nyata.

Nyatanya Challenge Meraki Literasi ke-2 memang butuh usaha yang luar biasa, selain pesaingnya adalah para pejuang muda yang bertalenta, membuat diriku kadang ingin menyerah begitu saja. Terlebih ketika Mom Andrea sempat memberi kejutan di detik-detik akhir penilaian para juri, jika diriku pada challenge kali ini bukanlah pemenang pertama lagi. Sempat sedikit kecewa, tapi kembali pada niat awal lagi, bahwa menang atau kalah niatkan menulis karena dakwah bukan yang lain. Siapa pun pemenangnya aku juga akan tetap menang, karena setiap aksara yang terangkai pasti akan ada balasan pahala dari Allah Swt.

Bagiku Challenge Meraki Literasi ini adalah sebuah kesempatan untuk pembuktian, maka aku berusaha untuk menyemangati diri sendiri. Kalimat pembakar semangat aku tuliskan di kertas kecil, aku sematkan di tiap sudut ruangan, di tiap lembar buku bacaan. Faktanya kata motivasi pantang pulang sebelum menang yang selalu aku sisipkan dalam setiap ruang dan waktuku, berhasil menjadi cambuk bagiku untuk menyelesaikan Challenge Meraki Literasi ke-2 dan keluar sebagai juara pertama. Ternyata Mom Andrea tengah memberi kejutan padaku. Ia yang awalnya mengatakan bukan aku pemenangnya ternyata hanya ingin memberi kejutan saja, ia nge-prank aku. Padahal aku juga sudah pesimis, akan tetapi aku tetap menyelesaikan targetku untuk menulis lebih dari 30 naskah dalam sebulan. Sekali lagi semangat pantang pulang sebelum menang mampu menghibur diriku saat itu, meski prank dari Mom Andrea sukses membuat ciut hatiku.

Meraki Literasi Ajang Bergengsi

Kini NP kembali membuat challenge gebrakan luar biasa. Challenge untuk acara milad keempat NP telah dibuka sejak tanggal 25 September. Sebuah challenge dengan hadiah yang fantastis. Banyak hadiah menarik telah disiapkan, termasuk hadiah emas murni untuk juara umum. Hadiah manis bagi para penulis ideologis.

Challenge kali ini memang berbeda dengan yang sebelumnya, karena para peserta dikelompokkan dalam tiga kategori. Ada tiga kelompok yakni Meraki Literasi, Rempaka Literais, dan Orkestra Literasi.

Bagiku ada rasa senang dimasukkan dalam kelompok Meraki Literasi, yang berarti adalah kelompok para jawara literasi di NP. Meskipun terkadang nyaliku menjadi ciut, tetapi ini bukan perkara menang atau kalah semata, akan tetapi ini adalah salah satu bentuk kontribusiku dalam dakwah. Sebagai bentuk kesungguhanku dalam menjalankan seruan Nabi saw. Beliau berpesan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang artinya:

"Allah Swt. mencela sikap lemah dan tidak bersungguh-sungguh. Maka kamu harus memiliki sikap cerdas dan cekatan, tetapi jika kamu tetap terkalahkan oleh suatu hal, maka ucapkanlah “Hasbunallah wanikmal wakil.”

Semoga Allah mampukan diri ini untuk menaklukkannya. Karena sejatinya tantangan terberat dari sebuah challenge adalah menaklukkan diri sendiri. Terlebih ketika mental block menghinggapi diri. Ide-ide terkadang terbang melayang entah ke mana.

Meraki Literasi adalah ajang bergengsi bagi para penulis yang melakukannya dengan hati, agar karyanya tetap abadi meski raga sudah tak membersamai. Terima kasih buat NP yang selalu mewadahi kami-kami para penulis ideologis, semoga di usiamu yang makin bertambah, NP makin terdepan dalam menyampaikan dakwah Islam kaffah. So, happy milad NP.

Wallahu a'lam bish-shawaab. []

Bektashi, Negara Spiritual

Bektashi memainkan peran penting dalam membentuk identitas agama di Albania, yang terkenal sebagai salah satu negara dengan tingkat pluralisme agama tertinggi di Eropa.

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebuah negara dibentuk dari kesadaran masyarakatnya yang memiliki pemikiran, perasaan, dan arah tujuan yang sama dengan memiliki wilayah kekuasaan atau teritorial yang diakui bersama secara global. Oleh karena itu, negara bukanlah komunitas yang dipaksakan atau dibentuk oleh kepentingan seseorang atau berada dalam tekanan pihak tertentu.

Misalnya saja, Vatikan walaupun menamakan dirinya sebuah negara, tetapi secara fakta hanyalah komunitas keagamaan dan keberadaannya berada di dalam wilayah Kota Roma yang menjadi Ibu Kota Negara Italia. Namun, rupanya hal serupa akan diikuti pula oleh Albania yang akan menjadikan Kota Tirana sebagai negara untuk komunitas sufi Bektashi, sebuah komunitas spiritual yang memiliki sejarah tersendiri di Albania.

Rencana menjadikan Tirana sebagai sebuah negara untuk komunitas Bektashi, seperti dilansir media berita CNN Indonesia (24-9-2024), disampaikan secara langsung oleh Perdana Menteri Albania, Edi Rama, saat berbicara di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Minggu (22/9).

Eksistensi Bektashi

Komunitas spiritual Bektashi adalah salah satu cabang tarekat sufi yang memiliki pengaruh signifikan di Albania dan beberapa wilayah Balkan. Tarekat Bektashi berasal dari tradisi spiritual yang didirikan oleh Haji Bektash Veli, seorang mistikus asal Persia-Turki yang hidup pada abad ke-13. Tarekat ini memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari tarekat sufi lainnya, terutama dalam hal kepercayaannya yang lebih inklusif, liberal, dan sering kali sinkretis dengan praktik lokal.

Bektashi menjadi salah satu tarekat sufi yang berkembang pesat di wilayah Kekhalifahan Utsmaniyah, yang selama beberapa abad menguasai sebagian besar wilayah Balkan, termasuk Albania. Pada abad ke-15 hingga ke-17, Bektashi mendapatkan dukungan dari Kekhalifahan Utsmaniyah, terutama dari kelompok militer elite mereka, yaitu Janissari, yang sering kali menjadi penganut tarekat ini.

Dukungan dari Janissari dan Kekhalifahan Utsmaniyah membantu perkembangan Bektashi ke seluruh wilayah yang dikuasai oleh Utsmaniyah. Hal ini memungkinkan tarekat Bektashi menyebar hingga ke Albania dan wilayah sekitarnya. Di Albania, Bektashi mulai diterima oleh masyarakat, terutama di daerah pegunungan dan pedesaan, yang secara tradisional memiliki kepercayaan sinkretis antara ajaran Islam dan praktik adat lokal.

Setelah kemunduran Kekhalifahan Utsmaniyah dan pembubaran Janissari pada abad ke-19, tarekat Bektashi mengalami tantangan besar. Meskipun demikian, di Albania, Bektashi terus bertahan, terutama setelah Kemal Ataturk di Turki melarang semua aktivitas tarekat sufi pada tahun 1925. Albania kemudian menjadi pusat penting bagi tarekat Bektashi, dengan kota Tirana menjadi salah satu pusat spiritual dan administratif utama. Di Albania, komunitas ini berhasil mempertahankan tradisi sufi mereka meskipun menghadapi represi dari rezim komunis pada abad ke-20.

Setelah runtuhnya komunisme pada awal 1990-an, tarekat Bektashi mengalami kebangkitan kembali di Albania. Saat ini, Albania menjadi salah satu pusat global utama bagi tarekat ini, dengan banyak pengikut yang menghormati nilai-nilai toleransi beragama, spiritualitas, dan penghargaan terhadap tradisi lokal.

Keunikan

Salah satu keunikan Bektashi adalah keterbukaannya terhadap perbedaan. Bektashi menggabungkan unsur-unsur ajaran Islam Syi’ah, khususnya penghormatan yang tinggi terhadap ahlulbait, serta unsur-unsur dari kepercayaan mistik lokal. Meskipun tarekat ini secara nominal dianggap sebagai bagian dari Islam, praktik Bektashi lebih mengedepankan spiritualitas esoteris, dengan penekanan pada pembersihan batin, meditasi, dan pencarian hubungan pribadi dengan Tuhan.

Selain itu, ada catatan sejarah yang menarik tentang Bektashi dengan Kekhalifahan Islam terutama berhubungan dengan peran pentingnya di dalam Kekhalifahan Utsmaniyah. Dukungan dari Kekhalifahan Utsmaniyah, terutama melalui kelompok Janissari, memberi Bektashi kekuatan politik dan sosial yang besar selama berabad-abad. Namun, setelah jatuhnya Utsmaniyah, Bektashi terpaksa menyesuaikan diri dengan dunia baru yang tanpa pusat kekuasaan Islam yang kuat seperti kekhalifahan.

Meskipun demikian, hubungan komunitas Bektashi dengan kekhalifahan lebih bersifat politis ketimbang teologis. Secara spiritual, tarekat ini berkembang sebagai gerakan mistik yang cenderung berdiri di luar kekuasaan negara. Hubungannya dengan Kekhalifahan Utsmaniyah lebih didasarkan pada kepentingan politik dan perlindungan, daripada keterikatan pada struktur kekuasaan Islam secara formal.

Saat ini, Bektashi memainkan peran penting dalam membentuk identitas agama di Albania, yang terkenal sebagai salah satu negara dengan tingkat pluralisme agama tertinggi di Eropa. Komunitas ini sering kali diakui sebagai simbol toleransi beragama dan perdamaian, sejalan dengan ajaran mereka yang menekankan cinta kasih, persatuan umat manusia, dan penghormatan terhadap semua agama.

Di Albania, banyak orang menganggap tarekat Bektashi sebagai jembatan antara Islam dengan kepercayaan lokal maupun agama-agama lain. Tradisi ini juga telah membantu memperkuat hubungan budaya dan spiritual antara Albania dan negara-negara lain di wilayah Balkan.

Dengan demikian, hal penting yang harus diperhatikan di sini, meskipun Bektashi lahir dan berkembang di bawah naungan Kekhalifahan Islam, bukan berarti telah berkontribusi bagi Kekhalifahan Islam, melainkan sebagai bukti bahwa pemerintahan dalam sistem Khilafah mengayomi semua kalangan, termasuk minoritas Bektashi.

Inilah wujud keadilan dan cermin seorang pemimpin yang memang harus bersikap adil dalam mengurusi rakyatnya. Di dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. menyebutkan, bahwa seorang pemimpin itu harus melindungi rakyatnya, apalagi pemimpin negara adalah pemimpin bagi rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).

Walallahu'alam bish shawaab. []

Penuaan Manusia Menurut Sains dan Al-Qur'an

Penuaan manusia merupakan sebuah keniscayaan. Fakta tersebut telah dijelaskan oleh para peneliti melalui sains dan dinyatakan dalam Al-Qur'an yang mulia.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku)

NarasiPost.Com-Banyak orang merasa takut menjadi tua. Demi terlihat tetap muda, banyak orang yang akhirnya memoles wajah dan tubuh mereka dengan berbagai produk kecantikan, bahkan sampai menggunakan bantuan teknologi canggih hanya untuk "menolak" tua. Namun, tampaknya banyak orang tidak menyadari bahwa secantik atau setampan apa pun seseorang, ia tetap akan menua suatu hari nanti.

Tak dimungkiri, manusia memang mengalami perubahan secara bertahap pada fisiknya, mulai dari bayi, anak-anak, dewasa hingga lanjut usia. Saat mulai menua atau berumur sekitar 40-an tahun, seseorang sering kali merasakan gejala yang tidak nyaman di tubuhnya, seperti mudah lelah, gampang sakit, munculnya kerutan di wajah, dll. Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa tubuh manusia tidak mengalami penuaan pada tingkat yang tetap hingga dewasa. Peningkatan penuaan secara drastis justru terjadi saat seseorang berusia 44 dan 60 tahun.

Hal itu diketahui berdasarkan riset yang dilakukan beberapa peneliti dari Stanford University School of Medicine yang diterbitkan oleh jurnal Nature Aging pada 14 Agustus 2024. Penelitian baru tersebut melibatkan pengukuran terhadap lebih dari 11.000 molekul yang ada dalam tubuh orang dewasa dari waktu ke waktu dan melibatkan 108 relawan yang berusia 25—75 tahun. Berdasarkan riset tersebut ditemukan fakta bahwa 81 persen di antaranya mengalami perubahan secara dramatis pada usia 44 dan 60 tahun. ( tempo.co, 29-8-2024 )

Pelacakan Usia Biologis

Riset yang dilakukan para peneliti tersebut difokuskan pada pelacakan usia biologis (perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis seseorang). Maksudnya, penelitian dilakukan merujuk pada perubahan yang terjadi di dalam tubuh manusia selama hidup yang berpengaruh terhadap metabolit, protein, dan aktivitas gen. Jadi, riset tersebut bukanlah menghitung usia kronologis (perhitungan usia yang dimulai dari waktu kelahiran sampai saat perhitungan usia).

Berdasarkan penelitian terhadap molekul yang berbeda-beda sebagaimana disebutkan sebelumnya, ditemukan fakta bahwa sebagian besar molekul tersebut tidak berubah secara bertahap dan kronologis. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan terhadap kelompok molekul dengan perubahan terbesar, para peneliti menemukan adanya transformasi yang cenderung terjadi pada orang yang berusia pertengahan 40-an dan awal 60-an tahun. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh ahli genetika dan Direktur Pusat Genomik dan Pengobatan Michael Snyder dari Stanford University.( alinea.id, 19-8-204 )

Penyebab Penuaan Menurut Sains

Penuaan drastis menurut para ilmuwan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Pada awalnya, para peneliti menduga bahwa penuaan di pertengahan usia 40-an terjadi akibat dari perubahan perimenopause (periode transisi saat akan mengalami masa menopause) yang terjadi pada perempuan. Namun, data para peneliti ternyata mengungkap perubahan yang sama juga terjadi pada laki-laki di pertengahan usia 40-an tahun.

https://narasipost.com/opini/06/2023/rahasia-sehat-otak-suku-amazon-bagaimana-dengan-muslim/

Hal ini menunjukkan bahwa menopause atau perimenopause bukanlah satu-satunya faktor penyebab perubahan pada perempuan dan laki-laki di pertengahan usia 40-an. Menurut seorang peneliti lainnya, Xiaotao Shen, ada kemungkinan faktor lain yang lebih signifikan yang memengaruhi perubahan tersebut. Beberapa faktor lainnya yang diprediksi oleh para peneliti, di antaranya terkait dengan kesehatan jantung. Contohnya, adanya protein yang terkait dengan aterosklerosis (penumpukan plak di arteri) yang mengalami peningkatan di dalam darah selama usia 40-an dan 60-an tahun.

Faktor selanjutnya, pada usia tersebut seseorang juga menunjukkan penurunan kemampuan untuk memetabolisme kafeina. Penurunan kemampuan tubuh dalam membuat asam lemak tak jenuh (yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol) juga terjadi pada kedua usia tersebut. Ditambah lagi dengan kondisi kadar gula darah yang mencapai puncaknya pada kedua usia tersebut (kemungkinan dikaitkan dengan diabetes tipe 2) menjadi faktor penyebab lainnya yang ditemukan para ilmuwan.

Meski beberapa penyebab telah dikemukakan, para ilmuwan masih belum mengetahui mengapa kimia dalam tubuh dapat berubah secara signifikan pada usia sekitar 40-an dan 60-an. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan kali ini tidak memperhitungkan faktor gaya hidup, seperti olahraga atau pola makan. Namun, seorang peneliti penuaan di Institut Geriatri Nasional Meksiko Juan Carlos Verján menyebut bahwa titik perubahan 60 tahun bisa jadi disebabkan oleh peradangan.

Demikianlah, meski para ilmuwan telah maksimal bekerja dalam meneliti penyebab penuaan drastis di usia 44 dan 60 tahun, masih saja ada hal-hal yang belum terjangkau karena keterbatasan ilmu mereka. Oleh karena itu, penelitian segala sesuatu dari kacamata sains tak bisa serta-merta dilepaskan dari Islam dan Al-Qur'an.

Penuaan Menurut Al-Qur'an

Dalam kacamata Islam, penuaan merupakan sunatullah yang tidak mampu ditolak oleh siapa pun. Pada kondisi ini, setiap orang akan menjalani fase pertumbuhan dalam kehidupannya, mulai dari lahir hingga dewasa, bahkan sampai meninggal dunia. Dalam fase perkembangan tersebut, manusia mengikuti pola fase pertumbuhan secara alami dengan keistimewaannya masing-masing.

Contohnya, saat masih anak-anak pemikiran mereka belum matang, fisiknya pun masih akan berkembang. Saat beranjak dewasa, kondisi kematangan seseorang berada pada puncaknya, baik kekuatan maupun organ-organ tubuhnya. Namun, setelah melewati masa paruh baya, kekuatan fisiknya lambat laun menurun. Selain penurunan kekuatan fisik, tanda-tanda lain yang mudah dikenali juga akan muncul. Namun, tanda-tanda penuaan tersebut akan bervariasi dan berbeda pada setiap orang tergantung bagaimana pola hidup yang dijalaninya.

Fase kehidupan manusia sejak bayi, anak-anak, dewasa hingga lansia juga telah Allah abadikan dalam surah Ghafir ayat 67:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا شُيُوْخًاۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوْٓا اَجَلًا مُّسَمًّى وَّلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ۝٦٧

Artinya: "Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari darah yang menggumpal, kemudian Dia lahirkan kamu sebagai seorang anak kecil, kemudian (Dia membiarkan) kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. (Akan tetapi), di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Dia pun membiarkan) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan dan agar kamu mengerti."

Khatimah

Penuaan manusia merupakan sebuah keniscayaan. Fakta tersebut telah dijelaskan oleh para peneliti melalui sains dan dinyatakan dalam Al-Qur'an yang mulia. Bagi seorang muslim, mengalami penuaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Namun, berubahnya fisik hingga lanjut usia seharusnya makin membuatnya mempersiapkan diri karena fase kehidupannya akan segera berakhir. Meski begitu, bagi yang masih muda bukan berarti kematiannya masih jauh. Mati adalah rahasia Allah Swt. Oleh karena itu, bukan menua yang harus ditakuti, tetapi apakah saat menua kita dekat dengan Allah atau justru jauh dari-Nya?

Wallahualam bissawab.[]

Sensor Pendeteksi Gas Mengintai Pabrik, Efektif Atasi Polusi?

Sensor pendeteksi gas ini hanya akan dijadikan proyek oleh pemerintah dan setiap proyek berpeluang terjadi korupsi.

Oleh. Puput Ariantika, S.T.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sensor pendeteksi gas akan dipasang di pabrik-pabrik sekitar Jakarta Selatan. Kebijakan ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Luhut Binsar Panjaitan yang mengatakan bahwa sensor pendeteksi gas berfungsi untuk mengetahui jenis gas apa yang dilepaskan oleh pabrik. Pemasangan sensor ini dinilai sangat penting demi menekan polusi udara di Jakarta. Rendahnya indeks kualitas udara menimbulkan efek buruk bagi kesehatan masyarakat, seperti penyakit ISPA. Demi mengatasi hal itu, pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan Rp38 triliun untuk biaya pengobatan masyarakat. Pemerintah juga berencana mendorong percepatan implementasi pengetahuan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) rendah sulfur (CNN Indonesia, 16 Agustus 2024).

Selain dari pemasangan sensor pendeteksi gas, pemerintah juga berencana menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten karena dianggap sebagai penyebab terbesar polusi udara di Jakarta. Pemerintah merasa bertanggung jawab atas kualitas udara yang buruk dan kesehatan masyarakat. Namun, pemerintah juga menekankan kepada masyarakat bahwa tanggung jawab itu bukan hanya di pundak pemerintah, melainkan menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Masyarakat boleh memberikan masukan, tetapi juga diminta untuk tidak memicu kerusuhan terhadap buruknya kualitas udara akibat limbah gas pabrik di sekitar Jakarta (Liputan6.com, 16 Agustus 2024).

Penggunaan sensor pendeteksi gas di pabrik-pabrik, apakah mampu mengatasi polusi udara? Pasalnya sensor itu hanya sebagai pendeteksi gas saja bukan alat untuk mengurangi polusi udara. Walaupun pemerintah mengatakan melalui sensor itu dapat diketahui jenis gas berbahaya seperti dioksin dan zat berbahaya lainnya. Namun, kebijakan itu tidak disertai dengan sanksi hukum ketika zat berbahaya itu terdeteksi berasal dari suatu pabrik.

Penyebab Polusi Udara di Jakarta

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa polusi udara di Jakarta bukanlah berasal dari PLTU Suralaya, melainkan berasal dari kendaraan bermotor. Sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar, diikuti dengan sektor industri energi sebesar 31%, manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%. Emisi karbon monoksida (CO) terbesar disumbangkan oleh sektor transportasi sebesar 96,36% atau 28.317 ton per tahun. Emisi sulfur dioksida (SİO²) terbesar berasal dari industri manufaktur sebesar 2.631 ton per tahun atau mencapai 61,9% (CNBC Indonesia, 16 September 2023).

Dari data KLHK, jelaslah bahwa penyebab terbesar polusi udara di Jakarta berasal dari kendaraan bermotor. Namun, pemerintah tetap menganggap bahwa PLTU Suralaya menjadi faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta, sehingga wacana penutupan PLTU terus digaungkan. Walaupun menurut analisis KLHK, PLTU Suralaya tidak berkontribusi dalam polusi udara di Jakarta karena arah angin bergerak ke Selat Sunda bukan ke arah Jakarta.

Sensor Bukan Solusi

Polusi udara di Indonesia merupakan masalah serius, khususnya wilayah Jakarta. Pemerintah berharap dengan penggunaan sensor pendeteksi gas ini di pabrik-pabrik dapat menekan polusi udara. Selain itu langkah pemerintah adalah mengganti penggunaan BBM menjadi rendah sulfur dan akan dilaksanakan pada awal September 2024 nanti. Meski belum bisa diterapkan secara nasional, pemerintah akan mulai menjualnya di SPBU Jakarta dan sekitarnya.

Solusi-solusi yang diberikan oleh pemerintah sebenarnya sarat dengan kepentingan dan tidak akan membawa perubahan. Solusi yang ditawarkan pemerintah demi menekan polusi udara akan menimbulkan masalah baru. Misalnya, kebijakan pemasangan sensor pendeteksi gas di pabrik tidak diikuti dengan sanksi hukum. Jika terbukti bahwa pabrik membuang limbah gas berbahaya ke lingkungan maka apa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pabrik tersebut? Apalagi sekarang setiap orang bisa dibayar dan umumnya pemilik pabrik adalah penguasaan atau yang dekat dengan penguasa. Sensor pendeteksi gas ini hanya akan dijadikan proyek oleh pemerintah dan setiap proyek berpeluang terjadi korupsi.

Solusi lain yang diberikan pemerintah yaitu mengganti BBM menjadi rendah sulfur. Rencana ini akan berefek besar bagi rakyat. Lihat saja ketika pemerintah ingin mengganti BBM menjadi kualitas terbaik maka akan diikuti dengan kenaikan harga. Harga BBM naik akan berefek pada kenaikan harga kebutuhan hidup lainnya. Ujung-ujungnya makin sulitlah kehidupan rakyat.

Semua solusi yang diberikan pemerintah bersumber dari cara pandang kapitalisme. Solusi yang dihasilkan dari kapitalisme akan sia-sia karena kapitalisme telah menjadikan pemerintah berfikir dangkal. Bukankah pemerintah telah membuat undang-undang yang mengatur tentang pengolahan limbah? Dengan kata lain pemasangan sensor pendeteksi gas di pabrik-pabrik menunjukkan bahwa undang-undang itu lemah dan tidak mampu mencegah polusi udara yang disebabkan oleh limbah gas dari pabrik. Ditambah lagi pajabat tidak amanah akan mudah dibayar demi kepentingan pabrik.

Perlu diingat bahwa setiap pihak yang terlibat di pabrik memahami setiap proses yang terjadi di pabriknya dan limbah apa saja yang dihasilkannya, termasuk limbah gas. Jika pabrik menghasilkan limbah gas berbahaya maka pabrik harus memprosesnya lebih dulu sebelum dilepas ke udara bebas. Namun, dalam praktiknya banyak oknum pabrik yang nakal, mereka tetap akan membuang limbah gas berbahaya ke lingkungan karena untuk memproses limbah gas menjadi ramah lingkungan butuh biaya administrasi besar yang otomatis menambah beban perusahaan. Belum lagi pihak pabrik harus membayar pejabat setempat demi memuluskan jalan agar pabrik terus beroperasi. Jadi, penggunaan sensor pendeteksi gas yang akan dipasang hanya akan sia-sia dan menghabiskan anggaran negara karena tidak diikuti dengan kesadaran dari semua pihak, baik pihak pemerintah, maupun pihak pabrik.

Pabrik dalam Islam

Islam adalah sistem hidup yang berlandaskan akidah Islam. Dalam Islam industri berjalan di atas tiga koridor, yakni:

Pertama, ketakwaan individu. Setiap pihak yang terlibat dalam pengelolaan pabrik menyadari adanya standar halal dan haram. Pihak mana pun baik dari kalangan pemerintah ataupun pabrik akan berpikir, apakah pabrik yang beroperasi akan memberikan kemudaratan untuk umat atau tidak, bukan sekadar menikmati manfaat bagi dirinya sendiri.

Kedua, adanya analisis lingkungan yang ketat. Dalam hal ini diperlukan penelitian dan kajian khusus dari para ahli dalam hal pembangunan pabrik dan pengelolaan limbah. Dalam Islam pabrik-pabrik dibangun di kawasan tersendiri jauh dari pemukiman penduduk. Proses pengelolaan dalam pabrik sangat memperhatikan limbah yang dihasilkan dan dampaknya terhadap lingkungan. Negara punya kontrol yang ketat.

Ketiga, adanya sanksi yang tegas dari negara jika terdapat pelanggaran. Kehidupan Islam dengan penerapan syariat akan menjadikan kaum muslim menyadari adanya hisab di hari akhir kelak terhadap setiap perbuatannya. Negara akan melakukan analisis secara sungguh-sungguh sebelum memberikan izin kepada pabrik untuk beroperasi. Pemerintah dalam Islam tahu bahwa posisinya sebagai pengurus urusan rakyat.


…اَلْإِمَامُ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ…

“Pemimpin adalah pengurus umat dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jelaslah bahwa kehidupan Islam akan membawa ketenangan dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk hidup karena adanya kesadaran dari semua pihak untuk menjaga lingkungan.

Wallahualam bissawab []

Melisik Bahaya di Balik Aturan Kontrasepsi untuk Remaja

Memfasilitasi siswa sekolah dengan alat kontrasepsi ini sama saja membolehkan budaya seks bebas berkembang di kalangan pelajar.

Oleh. Nay Beiskara
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Ini nalarnya ke mana?" Tegas Abdul Fikri Faqih, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, mengomentari perihal Peraturan Pemerintah (PP) terbaru pada Parlementaria di Jakarta, Sabtu lalu (dpr.go.id, 04/08/2024). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang (UU) Nomor 17 mengenai Kesehatan yang baru saja disahkan ini memang kontroversial dan mengundang polemik. Bagaimana tidak, di dalam PP tersebut terdapat pasal yang mencantumkan aturan tentang penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja.

Sumber Polemik

Anggota DPR RI Komisi IX bidang kesehatan dan kependudukan, Netty Prasetiyani, mengkritisi kebijakan PP Nomor 28 Tahun 2024 tentang PP UU Nomor 17 mengenai Kesehatan, terutama Pasal 103 ayat 4 butir ''e''. Pasal tersebut berbunyi, "Pelayanan kesehatan reproduksi usia sekolah dan remaja termasuk deteksi dini penyakit, pengobatan, konseling, dan penyediaan alat kontrasepsi". Ia menganggap redaksi pada butir ini dapat memunculkan anggapan pelegalan hubungan seksual pada anak usia sekolah dan remaja. Terlebih, tidak ada penjelasan yang lebih rinci terkait penyediaan alat kontrasepsi ini.

Selain itu, anggota dewan dari Fraksi PKS ini menyoroti maksud dan tujuan dari kalimat "perilaku seksual yang sehat, aman, dan bertanggung jawab". Kalimat ini ia nilai multitafsir sehingga bisa jadi ada yang beranggapan boleh melakukan hubungan seksual bila bertanggung jawab.

Senada dengan Netty, Abdul Fikri Faqih, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, juga mengecam keras peraturan tersebut. Ia menyatakan bahwa beleid yang telah ditandatangani tidak sejalan dengan amanat pendidikan nasional yang berasaskan budi pekerti luhur dan menjunjung tinggi norma agama. Menurutnya, memfasilitasi siswa sekolah dengan alat kontrasepsi ini sama saja membolehkan budaya seks bebas berkembang di kalangan pelajar.

Di lain pihak, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengeklaim bila pelayanan kontrasepsi itu bukan untuk semua remaja, tapi remaja yang telah menikah dan ingin menunda kehamilan. Ia pun menambahkan, seharusnya usia anak sekolah dan remaja adalah abstinensi atau menahan diri dari melakukan kegiatan seksual (Bbc.com, 05/08/2024).

Selaras dengan pernyataan Nadia, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menegaskan bahwa pemberian alat kontrasepsi oleh pihaknya hanya menyasar pasangan suami istri dan pasangan usia subur. Pasangan Usia Subur (PUS) yang dimaksud, yaitu pasangan suami istri, yang istrinya berusia antara 15-49 tahun (Kemenkes RI, 2017). Sementara, untuk anak usia sekolah dan remaja lebih kepada edukasi seputar seks dan kesehatan repoduksi.

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, sebenarnya apa yang mendasari disahkannya PP ini, masih menjadi pertanyaan besar.

Menilik Akar Masalah Remaja

Kekhawatiran anggota dewan mengenai penyediaan alat kontrasepsi bagi pelajar ini bukanlah tanpa alasan. Hari ini, kita memang disajikan dengan fakta pergaulan remaja yang bebas dan amat memprihatinkan. Misalnya, fenomena dispensasi pernikahan karena hamil di luar nikah, tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan meningkatnya jumlah aborsi di kalangan remaja, menjadi bagian dari pemberitaan sehari-hari di media nasional. Ditambah lagi, remaja mudah sekali terpapar kekerasan seksual, pornografi, dan pornoaksi.

Badan Peradilan Agama merilis, terdapat 50.673 kasus dispensasi nikah pada 2022. Angka itu menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 61.449 kasus (Dataindonesia.id, 13/01/2024). Good Mention Institute yang dikutip dalam laporan estabillity tahun 2022 mencantumkan angka kehamilan yang tidak diinginkan di Indonesia pada periode 2015-2019 mencapai 40 persen. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2023) memperkirakan kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya mencapai 2,4 juta jiwa dengan 700.000 atau sekitar 20 persen dilakukan oleh remaja (Elsinta.com, 18/02/2023).

Belum lagi riset yang dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) pada 2017. Setidaknya 2 persen remaja perempuan dan 8 persen remaja laki-laki pada usia 15-24 tahun mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah, dengan 11 persen kasus mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Kenyataan ini merupakan tamparan keras bagi kita semua, para orang tua, para pendidik, juga pemerintah. Bak fenomena gunung es, boleh jadi fakta yang belum terungkap lebih besar lagi jumlahnya dan ini merupakan ancaman bagi masa depan bangsa. Karena itu, penting untuk mencari solusi yang benar-benar komprehensif dan menyelesaikan.

Kala kita ingin mencari solusi dari fenomena yang dijelaskan sebelumnya, yang harus dilakukan tentu mengkaji secara mendalam terlebih dahulu apa yang menjadi akar masalahnya. Jangan sampai kita sebenarnya sakit apa, kemudian diberi obat apa. Meminjam pernyataan dari pengamat pendidikan Indra Chatismiadji, jangan sampai kita sakit kepala diberinya obat cacing. Tentu tidak akan nyambung dan tidak solutif.

Sesungguhnya, pergaulan bebas yang kian marak dan dampak turunannya, itu semua bermuara pada sistem kehidupan sekuler yang diterapkan saat ini. Sistem sekularisme kapitalismeyang berasaskan akidah sekuler, yakni pemisahan agama dari kehidupan, menjadikan peran agama terpinggirkan. Kehidupan tidak lagi diatur dengan aturan agama, tapi diatur dengan aturan buatan manusia.

Sistem sekuler ini amat menjunjung tinggi empat kebebasan, salah satunya adalah kebebasan bertingkah laku. Manusia bebas melakukan apa pun dalam rangka memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan naluri seksualnya dengan lawan jenis. Pemuasan naluri seksual ini tidak harus dengan pasangan yang halal, tetapi dengan pasangan yang belum halal pun diperbolehkan, asal suka sama suka. Bahkan kalau bisa, negara harus memfasilitasi terpenuhinya naluri ini, contohnya dengan pemberian alat kontrasepsi. Dengan kata lain, sistem ini membuka peluang besar bagi terjadinya pergaulan tanpa batas alias bebas.

Melihat hal tersebut, penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja oleh pemerintah merupakan kebijakan yang keliru, berbahaya, dan harus direvisi. Alih-alih mampu mencegah pergaulan bebas dan menurunkan angka kehamilan tidak diinginkan serta aborsi, yang terjadi justru mengantarkan remaja kita pada liberalisasi perilaku, sebagaimana yang umum terjadi di peradaban Barat.

Ingatlah bahwa remaja kita hari ini memiliki curiousity yang tinggi tanpa diimbangi dengan kesadaran literasi. Mereka seringkali bertindak sembrono tanpa berpikir terlebih dahulu apa dampaknya. Mereka berpikir "kumaha eungke (nanti gimana)" bukan "eungke kumaha (gimana nanti)".

Selain itu, sistem pendidikan sekuler yang diterapkan saat ini gagal mewujudkan peserta didik yang selain cerdas juga bertakwa. Kurikulum sekuler yang diajarkan sukses membuat para peserta didik kian menjauh dari agamanya, lemah iman, berpikir materialistis, dan individual. Sudahlah mereka lemah imannya, ditambah aturan yang ada mendukung terjadinya pergaulan bebas, jadilah remaja kita mudah terperosok dalam kubangan kemaksiatan.

Butuh Solusi Sistemis

Sungguh permasalahan yang menimpa remaja butuh solusi yang sistemis. Karena muara dari segala kerusakan yang ada pun bersifat sistemik, yakni penerapan sistem sekularisme kapitalisme yang dipaksakan pada kita hari ini. Karena itu, kita membutuhkan alternatif sistem yang terbukti ampuh menuntaskan setiap masalah kehidupan manusia, apalagi kalau bukan sistem Islam. Sebagai muslim, kita harus yakin sepenuhnya bahwa penerapan syariat akan berbuah maslahat.

Allah Swt. telah menyeru dalam surah Al-Anfal ayat 24, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila Rasul menyeru kalian demi sesuatu yang memberi kalian kehidupan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan.”

Islam dengan aturannya yang komprehensif mampu mencegah dan menanggulangi pergaulan bebas yang marak di kalangan remaja. Negara sebagai periayah urusan rakyat akan melakukan upaya di antaranya :

1. Negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang bertujuan menguatkan akidah Islam sekaligus membangun kepribadian (syakshiyyah) Islam di setiap diri individu, termasuk para remaja.

2. Negara akan mendorong setiap individu dalam keluarga, khususnya orang tua, untuk menanamkan akidah yang kuat dalam diri anak-anaknya. Karena rumah merupakan sentra pertama dan utama seorang anak untuk mendapatkan pendidikan dan keteladanan.

3. Negara akan mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap individu-individu yang bermaksiat. Mereka berperan dalam menasihati pelaku maksiat dan memuhasabahi penguasa bila melanggar syariat.

4. Negara dengan kekuatan media informasi dan teknologi yang dimiliki akan melakukan edukasi kepada seluruh rakyat terkait masalah pergaulan di tengah masyarakat. Selain itu, negara wajib memblok setiap tayangan atau konten-konten yang berbau pornoaksi dan pornografi.

5. Negara memberlakukan sistem pergaulan Islam, di antaranya dengan memerintahkan setiap individu untuk menutup aurat dalam wilayah publik, melarang berkhalwat antara laki-laki dan perempuan bukan mahrom, melarang ikhtilat kecuali pada kondisi tertentu yang dibolehkan syarak, melarang bertabaruj di tempat umum, memerintahkan untuk menundukkan pandangan, dan memerintahkan menikah bagi yang telah mampu.

6. Negara menerapkan sistem sanksi Islam yang menjerakan bagi mereka yang melanggar. Negara akan memberi sanksi yang tegas bagi setiap pelaku kemaksiatan. Misalnya, memberi sanksi jilid bagi pezina yang ghoir muhshon dan sanksi rajam bagi yang muhshon.

7. Negara menerapkan sistem politik ekonomi Islam agar kebutuhan pokok dan kamaliyah setiap individu rakyat terpenuhi.

Dengan diterapkannya syariat Islam secara kaffah ini, yakinlah bahwa permasalahan remaja akan teratasi. Dengan Islam pula, remaja akan  mampu membentengi diri dari ide-ide dan liberalisasi perilaku, menjadi muslim yang cerdas, pembela agamanya, serta berada di garda terdepan dalam mewujudkan generasi khairu ummah.

Wallahu a'lam bishshowaab []

Syahidnya Ismail Haniyah, Semangat Perjuangan Melemah?

Justru perjuangan harus makin digencarkan. Bahkan, dengan peristiwa ini seharusnya kaum muslim di seluruh dunia makin mempererat persatuannya untuk bisa mengusir penjajah dari negeri Palestina.

Oleh. Ummu Ainyssa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dunia Islam digemparkan dengan syahidnya pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Abdel Salam Haniyeh, atau biasa disapa Ismail Haniyeh atau Ismail Haniyah. Dikabarkan, Haniyeh usai menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian pada Selasa, 30 Juli lalu. Siapa sangka momen itu menjadi penampilan terakhir baginya di hadapan publik.

Ismail Haniyeh lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsian al-Shati di jalur Gaza. Ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan berani menyerukan pembebasan negeri tercintanya dari pendudukan Zionis. Ia ditunjuk untuk mengepalai kantor Hamas sejak 1997, dan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Palestina pada 2006. Semangat perjuangannya tidak pernah gentar meski harus mendekam di penjara selama tiga tahun. Bahkan dalam salah satu orasinya, ia dengan lantang menyatakan tidak akan pernah menyerahkan tanah Palestina meski nyawa sebagai taruhannya.

Menurut sumber berita Saudi, Al Hadath, syahidnya Haniyeh di kediaman pribadinya di Teheran akibat rudal berpemandu. Media melaporkan rudal tersebut menghantam kediamannya sekitar pukul 02.00 waktu setempat. Ia syahid bersama salah satu pengawalnya, menyusul tiga putra dan empat cucunya yang telah lebih dulu syahid pada bulan April lalu dalam serangan udara di Gaza.

Hingga kini Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) tengah menyelidiki penyebab dan seberapa parah dampak dari insiden tersebut. Sementara pemimpin Iran, Ayatollah Khamenei telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional serta bersumpah akan memberikan hukuman berat terhadap aksi keji Israel tersebut. Bukan hanya Iran, negeri-negeri lain seperti Turki, Irak, Rusia, Qatar, Indonesia, dan lain-lain pun turut mengutuk aksi pembunuhan tersebut. (BBCNEWSIndonesia, 31-7-2024)

Musibah bagi Kaum Muslimin

Syahidnya Ismail Haniyeh meninggalkan duka mendalam bagi kaum muslimin, terutama muslim di Palestina. Di saat kaum muslimin di berbagai negeri tidak mampu berjihad membantu Palestina karena sekat nasionalisme, salah satu yang menjadi harapan besar adalah gigihnya perjuangan para pejuang Hamas. Tidak heran jika kemudian banyak yang mempertanyakan bagaimana nasib perjuangan selanjutnya? Mungkinkah perjuangan akan tetap berlanjut atau berhenti sampai di sini?

Wafatnya ulama merupakan musibah bagi kaum muslimin, Rasulullah saw. bersabda, “Kematian ulama adalah musibah yang tidak tergantikan, sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama bagaikan bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR. At-Thabrani dalam Mu'jam al-Kabir dan Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman dari Abu Darda). Namun, hal ini bukan berarti perjuangan Palestina harus berhenti sampai di sini.

Syahidnya Haniyeh bisa jadi adalah sebuah kemenangan bagi Israel laknatullah maupun para sekutunya. Mereka bisa bersorak bergembira. Akan tetapi tidak dengan kaum muslimin. Meski kematian ulama bagaikan lentera yang menerangi jalan yang tiba-tiba redup. Namun bukan berarti harus menyerah di tengah jalan yang masih gelap gulita, pekat penuh kemaksiatan. Justru perjuangan harus makin digencarkan. Bahkan, dengan peristiwa ini seharusnya kaum muslim di seluruh dunia makin mempererat persatuannya untuk bisa mengusir penjajah dari negeri Palestina.

Ingatlah, jauh sebelum hari ini, kaum muslim pernah berduka sedalam-dalamnya. Di saat Islam sedang tumbuh bersemai, melebarkan sayap dari satu negeri ke negeri yang lain, Allah Swt. panggil pulang kekasih-Nya, baginda Rasulullah saw. pembawa risalah yang mulia ini. Kesedihan para sahabat bukan hanya ditinggalkannya Rasulullah, tetapi juga kesedihan sebab terputusnya wahyu Allah bagi umatnya untuk selama-lamanya.

Jika saja kala itu para sahabat menganggap perjuangan telah berakhir bersama duka mereka, niscaya Islam tidak akan pernah sampai pada kita hingga saat ini. Faktanya, perjuangan para sahabat dan generasi di belakangnya makin gigih hingga Islam tersebar di 2/3 penjuru dunia. Wafatnya satu demi satu para ulama, pejuang, justru mereka ganti dengan melahirkan para pejuang baru. Mati satu tumbuh seribu.

Kemuliaan Mati Syahid

Bagi kaum muslimin yang berpegang teguh terhadap tali agama Allah secara kuat, akan memahami bahwa kematian yang paling tinggi nilainya di hadapan Allah adalah mati syahid. Sehingga perjuangan mereka tidak akan gentar meski kematian mengadang di depan mata. Justru mereka bercita-cita dan mengharap untuk bisa mati syahid. Sebab mereka paham betapa mulianya kematian syahid itu.

Rasulullah saw. dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Muslim, menceritakan betapa mulianya orang yang mati syahid. “Tidak ada seorang pun yang masuk surga berharap ingin kembali ke dunia, sekalipun diberikan kepadanya seluruh dunia dan isinya, kecuali orang yang mati syahid. Sesungguhnya mereka (yang mati syahid) berangan-angan untuk kembali ke dunia, kemudian terbunuh (syahid) hingga sepuluh kali, karena melihat mulianya mati syahid.”

Kematian syahid juga bukanlah sesuatu yang sia-sia, sebab mereka nyata-nyata sedang berjual beli dengan Allah, menukar nyawa mereka dengan surga-Nya. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga bagi mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itulah janji Allah yang benar di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janji selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111)

Janji inilah yang kemudian menjadi cita-cita para sahabat dan generasi salafus salih setelahnya. Mereka iri dengan syahidnya para sahabat di medan perang, hingga mereka hendak menyambutnya juga. Mereka menyambut seruan jihad meski maut sudah tampak menjemput di hadapan mata.

Tidak gentarnya para sahabat akan kematian yang sudah di hadapan, salah satunya ditunjukkan dalam peristiwa perang Mu'tah yang terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun ke 8 Hijriah. Sebelum memulai peperangan Rasulullah telah menunjuk tiga orang sahabat untuk memimpinnya. Bahkan, beliau juga menyampaikan bahwa ketiga pemimpin yang beliau tunjuk akan mendapatkan syahid. Sementara para sahabat yakin apa pun yang keluar dari lisan Rasulullah pastilah menjadi kenyataan.

Para sahabat sempat terkejut dan takut melihat pasukan yang tidak imbang antara kaum muslim dan pasukan Romawi. Namun, dalam ketakutan mereka berdirilah Abdullah bin Rawahah dengan lantang di hadapan para sahabat: “Hai orang-orang, demi Allah, sesungguhnya yang kalian benci justru yang kalian cari, yaitu mati syahid. Kita tidak memerangi manusia karena jumlahnya, kekuatannya, dan banyaknya pasukannya. Kita tidak memerangi mereka kecuali karena agama ini yang mana karena Allah telah memuliakan kita dengannya. Berangkatlah kalian! Sesungguhnya di sana itu adalah salah satu di antara dua kebaikan, menang atau mati syahid.”

Seketika bergeloralah semangat iman dalam tubuh pasukan kaum muslimin. Semangat peperangan tiada surut meski bayangan maut sudah ada di hadapan. Para pemimpin yang Rasulullah tunjuk pun syahid satu per satu dengan jasad yang mengenaskan dengan 90 luka tusukan hingga ada yang tubuhnya terpotong-potong. Tidak ada rasa takut dalam diri mereka sebab mereka sedang mencari syahid di jalan Allah. Keberanian inilah yang akhirnya mampu menciptakan strategi jitu untuk mengelabui pasukan Romawi.

Peristiwa perang Mu'tah seharusnya menjadi pelajaran buat kita semua. Betapa besar pengorbanan para sahabat meski mereka menyaksikan jasad para sahabat syahid bergelimpangan di hadapan mereka. Karena itu wajib bagi kaum muslim untuk tidak takut mati atau tidak memperhitungkan faktor lain di jalan Allah. Syahidnya Ismail Haniyeh tidak seharusnya melemahkan semangat kita untuk terus menyuarakan kebebasan bagi Palestina. Akan tetapi justru makin mengobarkan semangat kita untuk terus menyerukan agar negeri-negeri muslim bersatu mengirimkan pasukan untuk jihad membebaskan negeri Palestina dari pendudukan Yahudi selama lebih dari 75 tahun ini. Semangat perjuangan harus tetap berkobar!

Wallahu a'lam bishawab. []

Anak Muda Harus Berani Bermimpi

Mimpi itu ada untuk diwujudkan dan hanya pejuang pemberanilah yang mau beranjak keluar dari zona nyaman untuk meraih cita-cita mereka.

Oleh. Aqila Ghania Syaakirah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tulisan ini ditujukan untuk para pemuda dan mimpinya. Mereka yang masih bingung soal jati diri dan arah hidupnya. Kata orang, impianmu adalah sayapmu. Tapi, jika kita masih belum memiliki mimpi, bagaimana kita akan memiliki sayap? Bagaimana kita akan terbang dan menembus langit di antara bintang-bintang?

Teman, mimpi adalah cita-cita, keinginan, dan apa pun yang ingin kita wujudkan. Sejak kecil, kita sudah tahu apa itu cita-cita. Hanya saja, sepertinya kita belum terlalu memahami seberapa penting impian itu sendiri. Bagi sebagian orang, mungkin mereka bisa konsisten dengan mimpi yang mereka miliki sejak kecil. Sedangkan bagi yang lain, mimpi mungkin hanya dijadikan sebagai bahan obrolan bersama orang lain.

Sebenarnya seberapa penting sih, memiliki mimpi itu? Well, saat kita memiliki tujuan atau mimpi, hidup yang kita miliki sekali seumur hidup ini jadi punya arah. Punya pedoman mau dibawa ke mana, ceritanya seperti apa. Ibarat kisah-kisah film, kita bisa menentukan genre film yang kita inginkan. Nah, setiap orang tentu menginginkan kehidupan yang unik, istimewa, dan berharga. Apalagi kalau yang buat alurnya diri kita sendiri, bukan orang lain. Jadi sudah paham, 'kan, kenapa memiliki mimpi itu suangat penting?

Oh iya satu lagi, kita tidak bisa selalu mengharapkan orang lain untuk mengatur hidup kita, menentukan arah jalannya kemana. Pada akhirnya, semua pilihan itu ada di tangan kita. Sesederhana mau mandi kapan, bangun jam berapa, makan apa, semua itu diatur sama diri sendiri. Ya, 'kan? Dan itulah sebaik-baiknya kebebasan, hadiah yang Tuhan beri untuk setiap makhluknya, Allah Subhanahu wa ta’ala.

Nah, tantangannya adalah kemajuan teknologi yang telah membawa banyak sekali dampak bagi mindset para pemuda. Ketika kita sudah memiliki mimpi, semuanya bisa saja tergoyahkan dengan berbagai arus tren kekinian yang menghampiri kehidupan kita. Semuanya terlihat begitu mengasyikkan. Sampai akhirnya, kita bingung dengan mana yang sebetulnya mendatangkan kebahagiaan. Bisa jadi, selama ini hal itu bukan sebab kebahagiaanmu. Bisa jadi, kau bahagia karena orang-orang di sekitarmu merasa terbahagiakan dengan itu. But in the first place, memangnya kau menyukai itu semua?

Di satu titik, aku pernah merasa hampa dan enggak punya harapan sama sekali. Setiap detik aku isi dengan scroll-scroll konten tiada henti saking candunya. Saat itu aku berpikir, “Perasaan dulu aku selalu punya harapan. Sekarang, kok enggak, ya?” Pertanyaan itu sempat menetap di kepalaku untuk beberapa saat. Dengan perasaan tak enak, rasanya kok enggak kayak diri aku sendiri. Aku merasa enggak punya jiwa dan hidup. Sampai akhirnya aku bisa memotivasi diriku, bahwa mimpi ternyata sepenting itu. Dreams make me alive, dreams make me human. Mimpi membuatku hidup, mimpi membuatku menjadi manusia.

Tahu kisah Jerome Polin? Ya, seorang influencer muda Indonesia yang cerdas dan berbakat dalam bidang matematika. Banyak sekali masyarakat Indonesia khususnya anak-anak muda berhasil terpikat dengan konten-konten edukatif yang dibuat olehnya. Dalam bukunya Mantappu Jiwa Jerome menuliskan bahwa dulu ia bercita-cita ingin melanjutkan studi ke luar negeri ketika masih kecil. Tapi kendalanya adalah keterbatasan ekonomi. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk berjuang dengan segala keterbatasan, yakni ketika teman-teman sepantaran dengannya les atau belajar tambahan kepada seseorang, ia belajar secara mandiri. Hingga akhirnya, ia berhasil mendapat beasiswa penuh di Waseda University, Jepang.

Dari kisah tersebut, mencari tahu apa yang sebetulnya kita inginkan sangatlah penting. Dengan mengetahui keinginan, hidup akan terarah pada mimpi-mimpi yang akan kita wujudkan. Layaknya sebuah kapal yang sedang berlayar untuk mencari mutiara, kita tahu kemana arah untuk menemukan dan memperjuangkan keberadaan mutiara tersebut.

Tentu, dunia ini lebih dari apa yang kita ketahui. Sebaik-baik rencana manusia, ketika mata kita sedang tertutup dan tubuh sedang terlelap. Dunia selalu bekerja dan waktu senantiasa berjalan tanpa sepengetahuan kita. Oleh karena itu, perjuangkan lalu serahkanlah. Ingat, tidak ada yang mustahil jika kita memang mau bekerja keras. Mimpi itu ada untuk diwujudkan dan hanya pejuang pemberanilah yang mau beranjak keluar dari zona nyaman untuk meraih cita-cita mereka.

Bahkan, Allah sendiri sudah memberi kita sebuah pesan, loh, “"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr [59]: 18)

Mimpi-mimpi yang akan kita miliki, haruslah berkaitan dengan mimpi seorang muslim yang paling besar, yaitu masuk surga. So, jadilah pribadi yang valuable. Berharga dengan segala kerja kerasnya, berharga dengan segala cita-citanya. Takdir terbaik akan selalu menemui tuannya. Ragu? Maka buktikanlah! Semua proses yang kamu jalani akan membawamu pada jalan yang terbaik. Jalan yang akan membantumu berkembang sesuai harapanmu sendiri. Allah sudah menciptakan kita dengan hebat. Maka, jangan mau hidup yang biasa-biasa saja! Semuanya harus kita ukir dengan luar biasa!

Anak muda berani bermimpi? Yes, siapa takut! []

Konten Pencabut Nyawa

Tak semua tempat bisa dipakai untuk membuat konten demi meraih viewers tinggi, kenyataannya mereka membuat konten pencabut nyawa Rudy sendiri.

Oleh. Andrea Aussie
(Pemred NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Suasana hening menyergap ruang interogasi. Kutatap sosok pemuda yang sedang duduk lesu di depan mejaku. Wajahnya terlihat murung. Sesekali tangannya menjabak rambutnya seolah menyalurkan penyesalannya.

Kuhela nafasku. Kuperhatikan beberapa foto yang berserakan di atas meja interograsi ruang itu. Tanganku meraih sebuah foto seorang pemuda yang terlentang tiada daya di rumah sakit. Otak dan pikiranku terus menjelajahi mencari jawaban atas kematian pemuda itu.

Interogasi

Beni, aku sengaja memanggilmu ke ruang interograsi sehubungan dengan kematian temanmu, Rudy! Orang tua Rudy meminta kami menyelidikinya. Kamu orang terakhir bersamanya sebelum dia meninggal di rumah sakit. Dia meninggal tidak wajar. Jadi kuharap kamu bisa membantu pihak berwajib untuk menguak penyebab kematiannya.”

Apa yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Beni dengan suara bergetar.

Menurut informasi yang kudapat kalau kamu berteman dengan korban Rudy sejak SMP dan sering membuat konten-konten untuk follower kalian yang jutaan orang. Bisakah kamu ceritakan kebersamaan kalian dalam kurun waktu sebulan ini atau beberapa minggu sebelum Rudy meninggal?” kataku sambil menatap tajam wajah Beni.

Beni terlihat gelisah. Sorot matanya seolah menyimpan rahasia besar yang tersimpan rapat. Berkali-kali dia berusaha memperbaiki posisi duduknya. Kudekatkan alat rekaman kepadanya untuk mengulik keterangannya.

Bicaralah terus terang, Ben! Siapa tahu dengan keteranganmu kami pihak kepolisian bisa mengungkap kasus kematian Rudy. Ingat, dia sahabatmu yang mati tidak wajar!” desakku.

Baiklah, saya akan menceritakan semuanya biar tidak ada yang menuduh saya pembunuh Rudy. Tiga minggu lalu saya dan Rudy berniat membuat konten dengan pergi ke daerah Kuningan Jawa Barat tepatnya area Cigugur, Cipari, dan Winduherang. Ada sebuah kolam dengan ikan-ikan dewa sebesar bayi yang dianggap keramat oleh warga Cigugur. Menurut mitos ikan dewa itu jelmaan dari pertapa Ki Gede Panara. Kami membuat konten dengan cara Rudy berenang di kolam itu sambil berusaha menangkap ikan, walaupun ikannya tiba-tiba menghilang.

Menjelang asar, kami berniat meninggalkan area kolam itu dengan mengambil jalan pintas yaitu mendaki area pohon pinus. Nahas, Rudy terjatuh dan terjerembap dalam sebuah kubangan air yang kotor dan hampir berlumpur. Saya tertawa dan membuat konten saat lihat wajah Rudy penuh kotoran air lumpur. Rudy sempat membersihkan wajahnya dengan air mineral ala kadarnya. Rudy sempat bilang air di kubangan terasa anyir dan bau kotoran sapi.

Dari Cigugur kami pergi ke situs purbakala di Cipari. Kami membuat konten tentang situs peninggalan Megalitikum. Menjelang magrib kami singgah di daerah Winduherang yang menurut sejarah tempat itu cikal bakalnya berdirinya kota Kuningan. Kami membuat konten di sebuah tempat keramat di mana ada makam panjang dan besar yang dipercaya sebagai makam Pangeran Dipati Ewangga salah satu pendiri Kota Kuningan. Di samping makam itu ada gentong air yang penuh bunga Melati. Rudy sempat minum air dari gentong itu dengan tangan kanannya. Selesai membuat konten dari Winduherang kami pulang ke Jakarta.

Lima hari kemudian, kuhubungi Rudy untuk membuat konten baru karena konten tentang daerah Kuningan sukses dengan viewers tertinggi.
Tapi Rudy bilang dia sedang tidak enak badan. Seminggu kemudian aku mengunjungi tempat kos Rudy karena khawatir hampir dua minggu Rudy tidak masuk kuliah. Kulihat Rudy demam tinggi, bahkan suhu badannya sampai 41C dengan matanya merah. Nafasnya terengah-engah dan sempat muntah. Aku langsung membawanya ke rumah sakit terdekat dan menghubungi keluarganya di Yogya. Sehari di rumah sakit, Rudy koma dan 2 hari kemudian dia wafat. Sampai kini aku tak pernah tahu penyebab dia koma dan wafat. Aku sempat berpikir apa mungkin dia terkena kemarahan leluhur daerah Winduherang yang menurut informasi sering terjadi peristiwa aneh jika mengunjungi makam keramat itu.
Itulah kejadiannya, Pak!”
kata Beni panjang lebar.

Aku sempat terkejut dengan pernyataan terakhir Beni tentang arwah leluhur makam keramat. Mengingat kembali masa kecil sahabatku yang pernah menyaksikan sendiri detik-detik anak tetangganya meninggal setelah meludah dan kencing di gentong air dekat makam keramat Winduherang.

Hening sesaat. Kutarik nafasku pelan-pelan mencoba menyelami seluruh kisah yang diucapkan Beni. Kulihat Beni menangis tertahan seolah ada rasa penyesalan yang dalam.

“Baiklah Beni, untuk saat ini cukup informasi darimu. Jika lain kali dibutuhkan lagi, kami akan memanggilmu lagi.“ Kataku seraya bangkit dan mengantar Beni keluar luar interogasi.

Hasil Visum

Aku segera merapikan beberapa foto kematian Rudy dan alat rekaman. Kulangkahkan kaki menuju ruang kerjaku yang tak jauh dari ruang interograsi.

Baru beberapa saat aku duduk, sebuah ketukan terdengar dari daun pintu ruang kerjaku.

“Tumben dr. Andrea datang. Ada apa?” tanyaku kaget.

Saya mau memberikan hasil visum forensik pasien bernama Rudy!”

“Lo, kok dr. Andrea yang menanganinya? Bukankah dr. Renita yang seharusnya menangani?” tanyaku bingung.

dr. Renita mengambil cuti karena kehamilannya jadi terpaksa saya harus turun tangan lagi menangani kasus-kasus forensik.” jawabnya dengan senyumnya.

Aku mempersilakan dr. Andrea duduk dan tak lupa membuatkan kopi kesukaannya “Hazelnut”.

Sebelum menanyakan hasil visum forensik Rudy, apakah benar dirimu kelahiran Winduherang? Kalau tidak salah dirimu pernah cerita tentang kejadian-kejadian mistis daerah itu!” kataku hati-hati.

Maksudmu?” tanya dr. Andrea bingung.

Tadi aku interogasi Beni temannya Rudy. Mereka membuat konten di Cigugur, Cipari, dan Winduherang. Bahkan, Rudy sempat minum air dari gentong di dekat makam keramat itu. Aku takutnya Rudy meninggal karena mistis dari makam keramat itu.”

“Hans, dari hasil visum forensik didapatkan bahwa Rudy meninggal karena infeksi otak bukan mistis”.

Infeksi otak? Bagaimana mungkin? Bukankah Rudy tidak memiliki riwayat kesehatan yang buruk apalagi tentang infeksi otak?” tanyaku tak paham.

Di dalam pemeriksaan otaknya terdapat infeksi otak akut yang disebabkan bakteri pemakan otak yaitu sejenis amoeba Naegleria fowleri. Siapa pun orang yang terkena amoeba Naegleria Fowlrei ini akan mengalami suhu badan naik sampai 41 C dengan tekanan darah naik dan nafas terengah-engah, leher kaku, muntah, dan bahkan bisa koma.

Apa itu amoeba Naegleria fowleri?” tanyaku kaget.

“Amoeba pemakan otak atau Naegleria fowleri adalah organisme bersel satu yang hidup secara bebas di tanah dan perairan seperti sungai, danau, sumber air panas dan lainnya. Menurut data My Cleveland Clinic ada 381 kasus dilaporkan pada tahun 2018 dan sudah ada 3 negara yang terserang seperti Amerika, Pakistan, dan Korea Selatan. Dan sekarang makin meluas seperti yang terjadi pada Rudy!”

Nah, dalam tubuh Rudy terdapat sel darah putih dan sel reaktif protein di darahnya naik sebagai indikator terjadinya infeksi menyeluruh pada seluruh tubuhnya.

Saat dilakukan CTIS scan otak didapatkan peningkatan kontras di selaput otaknya yang menunjukkan peradangan di selaput otaknya. Pada saat dilakukan pemeriksaan cairan otak terdapat adanya peningkatan dalam ruang tengkoraknya serta adanya peningkatan sel darah putih.” Kata dr. Andrea panjang.

Tapi dok, bagaimana Rudy ini bisa terinfeksi bakteri pemakan otak ini? Dia terlihat hidup sehat, bahkan tempat kosnya juga sangat bersih dan rapi saat kuperiksa.!"jawabku tetap tak percaya.

Hans, bakteri ini bisa masuk pada tubuh manusia saat terhirup hidung atau mulut baik di sengaja maupun tidak sengaja.

Jika terhirup hidung biasanya bakteri ini akan merambah ke saraf puncak hidung lalu naik ke bagian otak dan akan menghancurkan sel-sel-sel sekitarnya. Lama-lama makin meluas dan terjadilah kerusakan sistem saraf yang menyeluruh. Biasanya dikenal dengan Primary Amebic Meningoencephalitis dan kematian adalah jawabannya.”

Hm... berarti Rudy meninggal karena bakteri pemakan otak saat mereka membuat konten. Besar kemungkinan bakteri masuk saat dia terjatuh di kubangan air yang berlumpur atau minum air yang di gentong dekat makam keramat itu.”

“Saya tidak tahu, Hans! Perlu penelitian melalui mikrosop pada air atau lumpur tersebut untuk memastikan ada tidaknya bakteri Naegleria fowleri. Ingat, bakteri ini tidak hanya tumbuh di air berlumpur tapi bisa juga di air tawar seperti sungai atau kolam renang dengan kadar klorin rendah, bahkan air keran yang kita gunakan saat membasuh hidung kita  bisa terkontaminasi bakteri itu. Bakteri Naeglria fowleri ini sangat sensitif terhadap jenis desinfektan seperti klorin. Itulah sebabnya banyak kolam renang atau air keran yang kita minum terasa bau klorinnya.”

Wow, mengerikan juga bakteri Naegleria fowlery itu. Kalau melihat kasus Rudy betapa cepat bakteri itu bisa merenggut nyawa manusia dalam hitungan berapa hari. Apakah ada tindakan yang bisa dilakukan saat seseorang sudah terserang bakteri pemakan otak manusia itu?”

“Bakteri Naegleria Fowleri memang sangat ganas. Biasanya orang yang terkena bakteri itu hanya akan bertahan 1 s.d. 18 hari sejak dia terserang bakteri itu dan jika tidak segera mendapatkan penanganannya yang tepat. Sampai detik ini belum ada penyembuhan secara final, tetapi ada beberapa pengobatan yang biasanya dilakukan adalah pemberian kombinasi obat seperti amphotericin B, azithromycin, fluconazole, rifampin, dexamethasome dan miltefosine yang dapat diberikan melalui suntikan di pembuluh vena atau saraf tulang belakang."

“Ternyata kasus kematian Rudy ini memberi pelajaran bagi kita bahwa di mana pun kita berada bahaya selalu mengintai termasuk dari kehadiran makhluk hidup yang tidak terlihat. Tidak semua tempat bisa dijadikan untuk membuat konten demi meraih viewers tinggi karena kenyataannya mereka membuat konten pencabut nyawa Rudy sendiri.” kataku pelan.

Betul sekali Hans! Sekarang ini hidup tidak lagi berbicara kualitas tapi mereka berlomba membuat konten dengan cara mengejar jalan pintas menjadi tajir berlimpah harta lalu diolah lagi menjadi konten yang siap ditonton orang lain demi terkenal. Mereka lupa bahwa selalu ada bahaya yang mengintai dalam setiap gerak hidup manusia.

Sudah selayaknya kita pun sadar dan paham bahwa Allah Swt. menciptakan makhluknya tidak hanya manusia yang terlihat jelas tapi ada juga makhluk-makhluk kecil yang tidak terlihat. Bukankah Allah Swt. berfirman dalam QS. Yasin: 36
?

بۡحَٰنَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡأَزۡوَٰجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلۡأَرۡضُ وَمِنۡ أَنفُسِهِمۡ وَمِمَّالَا يَعۡلَمُونَ

Artinya: “Maha Suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.“

Dari kalimat “dari apa yang tidak diketahui” ayat itu menunjukkan adanya kehadiran bentuk-bentuk kehidupan yang belum diketahui oleh manusia pada saat wahyu Al-Qur'an diturunkan dari Lauhul Mahfuz. Contohnya kehadiran mikroorganisme itu.” jawab dr. Andrea tegas.

“Ya, saya juga paham tentang hal itu. Kalau tidak salah, dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 26 juga dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah tiada segan menciptakan perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Menurut Ibnu Katsir bahwa kata “menciptakan yang lebih rendah dari itu“ artinya Allah Swt. mampu menciptakan apa saja dengan objek apa pun, baik besar maupun kecil seperti halnya diciptakannya bakteri atau mikroba!” kataku menutup pembicaraan kami. []

Double Bay Sydney, 5 Agustus 2024

Sekokoh Karang yang Tak Tergapai

Dengan tiga ikhtiar ini semoga aku bisa menggapai karang kokoh dalam wujud Mom Andrea.

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Perilaku seseorang dipengaruhi pemahamannya. Ketika ada informasi yang diberikan, maka akan membentuk persepsi atas sesuatu, termasuk persepsi pada seseorang. Apakah menjadi seseorang yang dibenci, dicintai atau sekadar B saja. Demikianlah yang terjadi ketika aku mengenal Mom Andrea, Pemred NarasiPost.Com.

Saat mengikuti Challenge Dawai Literasi di rubrik Story, maka kami para peserta dikumpulkan dalam satu grup WA. Di situlah aku mengenal mom. Dari chat yang bertebaran di grup, memberikan satu informasi Mom Andrea killer, galak, dan yang sejenisnya. Karena itulah aku maju mundur ketika hendak mengirimkan naskah ke NP. Bahkan, ketika memutuskan ikut Challenge Dawai Literasi butuh waktu lama hanya untuk menyusun dua naskah. Selengkapnya ada di kisah story-ku.

Aku dan Mom Andrea

Challenge Dawai Literasi adalah kesempatan pertama kenal Mom Andrea. Ada sedikit insiden yang terjadi saat itu terkait dengan pengiriman naskahku. Mom kelihatan marah-marah. Tapi akhir-akhir ini berpikir, apakah ini prank dari mom ya?

Subuh itu aku ditelepon Mom Andrea. Aku mengangkat telepon dari mom dengan gemetar. Aku berbicara dengan Mom Andrea selama tiga puluh menitan lebih, di situ baru terlihat seperti apa Mom Andrea sebenarnya. Salah satu yang disampaikan tim editor jika Mom Andrea selalu marah jika bicara tidak direspons, alhamdulillah tidak terjadi. Karena entah mengapa ketika mom bicara, aku selalu merespons dengan kata-kata “nggih mom”, sampai beliau berkomentar, “Kamu orang Jawa tulen ya. Dari tadi nggih nggih nggih” He he... aku tertawa dalam hati. Seandainya mommy tahu betapa amburadulnya bahasa Jawaku. Dengan pembicaraan ini seketika sirna asumsiku di awal, meski masih ada beberapa persepsi yang susah aku hilangkan.

Mom Andrea di Mataku

Mendeskripsikan Pemred NP tak akan susah bagi orang yang telah bergaul dengannya. Meski aku baru mengenal beliau dalam hitungan bulan, setidaknya persepsi awal yang muncul telah berhasil aku patahkan.

Di antara persepsiku terhadap mom:

  1. Mom dan Kegalakan

Ini persepsi umum yang terbentuk. Tetapi setelah berinteraksi dengan beliau bahkan sempat bertelepon ria, persepsi ini runtuh. Mom gak galak, gak killer, hanya tegas dan tidak suka basa-basi. Beda ‘kan ya dengan galak?

2. Mom dan Keangkuhan

Awal berinteraksi dan membaca chat beliau di grup, kesan ini muncul dalam diriku. Mom itu angkuh, jauh tak terjangkau oleh newbie seperti aku yang masih merangkak ini. Tetapi aku adalah orang yang realistis. Ketika ada orang-orang yang seperti ini, tidak akan langsung menjustifikasi dengan keburukan. Justru berpikir, mungkin dia punya sesuatu yang memang lebih dari orang lain, maka wajar dong dia angkuh. Kadang kala sikap angkuh itu juga diperlukan.

Dan terbukti ketika makin lama mengenal mom, maka aku menjadi salah satu pendukung keangkuhan beliau ha ha... Karena beliau pantas bersikap seperti itu. Beliau memiliki segalanya seperti dedikasinya pada media dakwah, pada penulis, royal dalam pendanaan, cukup seksi mengemas cerpen menjadi berbobot di tengah cerpen atau novel yang membahas drama rumah tangga, bahkan kemampuan desainnya luar biasa. Ini baru dari sisi kemampuan belum karakter beliau.

Karakter beliau yang dominan dan kepemimpinan yang kuat sungguh terasa ketika berinteraksi dengannya. Beliau juga memiliki manajemen waktu yang luar biasa, pengorbanan waktu, tenaga, dan dana cukup membuat tercengang. Tak bisa disamai oleh anak bawang seperti aku ini.

Jadi dengan semua yang mom miliki, wajar jika beliau angkuh. Setidaknya itu menurutku. Meski akhirnya setelah berinteraksi, bukan kata angkuh yang tepat untuknya, tetapi perbedaan yang terjadi di antara kami menjadikan mommy laksana karang yang kokoh tak tergapai tangan ini. Ketika melihat mommy bagai pungguk merindukan bulan diri ini. Anugerah Allah kepada mom berupa banyaknya kemampuan di bidang literasi, harta berkah yang selalu disedekahkan, membuat aku yang tak ada apa-apanya ini merasa jauh tertinggal, kerdil, dan tak akan bisa menyamai atau bahkan berdiri di sebelah Mom Andrea. Mom bagai karang kokoh yang tak tergapai.

Mom Andrea dan NarasiPost.Com

Beliau pendiri sekaligus pemred di NarasiPost.Com. Dalam benakku seorang pemred itu adalah orang yang pandai menulis berbagai genre, menjadi narasumber di berbagai pelatihan menulis, dan segudang prestasi yang tertoreh lewat aksara.

Melihat mom sempat mengernyit, “Siapa dia sebenarnya?”. Mom begitu misterius bagiku. Atau memang jalan-jalanku yang kurang jauh sehingga tak tahu kiprah mom di dunia kepenulisan? Ketika beliau mengomentari tulisan-tulisan termasuk me-review tulisan story-ku, sontak terpikir, “Apa benar mom bisa menulis atau kritiknya saja yang tajam?” Dan aku merasa tertikam ketika membaca tulisan beliau yang kutemukan sejak aku bergabung di NP. Tulisannya sebagus ini? Hu hu hu... pantas saja kritiknya dalam banget. Aku pun mulai berselancar di NP, mencari tulisan pemred. Maka kutemukan berbagai tulisan beliau, aduh keseblak aku dibuatnya. Mom mengakui jika tulisan opininya tak sebagus Tim Penulis Inti khususnya Mbak Sartinah. Tapi tulisan mom memiliki karakter kuat yang menjadikan kita gak mau berhenti membaca, detail mengulik satu kejadian misalnya tentang cerpen medisnya, benar-benar menambah wawasan. Pokoknya gak terbayang dan gak bisa mendeskripsikan tulisan mom.

Jadi wajar ‘kan jika mom suka mengkritik tulisan kita dengan “galak” karena tahu betul tulisan yang berkualitas seperti apa. Pemikiranku bahwa pemred harus sering-sering tampil, sering-sering memberi pelatihan menulis dan sebagainya, musnah sudah. Mom meski tidak banyak tampil di publik sebagai pemred, nyatanya beliau bisa menggawangi NarasiPost.Com dengan baik bahkan melejit dibanding media dakwah online lainnya.

Mom dan Desain

Melihat desain di NarasiPost.Com itu sesuatu banget menunjukkan kesan hidup, kuat, berenergi, istilah Gen Z sekarang menyalakan semangat begitu terasa. Begitu aku tahu ada Mbak Nay Beiskara dalam jajaran Tim Redaksi, aku berpikir, “Wajar sih, lha Mbak Nay ini master dalam hal desain mendesain.” Aku berpikir semua gambar di NP hasil karya Mbak Nay, termasuk image di tulisan-tulisan kami. Ketika aku masuk di Konapost, jederr tersambar petir entah untuk ke berapa kalinya. Aku baru tahu ternyata yang membuat image dan mem-publish tulisan kami satu-satunya adalah Mom Andrea. Meski akhir-akhir ini muncul nama Mbak Mila yang juga bisa melakukannya, tapi sepanjang NP ada maka yang melakukan itu Mom Andrea seorang. Wah benar-benar takjub dengan kemampuan mom. Hal ini makin mengokohkan mommy seperti karang di tengah lautan yang tak mungkin kugapai.

Baru enam bulan aku di NP, selalu teringat pesan mommy saat meneleponku di Subuh itu, “Kamu kalo mau belajar bisa seperti Mbak Sartinah. Tulisan dia belum ada yang bisa mengalahkan, terbaik dan selalu zero kesalahan.” Mom juga menceritakan tentang beberapa Tim Penulis Inti NP seperti Mbak Firda Umayah, Mbak Deena Noor, dan yang lain yang membuat aku ingin menjadi bagian darinya. Tapi ketika mom menyampaikan Tim Penulis Inti itu harus perfect dan nol kesalahan! Haduh perutku langsung mules. Apa aku bisa? Kapan ya aku mampunya? Tulisanku masih belepotan di mana-mana meski sudah mencoba membuka mata, meneliti setiap kata, kadang masih ada yang terlewat juga. Mom juga menyampaikan, “Kalo kamu menang, butuh waktu satu tahun untuk bisa membuat buku solo. Karena paling tidak kamu harus punya empat puluh naskah yang tayang di NP untuk bisa membuat buku solo.

Dan saat itu aku bergumam dalam hati, “Enggak, gak akan butuh waktu setahun mom. Aku akan berupaya memenuhi empat puluh naskah gak sampai setahun.” Meski dalam perjalanannya memang luar biasa untuk mewujudkan mimpi itu. Makin mengenal Mom Andrea, Tim Redaksi, Tim Penulis Inti juga para Konapost, makin merasa kerdil diri ini.

Selalu kuingat apa yang kutuliskan dalam story di Challenge Dawai Literasi, bahwa seluruh keberhasilan dalam berbagai hal tergantung pada komitmen dan aksi nyata, sementara motivasi hanya sepuluh persennya saja. Maka aku mulai meluruskan niat lagi. Menulis tanpa menoleh lagi. Mom Andrea yang semakin terlihat jauh dan kokoh di mataku, makin jauh rasanya untuk bisa menggapainya, maka aku pun hanya bisa berupaya, dengan berbagai cara di antaranya:

  1. Basa-basi.
    Tak bisa dimungkiri aku adalah orang Jawa yang memegang adat ketimuran dengan kental. Basa-basi adalah bagian dari pergaulan dan kebiasaan dengan alasan sebagai bentuk penghormatan dan memanusiakan. Nyatanya basi beneran. Ha ha.. Aku dekati Mom Andrea dengan basa-basi. Setiap kali tulisan tayang, dapat reward, dapat sertifikat, hingga menutup challenge selalu mengucapkan terima kasih dengan harapan direspons sama mom, meski hanya jempol saja. Ya Allah ternyata zonk saudara-saudara! Mom gak suka basa-basi. Mom gak respons sama sekali. Akhirnya aku putuskan menyampaikan saja rasa terima kasihnya tanpa harus punya keinginan apa-apa.

  2. Menetapkan target pribadi.
    Mommy selalu penuh kejutan dan royal kepada kami. Setiap challenge hadiahnya lumayan menggiurkan. Hal ini untuk memantik penulis agar memberikan karya terbaiknya, ber-fastabiqul khoirot dan tak berleha-leha karena musuh sudah sedemikian nyata. Tapi apalah dayaku, mau menarik perhatian mommy dengan menang challenge pun sepertinya sia-sia. Karena dalam naskah terbaik selalu ada Mbak Sartinah yang belum bisa digeser karena tulisannya memang bagus dan zero kesalahan. Dari sisi banyak tulisan ada Mbak Isty, Mbak Arum, Mbak Mimi, Pak Maman dan banyak lagi.

Jadi apa yang bisa kuandalkan untuk menarik perhatian mommy agar melirik tulisanku? Kuputuskan membuat target pribadi saja. Jika mommy berkenan memuat alhamdulillah, jika ada revisi aku senang sekali karena bisa belajar dari kesalahan diri sendiri, jika tak dimuat pun ya sudah belum rezeki. Aku menduga bisa jadi tertumpuk atau memang naskahku tidak layak tayang. Aku akan tetap komitmen menulis. Aku yakin suatu saat mommy akan melirik tulisanku entah tulisan yang ke berapa. Barangkali yang ke seribu kali, maka aku tak boleh berhenti di angka sembilan ratus sembilan puluh sembilan.

  1. Doa sepertiga malam.
    Dengan dua jurus sepertinya tak mampu kugapai Mom Andrea, maka aku sleading di sepertiga malam-Nya. Dalam doa-doa panjang selalu terselip nama Mom Andrea, semoga selalu sehat, diberi umur dan rezeki yang berkah, dan terbuka hatinya untuk tengok aku dan tulisanku. Semoga mom memberi kesempatan kepadaku belajar lagi dan lagi bersama Konapost, Tim Penulis Inti dan Tim Redaksi. Semoga mom mengizinkanku suatu saat nanti bergabung di Tim Penulis Inti bahkan di Tim Redaksi jika memang layak diri ini.

Dengan tiga ikhtiar ini semoga aku bisa menggapai karang kokoh dalam wujud Mom Andrea. Bersama dalam NP bukan sekadar eksistensi diri tetapi karena jariah yang menanti lewat aksara, sebagai bukti penjaga Islam yang terpercaya.

Wallahu a'lam bishawab. []

Gelisah Hati sang Pemred

Haruskah tetap bertahan tatkala hati begitu lelah dan raga makin lemah? Di satu sisi, lelah fisik dan pikiran begitu menyekap. Namun, di sisi lain, akan ada banyak kebaikan yang lewat jika memutuskan untuk pergi darinya.

Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Mbak Dina lolot, ya, kerjanya!” Kalimat itu langsung menusuk mata dan hatiku. Sesaat aku terhenyak. Mimpi apa aku semalam, ya? Baru saja buka WA, sudah baca yang beginian. Namun, beberapa detik kemudian aku langsung sadar. Ah, iya, aku memang lelet. I can’t say anything else.

Bikin Puyeng Pemred

Bu Pemred NP memang suka bicara apa adanya. Khasnya orang yang hidup di Western, to the point. Aku pun menganggapnya wajar karena sebagai seorang pimpinan, siapa sih yang suka kalau anak buahnya lelet dalam bekerja? Apalagi saat sedang sibuk-sibuknya ngurusin challenge, lihat timnya lamban, beliau pasti geregetan. Banyak naskah masuk yang harus dicek dan dinilai segera. Belum lagi nanti naskah harus di-publish dan itu membutuhkan waktu yang tak sebentar. Puyeng kepala melihat kinerja tim yang tak sesuai harapan. I’m really sorry ...

Meskipun aku punya alasan tersendiri, tetapi tetap kesalahan ada pada diriku. Alasanku adalah kondisiku. Salahku yang belum mampu mengatasinya.

Aku tidak sakit hati atau baper dengan semua itu. Hanya kecewa menerpaku. Aku kecewa pada diriku yang aku yakin juga mengecewakan beliau sebagai pemred. Harapannya agar aku bisa membantu menjalankan NP menjadi luntur. Aku belum mampu mewujudkannya. Langkahku masih terseok-seok di sini.

Kupikir mundur adalah jalan terbaik bagi semuanya. Namun, aku tak menyadari bahwa ketika ada timnya yang bermasalah, bahkan rontok, telah menjadi beban tersendiri bagi pemred. Siapa pun dia di dalam, besar atau kecil tugasnya, tetap menjadi sebuah kehilangan yang tak mengenakkan.

NP untuk Dakwah

Mengingat kembali visi beliau di NP. Menampung para penulis ideologis untuk berdakwah literasi menjadi visi Bu Andrea mendirikan NP. Ini sama artinya dengan berdakwah itu sendiri. Menurutku, beliau ambil bagian menjadi perantara kebaikan. Beliau menyediakan media bagi para penulis ideologis untuk berdakwah.

Sadar tak bisa menjalankan media seorang diri, beliau pun merekrut orang yang bersedia membantu di NP. Meskipun NP media dakwah, beliau tetap berusaha memberi penghargaan kepada timnya secara materi. Mungkin jumlahnya tidak banyak, tetapi fee tersebut tetap sangat bermanfaat. Harapannya dengan begitu, tim bisa makin termotivasi untuk berkarya di NP.

Beliau sangat serius dalam perkara ini sebagaimana halnya berdakwah merupakan perkara yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Karena itulah, beliau rela mengeluarkan banyak dana dari kantong pribadi supaya NP bisa berkembang dan memberi banyak manfaat bagi umat.

Beliau telah membantu dengan menyediakan peralatan yang menunjang kerja tim di NP. Ada laptop, HP, tablet, alat rekaman, dll yang beliau berikan untuk tim NP. Semua dalam rangka memudahkan tim untuk menunaikan amanahnya dengan baik di NP. Beliau tak ragu mengeluarkan banyak duit untuk keperluan NP. Harapannya supaya NP makin berkibar di jagat dakwah literasi.

Mungkin jika ditotal sudah mencapai empat ratusan juta yang beliau keluarkan untuk NP. Mulai dari biaya sewa hoster, fee seluruh tim, biaya event dan pemateri, rewards untuk peserta challenge, atau hadiah kecil untuk para kontributor yang loyal pada NP. Ya, Bu Andrea memang tak segan mengeluarkan uang untuk mereka yang menunjukkan sense of belong to yang tinggi kepada NP. "Anda loyal, kami royal". Ibaratnya seperti itulah moto beliau.

Kecewa

Namun, semua itu mulai dipertanyakan kala performa tim menurun. Begitu banyak yang telah dikeluarkan, tetapi kenapa masih belum seperti yang diharapkan? Tim Inti(Tim Redaksi ) yang sering menjadi pikiran. Tim Penulis Inti yang tak teriayah bagai anak ayam kehilangan induk. Bahkan, Tim Voice Over yang dahulu membacakan naskah para penulis juga telah bubar duluan. Padahal, peralatan untuk rekaman juga telah difasilitasi untuk tim. Dukungan dana juga tak main-main.

Bukan mengungkit, tetapi ke mana semua itu kini? Sia-siakah mengeluarkan dana yang begitu banyak untuk membangun NP hingga seperti sekarang? Sepadankah semua pengorbanan selama ini?

Teringat kala sakit dan tetap harus bekerja demi bisa mem-publish naskah para penulis. Saat itu memang belum ada yang bisa menggantikan tugas publish naskah selain pemred. Membayangkan bagaimana beliau memaksakan diri melakukan pekerjaan yang menguras fisik dan pikiran di saat seharusnya mengistirahatkan raga yang sedang tidak baik.

Kekecewaan makin menebal seiring kesalahan berulang yang terus terjadi di dalam tim. Bahkan, ada kesalahan fatal yang tak pelak melukai dan mencoreng nama baik NP. Tak terbayang bagaimana rasanya menjadi beliau sebagai pemred media dakwah. Bukan hanya nama NP, tetapi dakwah literasi turut terimbas. Ada tanggung jawab besar yang harus dipikul.

Aku tak tahu perasaan beliau secara persis. Aku hanya bisa membayangkan rasa kecewa dan terluka beliau oleh orang dekat, orang yang beliau sayangi. Sesungguhnya, luka yang disebabkan oleh orang yang kita sayangi adalah luka yang teramat perih.

Lelah Hati

“Saya sudah di batas give up tentang NP ...” Hatiku berdesir membaca chat beliau. Rasa bersalah menghinggapiku. Orang yang kukenal sebegitu tangguhnya sampai menulis seperti itu. Ya, Allah ...

Lelah. Beliau benar-benar lelah dengan semuanya. Lelah harus selalu menegur timnya. Lelah harus marah-marah dahulu sehingga tim bisa kerja dengan benar. Lelah menunggu gagasan-gagasan dari tim yang tak kunjung muncul. Lelah harus beliau sendiri yang turun tangan. Lelah harus apa-apa dari beliau. Lelah melihat timnya yang tak segera ‘berlari’ dalam menjalankan NP.

Padahal, beliau sangat mengharapkan timnya mempunyai inisiatif dan bisa berinovatif demi kemajuan NP. Beliau merasa bahwa tim sudah cukup pengalaman dan harusnya bisa mengelola NP secara mandiri. Masing-masing juga sudah tahu tugas dan kewajibannya. Cukup tunaikan amanah di NP dengan sebaik mungkin.

Dengan berbagai fasilitas yang diberikan, bolehkah diri berharap adanya feedback yang memuaskan dari tim? Begitu mungkin yang ada dalam benak beliau. Harapan dan keinginan yang wajar dari seorang pemred.

Namun, sepertinya keinginan itu harus berkompromi dengan kenyataan. Harapan yang seakan masih bertepuk sebelah tangan. Tak semua berjalan seperti yang beliau inginkan. Beliau harus menerima kesalahan demi kesalahan tim yang tak jarang membuat dada sesak. Beliau harus membereskannya karena beliau adalah pimpinan yang memikul tanggung jawab atas timnya.

Lelah fisik mungkin bisa segera hilang dengan beristirahat. Namun, lelah hati tak mudah untuk mengobatinya.

Aku tercenung. Ada perih yang menjalar di hatiku. Aku adalah orang yang turut menjadi penyebab lelah hati sang pemred. Astagfirullah. Maaf ...

Haruskah Bertahan atau Meninggalkan?

Dalam kelelahan hati itu, kegalauan menyapa beliau. Apakah terus bertahan atau pergi meninggalkan? Tebersit dalam pikiran untuk menyudahi semuanya. Ada hal lain yang ingin dikerjakan. Ada bisnis properti yang menarik untuk digeluti.

Namun, ada rasa amat sayang atas semua yang sudah didapatkan di NP. Membangun NP dari nol, jatuh bangun menghadapi berbagai terpaan ujian dan cobaan sampai NP bisa berkibar dan cukup disegani hingga kini.

Apalagi NP bukanlah sekadar media informasi, melainkan sebuah wasilah untuk beramal dan berdakwah. Banyak potensi pahala yang bisa diraup melalui NP. Meskipun bukan kita sendiri yang menyampaikan kebaikan, tetapi kita masih bisa membantu dalam menyediakan sarana atau memudahkan para penulis ideologis untuk berdakwah. Sebuah kebaikan yang luar biasa tanpa sedikit pun mengurangi pahala dari orang yang beramal langsung.

NP juga memberi banyak manfaat bagi umat. Tulisan-tulisannya yang mencerdaskan selalu dinanti. Kontennya yang berani menguak kebenaran sangat dibutuhkan di tengah gulita kejahiliahan dan kezaliman kekuasaan. NP menjadi salah satu kapal dakwah yang diperhitungkan di samudera literasi dunia.

Akankah itu berhenti dan tinggal kenangan? Haruskah pergi agar lelah ini terobati? Haruskah melepaskan semua ini?

Haruskah tetap bertahan tatkala hati begitu lelah dan raga makin lemah? Di satu sisi, lelah fisik dan pikiran begitu menyekap. Namun, di sisi lain, akan ada banyak kebaikan yang lewat jika memutuskan untuk pergi darinya. Ya, Allah berikan petunjuk dan pertolongan-Mu ...

Maaf

Aku tak bisa banyak menolongmu, Bu ... Aku hanya bisa mendoakanmu. Aku tak akan pernah bosan untuk meminta maaf darimu. Maafkan, aku yang telah mengecewakanmu. Maafkan, aku yang tak bisa banyak membantu. Maafkan, aku atas segala kesalahanku.

Semua keputusan ada di tanganmu, Bu. Engkaulah yang berhak memutuskan. Jika menurutmu itu baik, maka lakukanlah. Aku yakin engkau akan mempertimbangkan masak-masak sebelum mengambil keputusan. Engkau punya sahabat baik sebagai tempatmu sharing dan ... ada Allah tempatmu mengadu dan meminta. Apa pun yang terjadi nanti, itulah garis ketentuan-Nya.

Wallahu a'lam bishawaab []

Semoga Ada Kesempatan Kedua Bersama si Jelita

Semoga ada kesempatan kedua untukku, belajar dari keahliannya merangkai kata, menuliskan setiap aksara dalam rangkaian tulisan yang bermakna, untuk mengikuti jejaknya menjadi penulis andal demi terwujudnya opini Islam.

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kehidupan ini memiliki alur yang tidak mudah untuk ditebak. Apa yang terjadi esok tak bisa kita prediksi. Jika ada kesempatan yang ada untuk berkembang dan lebih baik lagi, maka ambil dan pergunakan sebaik-baiknya. Memang kesempatan tidak selalu menentukan kesuksesan. Tetapi dengan kesempatan yang ada setidaknya kita bisa belajar, berusaha, meski gagal, dan mampu mewujudkan langkah selanjutnya dari hasil belajar kita.

Rangkaian kalimat ini sebagai penyemangat diri. Kala satu kesempatan hilang, dengan harapan besar, semoga kesempatan itu datang kembali. Kesempatan kedua dan seterusnya hingga bisa meraup ilmu sebanyaknya, dari dia "Si Jelita dari Tanah Pasundan".

Siapa sangka dengan wajah kalem dan ayunya tetapi begitu sangar ketika menghadapi naskah kita. Eh naskahku saja kali ya! He he. Awal mengenalnya ketika Zoom pengenalan tim redaksi NP. Mom Andrea sering menyebutnya editor ter-the best. Juga membaca setiap NP menerbitkan sebuah buku, editornya pasti di antara dua nama Miladiah atau Nurjamilah. Hampir sama tapi beda orang dan aku lebih suka memanggilnya Mbak Nur. Selain untuk membedakan dengan Mbak Mila, Nur artinya cahaya, sangat cocok untuknya yang selalu bersinar di NP dan kalangan penulis lainya.

Suatu saat aku chat dengan teman membahas Tim Redaksi NP, siapa kira-kira yang terbaik dari mereka. Saat itu aku belum banyak mengenal para admin meski sudah ada beberapa yang pernah chat pribadi. Teman ini mengatakan, “Aku sih dukung Nurjamilah. Bukan karena ponakan sendiri ya, tapi tahu kualitas dan perjuangannya”. Makin penasaran aku dibuatnya. Ketika Mom Andrea menyampaikan, “Mbak Nur itu bisa menjadikan ayat atau hadis tidak terdeteksi plagiasi. Gimana caranya tanya saja dia”. Makin penasaranlah aku pada sosoknya. Dengan keberanian seujung kuku, aku mencoba membuka keran komunikasi dengannya.

Nur: Dua Sisi yang Berbeda

Tak hanya wajahnya yang ayu, perangainya pun begitu. Mbak Nur yang kukenal sangat ramah, menjawab setiap tanya yang kuajukan untuknya seputar naskah. Belum pernah sih tanya tentang pribadi, kapan-kapan boleh dicoba sepertinya, untuk menguji keberanianku setelah terpental telak di tangannya. He he.

Berbeda ketika mengedit naskah. Saat membaca surat cintanya yang membedah sebuah naskah, siapa sangka itu berasal dari si Jelita. Dalam benakku saat itu, “Emang benar ya ini dari Mbak Nur. Sangar amat yak! Ini harusnya dari orang-orang seperti Mom Andrea”. He he he. Maafkan aku Mom. Berbeda sekali antara wajah kalem Mbak Nur dengan surat cintanya, membuat aku gemetar dan mau menghilang saja.

Pantas Mom Andrea begitu mencintainya. Karena kinerja dan kegesitannya, karena ketelitian dan kejeliannya dalam mengedit naskah hingga kadang yang menurut aku sudah rapi saja, masih acak-acakan di matanya. Mbak Nur memang luar biasa. Membaca kisahnya di beberapa tulisan ketika berkiprah di NP, memang menjadikan dia layak untuk menyandang the best editor NP saat ini.

Aku dan Kesempatan Kedua

Beberapa naskahku yang amburadul pernah dipegang Mbak Nur. Sehingga aku bisa menilai di balik wajah lembut dan ramahnya, jika berhadapan dengan naskah dia bak algojo yang siap memenggal kepala kita yang bersalah. Ha ha. Aku mengalami hal yang sama. Lewat Mom Andrea, aku diberitahu, “Naskahmu yang ini yang itu dipegang Mbak Nur”. Termasuk naskah pertama kali yang aku kirim, yang pada saat itu aku belum tahu kriteria naskah yang seharusnya dikirim ke NP. Naskah itu harus ada lead-nya setelah judul, ada subjudul, menyertakan dalil meski naskah opini, ini sesuatu yang baru, yang berbeda dari biasanya aku nulis opini ke media lainnya. Ternyata memang ada maksud lebih besar di sana, agar naskah kita bisa menjangkau lebih banyak pembaca.

Saat itu aku langsung chat Mbak Nur untuk memastikan naskah tersebut. Dan dengan ketegasannya beliau menyampaikan agar aku mencari, membandingkan kesalahan dalam tulisanku dengan naskah yang sudah di-publish. Rinci dari per kalimat, per kata hingga titik komanya. Dengan alasan klise sibuk, aku tidak segera mengerjakannya. Hingga Mom Andrea mengirimkan surat cinta Mbak Nur kepadaku. Dengan bekal surat itu aku negosiasi tugas dari Mbak Nur yang berakhir gigit jari. Aku bilang bahwa surat cinta dari Mbak Nur sudah aku terima dari Mom Andrea. Haruskah aku mengerjakan tugas darinya? Begitu pemikiranku saat itu dan Mbak Nur tak meresponsnya. Hu hu hu menangislah dibuatnya.

Setelah chat itu aku merasa telah menyia-nyiakan kesempatan belajar dari si Jelita. Mengapa aku harus menegonya? Kenapa tidak dikerjakan saja meski lama? Kenapa dan kenapa menjadi tanya penyesalan yang tak kunjung reda. Sampai aku tak berani lagi chat dengannya. Rasanya nano-nano berada dalam sebuah penyesalan menyia-nyiakan kesempatan. Hingga ketika Mbak Nur chat untuk tanya biodata saja, rasanya seperti malu karena telah berbuat salah. Tak berani lagi menyapa hanya sekedar SKSD seperti awal yang kulakukan.

Dalam hati hanya mampu berharap, semoga ada kesempatan kedua untukku, belajar dari keahliannya merangkai kata, menuliskan setiap aksara dalam rangkaian tulisan yang bermakna, untuk mengikuti jejaknya menjadi penulis andal demi terwujudnya opini Islam.

Khatimah

Mbak Nur dengan segala rasa dan melihat kiprah anti di NP izinkan aku yang bukan siapa-siapa ini memberikan apresiasi nilai. Meski barangkali tak mewakili seluruh kinerja, jerih payah yang kau lakukan di NP. Semoga kiprahmu di NP menjadi inspirasi bagi semua penulis di Konapost. Meski hadirmu di tengah-tengah kami jarang terlihat, tapi di balik layar engkau pasti banyak terlibat.

Wallahu a’lam bi-showaab []

Tukar Tahanan, Bukti Tak Tegas dalam Hukuman

Tukar-menukar tahanan menunjukkan bahwa hukum yang dibuat oleh manusia tidak akan menyelesaikan masalah, tidak tegas, dan bisa berubah menyesuaikan kepentingan yang ada.

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Swedia dan Iran, atas mediasi yang dilakukan Oman, akhirnya bersepakat untuk menukar tahanan masing-masing negara. Tahanan yang ditukar adalah Hamid Noury, salah satu eks pejabat Iran dengan Jihan Floderus dan Saeed Azizi warga sipil Swedia.

Hamid Noury, sebagaimana diberitakan di cnnindonesia.com, ditahan di Swedia setelah ditangkap pada tahun 2019 dengan tuduhan kejahatan perang atas eksekusi massal dan penyiksaan tahanan politik di penjara Gohardasht di Karaj, Iran pada tahun 1988. Ini berarti Hamid Noury sebenarnya melakukan kejahatan di negaranya, tetapi di hukum di negara lain. Posisi Hamid Noury meski dituduh kejahatan perang, tetapi pada dasarnya kesalahan yang dilakukan tidak dalam situasi perang sehingga tidak bisa dikatakan tahanan perang.

Sementara Johan Floderes, ditangkap di Iran dengan tuduhan sebagai mata-mata Israel. Aktivitas memata-matai atau tajasus memang bagian dari perang. Tetapi jika dilakukan sebelum perang terjadi atau bukan pada situasi perang, maka bukan termasuk tahanan perang. Begitu juga dengan Saeed Azizi yang berkewarganegaraan ganda Swedia-Iran, ditangkap dengan tuduhan yang dianggap melakukan sebuah kesalahan. Maka statusnya pun sebagai tahanan biasa bukan tahanan perang.

Pertukaran tahanan ini merupakan upaya melindungi masing-masing warga negara karena tanggung jawab negara untuk menjamin kehidupan rakyatnya. Dilihat dari sisi tanggung jawab negara akan keselamatan warga negaranya, barangkali pertukaran tahanan ini bisa dianggap benar. Tetapi pada dasarnya pertukaran tahanan ini tidak membawa kebaikan bagi kehidupan berbangsa baik di Swedia, Iran maupun negara lain yang menghendaki penyelesaian yang sama terhadap warga negara mereka yang di tangkap di negara lain. Upaya tukar menukar tahanan ini justru membuat seorang warga negara akan berbuat gegabah dan bebas melakukan apa pun yang diinginkan meskipun mereka berada di luar negaranya. Dengan alasan tanggung jawab negara pada rakyatnya, negara akan berusaha membebaskan dirinya dari tahanan. Sungguh bukan sebuah pengajaran yang tepat untuk membuat jera tindak pidana yang mereka lakukan.

Lebih dari itu tukar-menukar tahanan ini justru makin menunjukkan bahwa hukum yang dibuat oleh manusia tidak akan menyelesaikan masalah, tidak tegas, dan bisa berubah menyesuaikan kepentingan yang ada. Hukuman yang dijatuhkan pada terpidana bisa berubah karena campur tangan negara lain terhadap kebijakan hukum di sebuah negara. Lalu di mana letak kedaulatan negara tersebut jika hukum di negaranya bisa diinterverensi pihak lain? Dengan dalih apa pun, pertukaran tahanan ini tidak akan membawa pada kebaikan yang diharapkan.

Hukum di Dalam Islam

Dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 57 Allah berfirman :

ٓۚ إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِۖ يَقُصُّ ٱلۡحَقَّۖ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلۡفَٰصِلِينَ ٥٧

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik."

Dari ayat ini jelas bahwa pembuat keputusan termasuk sanksi di dalam Islam adalah hak Allah untuk menentukannya. Ketika Allah memberikan kewenangan kepada khalifah untuk menentukan sanksi atas pelanggaran tertentu, maka khalifah boleh berijtihad di dalamnya.

Dalam kitab Nidzam Uqubat, sanksi dibedakan menjadi empat yaitu hudud, jinayat, takzir dan mukhalafat. Pada ranah hudud dan jinayat maka hanya hukum Allah yang berlaku. Sementara pada ranah takzir dan mukhalafat dikembalikan kepada khalifah untuk memberikan sanksi yang tepat bagi pelaku kriminal. Penjara atau tahanan bisa diterapkan untuk kategori takzir dan mukhalafat, tetapi tetap pelaksanaan dan teknis tahanannya pun tidak bisa dicampuri oleh pihak lain. Jika pelaku kriminal itu melarikan diri dan tertangkap di negara lain, maka harus dikembalikan dan dihukum sesuai dengan hukum di dalam Daulah Islam karena posisinya sebagai warga negara daulah, ataupun warga negara asing yang berkunjung ke daulah tetapi melakukan tindak kriminal di dalam daulah. Maka hanya Daulah Islam yang memiliki kewenangan memberikan sanksi sesuai dengan tindak kriminal yang dilakukan.

Tidak Ada Tukar-Menukar Tahanan dalam Islam

Dengan kejelasan hukum sanksi dalam Islam, maka tidak ada kesempatan untuk tukar-menukar tahanan ataupun negoisasi terhadap tahanan negara. Apa pun status tahanannya, tahanan sipil ataupun tahanan perang maka tidak akan pernah terjadi pertukaran.

Tentang apa yang terjadi pada Abu Amr bin Abu Sufyan yang dikembalikan kepada pihak Quraisy dan di tukar dengan Sa’ad bin an-Nu’man yang sebelumnya ditahan pihak Quraisy, itu bukan pada konteks tukar menukar tahanan. Kedua orang tersebut adalah tawanan perang yang memiliki hukum khusus dalam Islam.

Hukum Tawanan Perang

Berdasarkan surah Muhammad ayat 4 Allah berfirman ;

فَإِذَا لَقِيتُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَضَرۡبَ ٱلرِّقَابِ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَثۡخَنتُمُوهُمۡ فَشُدُّواْ ٱلۡوَثَاقَ فَإِمَّا مَنَّۢا بَعۡدُ وَإِمَّا فِدَآءً حَتَّىٰ تَضَعَ ٱلۡحَرۡبُ أَوۡزَارَهَاۚ ذَٰلِكَۖ وَلَوۡ يَشَآءُ ٱللَّهُ لَٱنتَصَرَ مِنۡهُمۡ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَاْ بَعۡضَكُم بِبَعۡضٖۗ وَٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَن يُضِلَّ أَعۡمَٰلَهُمۡ ٤

“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.”

Dari ayat ini, bagi khalifah diberikan pilihan bagi tawanan perang, apakah mereka ditebus atau dibebaskan. Tentang berapa besar tebusan, ditebus dengan apa, maka menjadi kewenangan khalifah untuk memutuskannya. Rasulullah pernah melakukan tebusan tawanan perang dengan sejumlah harta, dengan mengajarkan membaca, hingga ditebus dengan sesama tawanan perang. Jadi apa yang terjadi pada Abu Amr dan Sa’ad adalah tebusan tawanan dengan tawanan, bukan tukar-menukar tahanan sebagaimana yang terjadi antara Swedia dan Iran.

Dalam kitab Syakhsiyyah Islamiyah jilid 2, karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, juga dijelaskan bahwa apa yang dilakukan Rasulullah misalnya dengan membunuh beberapa tawanan perang Badar, pada kasus Bani Quraidhah maka itu bukan karena keberadaan mereka sebagai tawanan perang sehingga boleh dibunuh, tetapi karena keputusan kepala negara yang melihat ada bahaya ketika pelaku tindak kriminal itu tidak dibunuh. Maka khalifah boleh menjatuhi hukuman mati pada seseorang yang dianggap membahayakan Daulah Islam.

Demikian pula ketika ada sirah yang menceritakan bahwa Rasulullah memperbudak tawanan perang, maka sesungguhnya yang diperbudak adalah dari wanita dan anak-anak (baik anak laki-laki maupun anak perempuan) yang ikut dalam peperangan. Status mereka menjadi As-Sabiiy (budak). Hukum terhadap tawanan perang hanya ada dua, dibebaskan atau ditebus. Dibebaskan boleh dengan syarat ataupun tidak dengan syarat apa pun.

Khatimah

Tukar-menukar tahanan di sistem kapitalisme hari ini bisa dilakukan sesuai dengan kepentingan dan manfaat yang diperoleh dari pertukaran tersebut. Sisi positif atau negatifnya hanya diukur dari kemanfaatan yang didapat, tidak mempertimbangkan aspek lainnya. Sementara dalam Islam, setiap hukuman bagi kriminal telah jelas, tidak ada celah bagi negara lain ikut campur. Bahkan, tidak ada peluang untuk tukar-menukar tahanan kecuali tawanan perang itu pun dalam konteks tebusan. Jadi bukan praktik tukar-menukar tahanan.

Wallahu a’lam bi-showaab. []

Sejumput Asa untuk My Inspiration

Sejumput asaku juga menjadi harapan bagi teman-temanku. Tetaplah menjadi seperti mutiara yang berkilau meski berada di tengah badai ujian.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-"Ustazah, aku boleh diberi amanah apa pun, asalkan jangan menulis, please!" Aku menemukan potongan kalimat tersebut tertulis dalam naskah story-nya. Permohonan itu ia tujukan pada gurunya kala itu karena merasa tak mampu dan tak bisa menulis. Ia bahkan membencinya. Namun, tahukah kalian bahwa tak ada kebencian abadi, sebagaimana tidak ada kecintaan yang abadi di dunia ini? Semua rasa bisa berubah kapan saja dan di mana saja.

Demikian pula dengan kebencian dan ketidaksukaannya pada dunia tulis-menulis. Semua berubah. Bukan hanya tak suka menulis, saat ini ia bahkan menjadi salah satu "ratunya" penulis opini. Yup, bukan ratu yang duduk di singgasana dan bertakhtakan segenggam berlian, tetapi ratu dalam menggoreskan aksara demi menyebarkan pemikiran Islam. Kualitas tulisannya yang telah teruji telah membuat seseorang yang begitu istimewa (di hatiku dan hatinya) sampai memberinya gelar, "Mutiara dari Pasundan".

Maka, benarlah kata orang, "Jangan terlalu membenci sesuatu, nanti bisa jadi kamu menyukainya." Ini kiranya yang terjadi pada seseorang yang kukenal. Meski tak pernah bersua di dunia nyata, aku cukup mengenalnya dari karya dan kiprahnya. Beliau itu, dari tidak suka menulis kemudian menjadi piawai dalam merangkai kalimat menggugah yang tertuang dalam tulisan-tulisannya. Tulisannya pun sangat tajam saat mengupas suatu fakta. Mungkin ia tak tahu jika tulisannya menjadi salah satu inspirasiku dalam menulis. Betul, itu kamu, Teh Nurjamilah!

Perjumpaan dengan NP

Selalu saja ada sejumput kisah saat mengenal dan berjumpa dengan seseorang. Begitu pun dengan Teh Nurjamilah saat berjumpa dan mengenal Founder NP, Mom Andrea. Perkenalan dalam sebuah kelas kepenulisan dengan mom membuatnya langsung berpikir bahwa Mom Andrea itu istimewa. Benar saja, suatu ketika mom mempersilakan siapa pun yang ingin mengirimkan tulisan pada website yang dimilikinya.

Singkat cerita, Teh Nur sebagai penulis pemula saat itu, juga ikut meninggalkan jejak tulisan di website pribadi Mom Andrea yang bernama www.AndreaNews.Com. Momen perdana mengirim naskah tersebut terjadi pada 14 Oktober 2020. Tak perlu menunggu lama, sehari kemudian naskah Teh Nur yang berjudul Vaksin Covid-19 Bisnis Menggiurkan di Tengah Pandemi pun sudah tayang. Niat hati ingin terus mengirim naskah pada website mom ternyata kandas di tengah jalan. Tak pernah disangka, naskah berikutnya ternyata ditolak secara bertubi-tubi oleh sang editor.

Penolakan bertubi-tubi tersebut membuatnya down. Ia tak mau lagi menulis dan menyadari bahwa bakat menulis bukanlah miliknya. Namun, suntikan semangat dari sahabat, para guru, termasuk mom sendiri telah membangkitkan semangatnya yang "mati suri". Teh Nur pun menjadi seperti burung yang terus terbang melesat tanpa mampu dibendung. Berbagai challenge NP yang diikuti berhasil mengantarkannya sebagai sang jawara. Itu pula yang membawa Teh Nur menjadi bagian penting dalam "gerbong" NP hingga saat ini.

Editor Super Teliti

Saat ini, Teh Nurjamilah menjadi bagian dari Tim Redaksi NarasiPost.Com. Beliau biasanya bertanggung jawab untuk menangani Opini, World News, dan Surat Pembaca (SP). Kemampuan menulisnya pun nyaris merata di berbagai rubrik, seperti Opini, World News, Family, dan Motivasi. Namun, ada seseorang yang bilang agar jangan menyuruhnya menulis rubrik Story, Cerpen, Sastra, dan Traveling. Benarkah ini, Teh Nur? Apakah karena seperti aku? Kata seseorang, cerpenku yang berjudul La Bucona, adalah cerpen rasa World News. Ah, entahlah, apakah itu pujian atau karena diksiku yang terlalu kaku.

Sebagai seorang editor naskah, beliau terkenal sangat teliti. Ketelitian memang menjadi salah satu modal bagi seorang editor saat memeriksa naskah. Jika tak teliti maka bisa dipastikan kesalahan di naskah tersebut akan terlewat. Karenanya naskah para penulis yang sudah menjadi "jatahnya" akan diperiksa dengan detail di setiap kalimatnya. Beliau juga tak segan-segan berdiskusi tentang naskah para penulis jika solusi Islam dalam naskah tersebut dianggap masih kurang.

Tak hanya menjadi editor naskah, Teh Nur juga diberi amanah oleh Mom Andrea untuk menjadi editor buku-buku NP. Salah satu buku keluaran NP yang telah dieditori oleh Teh Nur adalah buku solo perdanaku yang berjudul Rempaka Literasiku. Beliau sangat amanah dan gercep saat mengedit naskah buku milikku tersebut. Tak perlu menunggu berbulan-bulan, naskah buku milikku pun sudah dikirim ke percetakan untuk segera dicetak.

Tak hanya buku milikku, beliau juga sangat amanah melakukan tugasnya mengedit buku-buku NP lainnya termasuk buku milik Mom Andrea. Karena sifat amanahnya itulah sehingga mom tak segan memberi fee lebih pada Teh Nur. Beliau juga sosok pribadi yang baik dan ramah. Namun, kalau sudah berbicara tentang challenge maka beliau akan menjadi orang yang berbeda. Teh Nur merupakan salah satu editor naskah challenge yang sangat pelit memberi nilai. Selain itu, penilaiannya pun dilakukan secara terperinci. Jadi, tak ada kompromi soal nilai jika memang naskah tersebut kurang berbobot. Ah, andai dia bisa disuap. Hehe ... bercanda!

Mutiara yang Hilang

Selain mengedit naskah, Teh Nur juga diberi amanah untuk mengampu Tim Penulis Inti (TPI). Tugas tersebut dijalankan bersama seorang admin lainnya, yaitu Mbak Miladiah. Menjadi admin di TPI memang tidak mudah. Ada berbagai program dan agenda yang harus dikerjakan demi meng-upgrade anggota tim inti yang berada di bawah asuhannya. Karena tugas mengampu TPI itulah membuat Teh Nur jarang meninggalkan jejak di grup Konapost. Apakah kalian penghuni Konapost merasa kehilangan sosoknya?

Jika pertanyaan itu ditujukan padaku maka aku jelas merasa kehilangan sosoknya, baik sebagai admin TPI maupun sebagai penulis yang aku kagumi. Sebagai admin TPI, entah mengapa sosoknya sering kali menghilang. Dari satu hari bahkan sampai berhari-hari, aku sering tak melihatnya menyambangi kami di grup TPI. Jujur, aku terkadang ingin bertanya, "Kemanakah dirimu? Begitu menyenangkankah mojok di suatu tempat, Teh Nur?" Hehe ...

Tak hanya sering menghilang karena segudang aktivitas, saat sakit pun beliau sering kali menghilang hingga mom kesulitan mencarinya. Tahukah, betapa sepi grup TPI tanpa kehadiranmu dan Mbak Mila? Aku tahu, tugas dan amanah kalian pasti banyak hingga sering kali tak sempat menyelinap di grup TPI meski hanya sesaat. Tahukah juga, tanpa kehadiranmu secara kontinu membersamai TPI, kami seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Saking sepinya, aku sempat mengira sedang berada di grup gaib. Ada beberapa nama admin dan anggota yang terpajang di sana, tetapi wujudnya tak tampak. Ups ...

Tak hanya kehilangannya sebagai pengampu TPI, aku juga merasa kehilangan beliau sebagai seorang penulis. Tak lagi kujumpai naskah keren nan tajam miliknya menghiasi beranda NP. Padahal aku sering menantikan tulisan beliau sejak awal mengenalnya hingga saat ini. Ah, entah kapan terakhir kali aku membaca tulisannya.

Untukmu, my inspiration. Setiap manusia memiliki kesibukan dan ujiannya masing-masing. Kesibukan dan ujian itu terkadang tidak diketahui oleh orang lain. Namun di sisi lain, ada orang-orang yang menganggapmu penting dan membutuhkan kehadiranmu. Ini artinya, kehadiranmu benar-benar penting karena dianggap dapat memberi manfaat bagi orang lain, baik lisan atau tulisanmu.

Jadilah "mutiara" yang memberi manfaat untuk orang lain karena Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadis riwayat Ahmad, ath-Thabrani, dan ad-Daruqutni, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia."

Sejumput asaku juga menjadi harapan bagi teman-temanku. Tetaplah menjadi seperti mutiara yang berkilau meski berada di tengah badai ujian. Love you, Teh "Emy" Nurjamilah.

Wallahu a'lam bish-shawaab.[]