UU Pesantren Menjamin Kesetaraan Lulusan?

UU Pesantren yang lahir dari paradigma sekularisme ini tidak akan mampu menjamin adanya kesetaraan lulusan.

Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kesetaraan lulusan pesantren dengan lulusan pendidikan formal lainnya ternyata masih belum terwujud. Lulusan pesantren sering kali mengalami kesulitan dalam meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi negeri ataupun mencari pekerjaan. Regulasi untuk menjamin kesetaraan tersebut pun dikeluarkan.

Pemerintah menerbitkan UU No. 18 Tahun 2019 yang digadang-gadang bisa membuat lulusan pesantren memiliki hak yang sama dengan lulusan pendidikan formal lainnya. Sosialisasi terkait aturan ini pun dilakukan sebagaimana yang terjadi Pondok Pesantren Al Ihya ‘Ulumaddin Cilacap, Jawa Tengah. Majelis Masyayikh menekankan pentingnya perlindungan dan kesetaraan untuk semua lulusan pondok pesantren. Majelis juga menekankan bahwa negara mengakui ijazah dari seluruh pesantren sehingga tidak boleh ditolak. Ketika terjadi penolakan saat melamar pekerjaan karena ia merupakan lulusan pesantren, maka yang bersangkutan berhak melaporkannya dan negara berkewajiban memberi perlindungan. (sindonews.com, 3-11-2024)

Tentang UU Pesantren

Munculnya UU Pesantren berangkat dari wacana tentang perlunya undang-undang yang mengatur pesantren sebagai bagian dari pendidikan nasional. Wacana ini sudah mencuat sebelum lahirnya UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada 2003. Undang-undang ini memang telah mengakui pesantren sebagai bagian dari penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, tetapi belum secara utuh.

Pemerintah kemudian mengeluarkan PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang juga dianggap belum cukup mengakui posisi pesantren. Aturan ini rupanya masih menempatkan pesantren sebagai bagian dari pendidikan keagamaan Islam jalur pendidikan nonformal. Penyelenggaraan pendidikan pesantren yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang dan dengan beban belajar yang sama dengan pendidikan umum jalur pendidikan formal belum sepenuhnya diakui.

Maka dari itu, lahirnya Undang-Undang No. 18 Tahun 2019 atau dikenal dengan UU Pesantren bisa menjadi pengakuan tegas atas peran pesantren sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan nasional. Regulasi ini mengatur penyelenggaraan pesantren dalam fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat.

UU Pesantren ini menjadi landasan hukum untuk memberikan afirmasi atas jaminan kesetingkatan mutu, kesetaraan akses pendidikan bagi lulusan, dan kesetaraan dalam kesempatan kerja. UU ini memberikan pengakuan atas kualifikasi, kompetensi, dan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan pesantren. UU ini juga menjadi landasan hukum bagi pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan fasilitasi pengembangan pesantren.

Adanya UU Pesantren juga sekaligus sebagai pengakuan atas peran pesantren dalam membentuk, mendirikan, membangun, dan menjaga negeri ini. Tak bisa dinafikan bahwa keberadaan dan peran penting pesantren turut menghiasi sejarah perjalanan bangsa ini, khususnya dalam perkembangan Islam. Di sisi lain, UU Pesantren ini menyisakan masalah besar karena bernuansa moderasi beragama. UU No. 18 Tahun 2003 ini mendorong pesantren untuk mengusung Islam moderat. Hal ini tentunya bertentangan dengan akidah Islam dan tidak boleh diamini.

Sekelumit tentang Pesantren

Indonesia punya banyak pesantren yang tersebar di berbagai pelosok. Kementerian Agama (Kemenag) mencatat setidaknya terdapat 39.551 pesantren di seluruh Indonesia per semester ganjil 2023/2024. Total santrinya mencapai 4,9 juta. Bahkan, bisa jadi jumlah santri lebih dari itu karena masih ada yang belum tercatat di Kemenag. (theconversation.com)

Pesantren telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia sejak lama, bahkan jauh sebelum republik ini berdiri. Keberadaannya sebagai wadah mendidik masyarakat telah mengakar dalam sejarah negeri ini. Pesantren juga turut memberikan sumbangsihnya dalam perjuangan melawan penjajah.

Pondok pesantren atau pesantren adalah bentuk khas pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren menjadi tempat para ulama mendidik masyarakat terkait ilmu agama. Santri-santri dari berbagai pelosok mondok di pesantren untuk menimba ilmu agama yang kemudian dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pesantren mengembangkan kurikulum sesuai dengan kekhasan pesantren yang mengajarkan kitab kuning. Pesantren memiliki tujuan untuk mencetak individu unggul yang paham agamanya dan mampu mengamalkan nilai-nilai agamanya tersebut. Pesantren diharapkan dapat melahirkan ahli agama yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, mandiri, dan dapat memberi manfaat untuk sesama.

Lulusan Pesantren

Pesantren sebagai institusi pendidikan agama tentunya lebih berfokus mengajarkan ilmu agama Islam. Materi seperti ilmu tauhid, tasawuf, akhlak, fikih, tafsir Al-Qur’an, dan bahasa Arab menjadi fokus pengajaran di pesantren. Pelajaran umum dan keterampilan memang diajarkan, tetapi porsinya sedikit. Karena itulah, lulusan pesantren umumnya meneruskan pendidikan ke universitas atau perguruan tinggi Islam. Tak heran pula jika lulusan pesantren biasanya menjadi pendidik agama, ustaz, penceramah, staf pesantren, konsultan keagamaan, dan bidang kerja lain yang masih ada kaitannya dengan agama.

Ada pandangan di masyarakat bahwa lulusan pesantren hanya menguasai tsaqofah Islam dan kurang memiliki ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Lulusan pesantren sering kali dipandang tidak cakap dalam ilmu umum sehingga kesulitan ketika hendak meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi negeri. Lulusan pesantren ini juga sering kalah bersaing dengan lulusan lain dalam dunia kerja karena dianggap kurang memiliki keterampilan.

Memang tidak semua lulusan pesantren dipandang demikian. Banyak lulusan pesantren yang menguasai ilmu agama dan juga cakap dalam ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Mereka pun bisa meneruskan studinya di perguruan tinggi negeri. Lulusan pesantren ini juga mampu bekerja di berbagai bidang pekerjaan dengan keilmuan dan keterampilan yang dikuasai.

Sulitnya Mencari Pekerjaan

Sulitnya mencari pekerjaan bukan hanya dialami lulusan pesantren, tetapi juga bisa dialami oleh lulusan pendidikan formal lainnya. Banyak lulusan pendidikan negeri, dari berbagai tingkatan yang ternyata juga mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Jangankan yang lulusan sekolah menengah, mereka yang telah sarjana pun banyak yang menganggur. Tingginya tingkat pendidikan ternyata tidak serta merta menjamin seseorang bisa langsung dapat pekerjaan.

Bukan lapangan pekerjaannya yang terbatas atau pencari kerjanya yang terlampau banyak, tata kelola yang keliru menjadi penyebabnya. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Ini bisa memberikan lapangan pekerjaan yang luas bagi rakyat. Namun, pengelolaan yang tidak tepat menyebabkan sumber daya alam ini dikuasai oleh segelintir orang yang notabene pemilik modal. Akibatnya, rakyat tidak memiliki akses terhadap sumber daya alam tersebut.

Tata kelola kekayaan alam yang buruk tersebut merupakan buah dari sistem kapitalisme sekularisme. Sistem ini memberikan privilege kepada mereka yang memiliki kapital untuk berkuasa atas sumber daya alam. Dengan itulah, kaum kapitalis leluasa mengeruk sumber daya alam untuk kepentingan mereka sendiri. Akibatnya, sumber daya alam yang melimpah pun seperti tak cukup memberi manfaat kepada masyarakat secara luas.

Sulitnya lulusan pesantren mendapat pekerjaan bukan hanya terkait kesetaraan, tetapi karena memang sistemnya membuat demikian. Ini adalah masalah sistemis buah dari penerapan kapitalisme sekularisme dalam kehidupan manusia.

Dikotomi Penyelenggaraan Pendidikan

Penerapan sistem sekularisme kapitalisme juga memunculkan masalah lain. Pemisahan agama dari kehidupan sebagai konsekuensi penerapan sekularisme telah menghasilkan dikotomi penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan terbagi menjadi pendidikan agama dan pendidikan umum (sekuler).

Pendidikan agama di pesantren atau sekolah agama fokus mengajarkan tsaqofah Islam. Sementara di sekolah negeri, tsaqofah Islam tidak diajarkan karena dianggap tidak penting. Kalau pun ada pelajaran agama, biasanya hanya dalam porsi yang sangat sedikit, bahkan ala kadarnya.

Pendidikan agama ditujukan agar siswa paham agama dan menjadi hamba yang taat pada Sang Pencipta. Sebaliknya, pendidikan umum (sekuler) berfokus pada nilai-nilai materi dan duniawi. Pendidikan umum ini ditujukan agar lulusan dapat mencari pekerjaan.

Baca juga: Kampus Kurikulum Industri, Untungkan Korporasi dan Hancurkan Impian Negeri

Dikotomi ini menyebabkan lulusan dari pesantren dan sekolah umum menjadi tidak setara. Lulusan pesantren yang berbekal tsaqofah Islam kesulitan mendapatkan pekerjaan di dunia yang materialistis ini. Di sisi lain, lulusan pendidikan umum lebih memiliki bekal yang sesuai untuk terjun ke dunia kerja.

Inilah rusaknya sistem pendidikan sekularisme. Sistem ini menghasilkan ketidaksetaraan lulusan yang memicu ketidakadilan dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Sistem pendidikan sekuler ini juga menghasilkan pribadi yang jauh dari agama yang membawanya pada ragam permasalahan.

Karena itu, UU Pesantren yang lahir dari paradigma sekularisme ini tidak akan mampu menjamin adanya kesetaraan lulusan. Selama masih dalam kerangka berpikir sekularisme, peraturan atau undang-undang yang dilahirkan juga akan bermasalah.

Sistem Pendidikan Islam Menjamin Kesetaraan Lulusan

Sistem pendidikan Islam merupakan yang terbaik. Tidak ada dikotomi pendidikan agama dan pendidikan umum (sekuler) karena pendidikan diselenggarakan berbasis akidah Islam. Materi pengajaran terdiri dari ilmu pengetahuan untuk pengembangan akal dan ilmu pengetahuan tentang hukum syarak.

Tujuan pendidikan adalah untuk membangun kepribadian Islam yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami. Pendidikan juga ditujukan untuk mendidik siswa dengan keterampilan dan pengetahuan sehingga menguasai teknologi dan mampu bertahan dalam kehidupan. Selain itu, pendidikan ini mempersiapkan siswa untuk memasuki jenjang perguruan tinggi dengan mempelajari ilmu-ilmu dasar yang diperlukan.

Ada tiga jenjang sekolah dalam sistem pendidikan Islam. Pertama, sekolah jenjang pertama (ibtidaiyah) yang diikuti siswa dari umur 6 tahun – 10 tahun. Kedua, sekolah jenjang kedua (mutawasithah) yang diikuti siswa dari umum 10 tahun – 14 tahun. Ketiga, sekolah jenjang ketiga (tsanawiyah) yang diikuti siswa dari umur 14 tahun – berakhirnya jenjang sekolah.

Ketiga jenjang sekolah tersebut mengajarkan bahasa Arab, tsaqofah Islam, dan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Bahasa Arab meliputi bacaan, tulisan, nahwu, sharaf, ilmu balaghah, dll. Tsaqofah Islam meliputi akidah, fikih, sirah, tafsir Al-Quran, akidah, pemikiran dakwah, dll. Ilmu pengetahuan dan keterampilan meliputi fisika, kimia, matematika, komputer, pertanian, pelatihan militer, olahraga, menggambar, dll.

Tsaqofah Islam wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Adapun ilmu pengetahuan dan keterampilan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan tidak terikat dengan jenjang pendidikan tertentu. Dengan cara inilah, sistem pendidikan Islam menjamin kesetaraan lulusan. Setiap lulusan mendapat bekal yang sama meskipun penguasaan ilmunya tergantung pada kekuatan masing-masing.

Negara Menjamin Kebutuhan Setiap Individu

Islam menetapkan pendidikan menjadi hak dasar bagi setiap insan. Pemenuhan hak dasar ini dilaksanakan negara secara langsung. Negara menyelenggarakan pendidikan untuk rakyatnya tanpa memungut biaya sepeser pun alias gratis. Bahkan, negara akan memberikan fasilitas tambahan seperti uang saku dan asrama.

Negara menjamin setiap anak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan sampai tingkat pendidikan tinggi. Anak bisa bersekolah di mana saja karena semua sekolah merata kualitasnya. Materi yang diajarkan pun sama dan sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Begitu pula dengan kesempatan bekerja dijamin oleh negara sehingga setiap orang punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan. Negara menyediakan lapangan pekerjaan yang luas sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Para ayah yang bertugas mencari nafkah dapat bekerja sesuai bidangnya masing-masing. Para pencari nafkah akan mampu menghidupi keluarganya secara makruf.

Setiap bidang pekerjaan akan diisi oleh orang-orang yang tepat. Lulusan pesantren atau bukan, selama ia mampu dan memenuhi syarat yang dibutuhkan, maka ia dapat bekerja. Semua itu bisa terlaksana karena ada negara yang me-riayah rakyatnya dengan baik. Negara hadir sebagai pengatur urusan rakyat sebagaimana sabda Rasulullah: “Pemerintah adalah raa’in (pelayan) dan penanggung jawab urusan rakyatnya.” (HR. Bukhari)

Khatimah

Sistem pendidikan Islam menjamin kesetaraan lulusan. Dalam sistem ini, tidak ada dikotomi pendidikan agama dan pendidikan umum. Semua sekolah mengajarkan materi tentang bahasa Arab, tsaqofah Islam, dan ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Dengan begitu, setiap siswa mendapatkan ilmu dan keterampilan yang bisa menjadi bekal dalam menjalani kehidupan termasuk mencari nafkah.

Wallahu a’lam bishawwab []

Menakar Efektivitas Pembentukan Komcad

Pembentukan Komcad justru menimbulkan permasalahan baru. Alih-alih memperkuat sektor pertahanan negara, keberadaan Komcad justru “menyibukkan” TNI  dari tugas utamanya.

Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ada yang berbeda di Akademi Militer Magelang pada 25 Oktober lalu. Tampak presiden, wakil presiden, dan jajaran anggota Kabinet Merah Putih berada di Lapangan Sapta Marga mengenakan seragam loreng. Memangnya boleh warga sipil berseragam ala militer? Mengapa para pejabat negara ini berbondong-bondong ke sekolah para calon perwira AD? Ada apa gerangan?

Mengenakan Seragam Komcad

Kedatangan para pemangku kebijakan negara di Lembah Tidar dengan berseragam ala tentara tentu menarik perhatian masyarakat. Pakaian yang mereka kenakan ternyata seragam dari Komponen Cadangan TNI (Komcad TNI). Mereka mulai tanggal  25 s.d. 27 Oktober 2024 menjalani berbagai macam latihan fisik, penyampaian materi tentang bernegara dan pemerintahan, pencegahan korupsi, dan perencanaan-perencanaan masa depan. (liputan6.com, 26-10-2024)

Kegiatan selama 3 hari ini menuai berbagai tanggapan dari masyarakat. Ada yang mengapresiasi upaya pemerintah dalam membangun soliditas kabinet. Namun, ada juga yang skeptis. Di luar pro dan kontra, ada baiknya kita menakar efektivitas pelatihan ini.

Mengenal Komcad

Sebagai akronim, Komcad masih agak asing. Hal ini wajar saja sebab Komponen Cadangan ini dibentuk sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Komcad merupakan salah satu dari tiga komponen pengelolaan pertahanan negara yang meliputi:

  1. Komponen utama, yakni TNI yang merupakan kekuatan utama untuk selalu siap siaga di garda terdepan.
  2. Komponen cadangan, keberadaannya selalu siap dikerahkan untuk membantu komponen utama. Komcad merujuk pada warga negara, sarana, dan prasarana nasional.
  3. Komponen pendukung, terdiri dari Polri, Kepolisian Khusus, rakyat terlatih, ketersediaan logistik wilayah, serta cadangan material strategis. Komponen pendukung memastikan dukungan logistik dan keamanan agar TNI dan Komponen Cadangan bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Dari sini dapat dipahami bahwa pembentukan Komcad bertujuan untuk memperkuat pertahanan nasional dengan melibatkan masyarakat secara aktif.

Setiap warga negara berusia 18-35 tahun bisa mendaftar menjadi anggota Komcad selama seluruh persyaratan pendaftarannya terpenuhi. Setelah itu, mereka akan diseleksi secara ketat. Bila lulus, sederet pelatihan militer telah menanti selama 3 bulan. Ketika siswa dinyatakan lulus, ia dilantik menjadi TNI KC. Adapun pangkatnya mengikuti jenjang pendidikan sebelumnya. TNI KC yang berijazah S1 atau S2 akan berpangkat letnan dua. Bagi lulusan SMA/SMK akan berpangkat bintara sebagai sersan dua. Untuk lulusan SMP akan berpangkat tamtama sebagai prajurit dua. (id.wikipedia.org)

Latar Belakang Historis Komcad

Ide tentang komponen cadangan dalam sistem pertahanan negara Indonesia sebenarnya telah muncul sejak lama dari para pendiri bangsa. Namun, sebatas doktrin Pertahanan Rakyat Semesta, yakni tiap warga negara harus turut serta dalam membela negara. Setelah sekian lama, doktrin ini pun diimplementasikan dalam bentuk Komponen Cadangan yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun 2019.

Dikutip dari tempo.co (28-10-2024), ada lima tugas dan kewajiban dari Komcad, yaitu:

  1. Siap dikerahkan ketika negara dalam keadaan darurat militer atau pun perang.
  2. Presiden dengan persetujuan DPR dapat memobilisasi Komcad di bawah kendali Panglima TNI.
  3. Bergerak semata demi kepentingan pertahanan negara.
  4. Anggota Komcad memiliki masa aktif dan nonaktif. Masa aktif yakni bila ada mobilisasi dari presiden atau ada pelatihan penyegaran. Pada masa nonaktif, Komcad menjadi warga negara biasa dan bisa kembali ke profesi semula. Mereka harus siap dipanggil setiap saat.
  5. Setiap Komcad berhak memperoleh uang saku dan tunjangan operasi ketika mobilisasi. Mereka juga mendapatkan perawatan kesehatan, jaminan perlindungan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan berhak memperoleh penghargaan.

Efektivitas Pembentukan Komcad

Setelah kita mendapatkan fakta tentang Komcad, proses perekrutan, hingga tugas para anggotanya, timbul pertanyaan besar mengenai efektivitasnya dalam menghadapi potensi ancaman terhadap kedaulatan negara. Apakah keberadaan Komcad memang sangat urgen untuk menghadapi ancaman kedaulatan negara?

Secara konseptual, Komcad memiliki potensi untuk menghadapi ancaman kedaulatan negara, tetapi dalam praktiknya tidak sesederhana di dalam konsep. Dalam implementasinya, terdapat beberapa tantangan dan kompleksitas yang perlu diatasi.

Pertama, keberadaan Komcad berpotensi mengalihkan sumber daya untuk pengembangan TNI sebagai komponen utama. Bila porsi fokus pada Komcad lebih besar, tentu dapat mengurangi perhatian terhadap kebutuhan mendasar angkatan bersenjata, seperti modernisasi alutsista dan peningkatan kemampuan operasional, termasuk peningkatan kesejahteraan para anggota TNI.

Kedua, kurangnya optimalisasi kesiapsiagaan Komcad. Meskipun anggota Komcad telah menjalani pelatihan dasar kemiliteran, tetapi intensitas dan frekuensi latihan yang terbatas dapat menghambat kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi situasi darurat yang membutuhkan respons cepat. Terlebih lagi, adanya masa aktif dan nonaktif dalam bertugas. Respons Komcad tentu akan berbeda dengan TNI yang selalu aktif.

Ketiga, tantangan dalam berintegrasi dengan satuan tempur TNI. Perbedaan masa pelatihan, doktrin, dan kultur organisasi dapat menghambat koordinasi. Demikian pula dalam membentuk kerja sama yang efektif antara Komcad dan TNI di lapangan. Kurangnya koordinasi saat dibutuhkan mobilisasi, berpotensi menciptakan kebingungan di lapangan.

Keempat, Komcad memiliki keterbatasan dukungan logistik. Ketersediaan peralatan, senjata, dan perlengkapan yang memadai merupakan faktor penting dalam mendukung operasi militer, sedangkan Komcad tidak dipersenjatai. Keterbatasan ini tentu dapat menghambat kemampuan mereka dalam menjalankan tugas. Akan tetapi, hal ini pun wajar sebab pada hakikatnya Komcad adalah cadangan dari komponen pertahanan negara.

Selain itu, dikutip dari bbc.com (8-10-2024), menurut informasi di situs Kementerian Pertahanan, usai dilantik, anggota Komcad akan kembali menjalani profesi masing-masing. Dengan kata lain, mereka ada dalam masa nonaktif. Anggota Komcad akan dipanggil lagi untuk penyegaran latihan oleh TNI selama 12 hari dalam setahun dan bila negara dalam kondisi darurat, bencana alam atau ancaman perang. Artinya, Komcad lebih banyak menjalani masa nonaktif. Nah, bagaimana sistem kontrol terhadap ribuan anggota Komcad selama mereka tidak aktif? Ini pun masih menjadi masalah.

Fokus pada Pembangunan TNI

Dari paparan di atas, tampak jelas bahwa keberadaan Komcad belum efektif. Pembentukan Komcad justru menimbulkan permasalahan baru. Alih-alih memperkuat sektor pertahanan negara, keberadaan Komcad justru “menyibukkan” TNI  dari tugas utamanya.

Negara seharusnya memfokuskan diri pada pembangunan TNI sebagai komponen utama pertahanan negara. Dengan memperkuat TNI, negara dapat lebih siap menghadapi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Pembangunan TNI perlu diimbangi dengan modernisasi alutsista sehingga kemampuan operasional TNI makin meningkat.

Selain itu, dibutuhkan pula peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi prajurit, seperti pengembangan kurikulum yang sesuai perkembangan zaman, taktik perang asimetris, aspek keamanan siber, bahkan mencoba menghadirkan simulasi kondisi perang nyata. Negara perlu mencobanya sebab tantangan pada era global kian kompleks. TNI juga perlu mengembangkan strategi pertahanan yang adaptif agar bebas dari ancaman serangan negara lain.

Militer dalam Islam

Militer dalam sistem pemerintahan Islam diatur dalam Departemen Peperangan (Dâ’irah al-Harbiyah). Dikutip dari kitab Ajhizatu ad-Daulah al-Khilâfah bab “Dâ’irah al-Harbiyah” disebutkan bahwa seluruh urusan yang berhubungan dengan perang dan peperangan menjadi tanggung jawab departemen ini, seperti pasukan, logistik, dan alutsista. Akademi-akademi militer dan misi-misi militer, bahkan menyortir pemikiran dan pengetahuan umum apa saja yang wajib dikuasai oleh tentara juga ditangani oleh departemen ini. Termasuk dalam kewenangan departemen ini adalah menyebarkan para intelijen ke daerah musuh sebab lembaga intelijen ada di bawah naungan Departemen Peperangan.

Baca juga: Pembentukan Komponen Cadangan Berpotensi Munculkan Benturan

Khilafah akan bersungguh-sungguh dalam membentuk pasukan yang tangguh, mulai dari persiapan hingga pelatihan-pelatihan andal seiring dengan kemajuan teknologi persenjataan. Latihan kemiliteran yang dilakukan harus sesuai dengan tuntutan syariat, yaitu sampai pada tingkat kemampuan menundukkan musuh dan membebaskan berbagai negeri. Tingginya tuntutan syariat menjadikan latihan kemiliteran pun hukumnya menjadi wajib sebagaimana jihad. Hal itu sesuai dengan kaidah syariat, "Suatu kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengan sesuatu yang lain maka sesuatu itu menjadi wajib."

Lebih dari itu, Allah Swt. telah berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 60,

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ 

"Siapkanlah oleh kalian untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya." (QS. Al-Anfal: 60)

Dalam Khilafah, dikenal juga pembagian klasifikasi pasukan reguler dan cadangan. Pasukan reguler adalah mereka yang secara kontinu menjadi tentara dan bagi mereka diberikan gaji. Mereka dilatih dengan kemampuan tempur tinggi dengan alutsista terbaik buatan para insinyur Khilafah. Sementara itu, tentara cadangan adalah seluruh laki-laki muslim yang mampu mengangkat senjata sebab mereka terkena kewajiban jihad. Mereka wajib juga mendapatkan pelatihan kemiliteran. Bahkan Khalifah Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayah pernah menetapkan wajib militer (at-tajnid al-ijbariy).

Dengan kondisi semacam ini, tidak heran bila pasukan Islam selalu dalam kondisi terbaiknya saat ada panggilan jihad. Meletakkan jihad sebagai puncak kemuliaan bagi muslim menjadikan kehadiran pasukan Islam benar-benar menggentarkan musuh.

Perbedaan Komcad dengan Tentara Cadangan Militer Islam

Sama-sama memiliki pasukan cadangan, tetapi tetaplah berbeda dalam implementasinya.

Pertama, keberadaan Komcad dipenuhi semangat nasionalisme yang cenderung “statis” hanya mempertahankan wilayahnya saja. Sementara itu, pasukan cadangan Islam diliputi kekuatan iman dan takwa dalam rangka menyambut seruan jihad, yaitu futuhat (pembebasan) yang dilakukan untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain Allah Swt.

Kedua, Komcad dimobilisasi saat ada bencana alam atau perang untuk membantu TNI. Sementara itu, pasukan cadangan Islam semata-mata ada untuk berperang di jalan Allah. Keberadaan mereka adalah untuk memenuhi seruan jihad demi menghilangkan penghalang-penghalang dakwah.

Ketiga, Komcad sifatnya sukarela, sedangkan pasukan cadangan dalam Islam bersifat wajib bagi setiap lelaki muslim berusia 15 tahun ke atas. Hal ini mengikuti hukum jihad.

Keempat, Komcad memiliki masa aktif dan nonaktif, sedangkan pasukan cadangan Islam harus bisa merespons kapan saja setiap ada panggilan jihad. Kesiapsiagaan mereka dalam rangka memenuhi seruan Allah di surah Al-Anfal ayat 60.

Kelima, mekanisme kontrol Komcad masih menimbulkan masalah, sedangkan pasukan cadangan Islam benteng perbuatannya adalah syariat Islam.

Khatimah

Dari paparan di atas, terlihat jelas efektivitas militer Islam. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita berkaca pada Khilafah dalam bidang pertahanan keamanan dan tata kelola pasukannya. Wallahualam bisaawab. []

Zakat Pertanian dan Buah-buahan

Zakat pertanian dan buah-buahan merupakan salah satu mekanisme pendistribusian harta dalam sistem Islam. Melalui zakat, harta tidak hanya dinikmati oleh orang-orang kaya. Namun, pelaksanaan kewajiban ini hanya dapat dilakukan secara sempurna dalam sistem Islam kaffah.

Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam, yaitu rukun yang ketiga. Selain zakat fitrah, ada zakat mal yang diwajibkan kepada orang-orang kaya yang memiliki kelebihan harta setelah memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sesuai dengan standar hidup di daerahnya. Ada beberapa jenis zakat mal, di antaranya adalah zakat pertanian dan buah-buahan.

Pensyariatan Zakat Pertanian dan Buah-buahan

Zakat secara umum mulai disyariatkan pada saat Rasulullah saw. belum hijrah ke Madinah. Saat itu, Allah Swt. menurunkan QS. Al-Muzzammil [73]: 20 dan QS. Fushshilat [41]: 6–7. Kedua ayat tersebut menyebutkan adanya perintah zakat. Namun, saat itu belum ada ketentuan mengenai harta apa yang wajib dikeluarkan zakatnya dan siapa saja yang berhak menerimanya.

Ketentuan yang rinci mengenai zakat baru diturunkan pada tahun 2 H. Hal ini ditandai dengan turunnya QS. At-Taubah [9]: 11 dan 60. Sementara itu, zakat tanaman pertanian dan buah-buahan disyariatkan berdasarkan surah Al-Baqarah [2]: 267.

يٓأيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا انْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأرْضِ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian hasil usaha kalian yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kalian.”

Lantas, tanaman dan buah-buahan apa saja yang harus dikeluarkan zakatnya? Rasulullah saw. menjelaskan hal ini melalui HR. Thabrani.

إنَّمَا سَنَّ رَسُوْلُ اللّٰهِ صلى الله عليه وسلم الزَّكَاةَ فِي هٰذِهِ الْأرْبَعَةِ الْحِنْطَةِ وَالشَّعِيْرِ وَالتَّمْرِ وَالزَّبِيْبِ

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah membuat daftar zakat dalam empat jenis ini, yaitu gandum, jawawut, kurma, dan kismis.”

Penjelasan mengenai tanaman serta buah-buahan yang harus dikeluarkan zakatnya ini diperkuat dengan HR. Hakim, Baihaqi, dan Thabrani.

لَا تَأْخُذَا الصَّدَقَةَ إلًَا مِنْ هٰذِهِ الْأرْبَعَةِ الشَّعِيْرِ وَالْحِنْطَةِ وَالزَّبِيْبِ وَالتَّمْرِ

Artinya: “Janganlah engkau berdua mengambil zakat kecuali dari empat hal ini, jawawut, gandum, kismis, dan kurma.”

Perintah Rasulullah saw. ini disampaikan kepada Abu Musa dan Mu’adz ketika mengutus keduanya ke Yaman. Keduanya diperintahkan untuk mengajarkan kepada masyarakat tentang ajaran Islam. Hadis ini menyebutkan bahwa pengambilan zakat pertanian dan buah-buahan hanya dari empat jenis ini, yakni gandum, jawawut, kismis, serta kurma.

Meskipun dalam hadis tersebut Rasulullah saw. menyebutkan empat jenis buah dan biji-bijian yang diambil zakatnya, tetapi ada perbedaan pemahaman di kalangan ulama mengenai hal ini. Ada yang berpendapat bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah semua tanaman yang mempunyai nilai ekonomis, seperti umbi-umbian, biji-bijian, sayur-sayuran, serta buah-buahan. Ulama lain berpendapat bahwa yang wajib dizakati adalah hasil pertanian yang menjadi makanan pokok, seperti gandum, jagung, padi, dan lainnya. Ada pula yang berpendapat bahwa tanaman dan buah-buahan yang wajib dizakati adalah yang dapat bertahan lama, baik dijadikan makanan pokok ataupun tidak, seperti gandum, padi, anggur, atau kurma.

Berkenaan dengan hal ini, Syekh Abdul Qadim Zallum menjelaskan dalam kitabnya Al-Amwaal fii Daulah al-Khilaafah. Menurut beliau, zakat tanaman serta buah-buahan hanya dibatasi pada empat jenis tanaman serta buah yang disebutkan dalam hadis.

Pembatasan ini dapat dipahami dari teks hadis.

Pertama, hadis tentang zakat pertanian dan buah-buahan yang diriwayatkan oleh Thabrani diawali dengan lafaz illaa (إلاَّ). Lafaz illaa dalam kaidah bahasa Arab berfungsi untuk menafikan atau meniadakan dan membatasi apa yang disebutkan sebelumnya dengan apa yang disebutkan sesudahnya. Dalam hal ini, membatasi pengambilan zakat atas empat jenis yang disebutkan setelahnya, yaitu jawawut, gandum, kismis, dan kurma.

Kedua, lafaz jawawut, gandum, kurma, serta kismis yang disebutkan dalam hadis tersebut merupakan isim jamid, yaitu isim(kata benda) yang tidak dibentuk dari kata lain. Isim ini hanya memiliki satu makna sehingga tidak dapat dipahami yang lainnya. Berdasarkan hal ini, zakat pertanian dibatasi pada empat jenis tanaman dan buah-buahan yang disebutkan dalam hadis.

Oleh karena itu, zakat pertanian dan buah-buahan tidak dikeluarkan untuk kacang, padi, alpukat, apel, wortel, lobak, dan lain-lainnya. Hal itu karena tidak ada nas sahih yang dapat dijadikan sebagai landasan. Demikian pula, tidak ada ijmak serta kias. Lebih dari itu, kias tidak dapat diterapkan di sini karena zakat merupakan masalah ibadah, sedangkan dalam masalah ibadah tidak boleh ada kias.

Nisab Zakat Pertanian dan Buah-buahan

Nisab zakat pertanian dan buah-buahan adalah lima wasak. Hal ini berdasarkan pada beberapa hadis Rasulullah saw. Salah satunya adalah HR. Muslim berikut ini,

 لَا تُجِبُ الصَّدَقَةُ إلاَّ فِي خَمْسَةِ أوْسُقٍ

Artinya: “Tidak wajib zakat kecuali dalam lima wasak.”

Wasak adalah takaran yang dipakai pada saat perintah zakat diturunkan. Satu wasak setara dengan 60 sha’. Satu sha’ adalah empat mud. Adapun satu mud sama dengan 1⅓ rithl mengikuti takaran masyarakat Bagdad. Jika dikonversi dalam kilogram, beratnya berbeda-beda antara satu jenis biji-bijian atau buah-buahan dengan jenis biji-bijian dan buah-buahan lainnya. Misalnya, 5 wasak kurma tentu lebih berat dibandingkan dengan 5 wasak jawawut karena kurma lebih berat dibandingkan jawawut.

Tidak seperti zakat mal lainnya, dalam zakat pertanian dan buah-buahan tidak ada haul. Zakat ini dikeluarkan pada saat panen. Ketentuan ini sesuai dengan surah Al-An’am [6]: 141.

وَآتُوْا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ

Artinya: “Tunaikanlah haknya pada hari memetik hasilnya.”

Zakat buah-buahan dikeluarkan saat buahnya sudah matang atau layak dikonsumsi. Misalnya, kematangan buah kurma dapat dilihat dari warnanya yang berubah menjadi merah atau kuning. Sementara itu, zakat biji-bijian dikeluarkan jika biji-bijian itu sudah keras atau kuat sehingga tidak pecah saat ditekan.

Sebelum dikeluarkan zakatnya, amil zakat akan menghitung untuk mengetahui apakah hasil panen mencapai nisab atau tidak. Untuk menghitung nisab ini, tidak boleh mencampur satu jenis dengan jenis lainnya. Misalnya, kurma dicampur dengan anggur kering atau buah dicampur dengan biji-bijian.

Selain itu, amil zakat tidak akan menghitung seluruhnya. Ia akan meninggalkan sepertiga atau seperempat hasil panen bagi pemiliknya untuk dikonsumsi sendiri atau dibagikan. Jika setelah dikurangi hasilnya mencapai nisab, barulah dikeluarkan zakatnya.

Besarnya zakat yang dikeluarkan adalah 1/10 atau 10% hasil panen jika disiram dengan air hujan. Namun, jika penyiramannya membutuhkan biaya, zakat yang dikeluarkan adalah 1/5 atau 20% hasil panen. Sementara itu, jika pengairan menggunakan 50% air hujan dan 50% membutuhkan pembiayaan, nilai zakatnya ada 3/40 atau 7,5%. Jika pengairannya menggunakan dua metode, tetapi tidak diketahui mana yang lebih dominan, nilai zakat yang dikeluarkan adalah 10% karena asal diwajibkannya adalah 10%.

Biji-bijian atau buah-buahan yang dikeluarkan untuk zakat diambil dari yang kualitasnya sedang. Dengan demikian, zakat tidak diambil dari biji-bijian atau buah-buahan yang paling besar dan bagus. Demikian pula, zakat tidak diambil dari yang paling jelek, seperti buah yang terlalu tua, kering, apalagi busuk.

Pembayaran zakat pertanian tidak harus dalam bentuk biji-bijian atau buah-buahan. Namun, dapat dibayarkan dalam bentuk uang atau barang lain yang nilainya sama dengan nilai zakat yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan HR. Abu Ubaid yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman untuk memungut zakat pertanian. Saat itu, Mu’adz meminta kepada muzaki (orang yang wajib membayar zakat) untuk memberikan baju sebagai pengganti jawawut dan gandum. Tidak adanya keharusan membayar zakat pertanian dengan biji-bijian atau buah-buahan adalah untuk memudahkan pelaksanaannya.

Khatimah

Demikianlah mekanisme zakat tanaman pertanian dan buah-buahan. Sebagaimana pelaksanaan zakat lainnya, zakat tanaman pertanian dan buah-buahan merupakan salah satu mekanisme pendistribusian harta dalam sistem Islam. Melalui zakat, harta tidak hanya dinikmati oleh orang-orang kaya, tetapi juga mereka yang miskin, fakir, dan sebagainya. Namun, pelaksanaan kewajiban ini hanya dapat dilakukan secara sempurna dalam sistem Islam kaffah karena negaralah yang akan melakukan pendataan, pemungutan, hingga pembagiannya.

Wallaahu a’lam bi ash-shawaab []

Banjir Dahsyat Menerjang Negeri Matador

Bencana banjir di negeri Matador yang menelan banyak korban jiwa, menunjukkan bahwa negara abai dalam mengurus rakyatnya

Oleh. Siska Juliana
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pada Selasa (29/10) Spanyol telah dihantam banjir bandang dahsyat. Banjir itu terjadi akibat hujan dan angin kencang yang mengguyur Spanyol, dipicu oleh badai di Laut Mediterania. Di beberapa wilayah dalam hitungan jam, curah hujan mencapai jumlah tahunan. Banjir dahsyat ini menyebabkan 95 orang meninggal, dengan rincian di Valencia (92 orang), di wilayah Castilla-La Mancha (2 orang), dan di Andalusia (1 orang). Proses pencarian dan identifikasi korban masih berlangsung. (cnbcindonesia.com, 31-10-2024)

Kejadian tersebut mengakibatkan kekacauan di berbagai wilayah, mobil-mobil tersapu arus, dan transportasi terganggu. Lumpur memenuhi jalan-jalan di Kota Valencia dan sekitarnya. AEMET (layanan cuaca Spanyol) menyatakan pada hari Selasa selama delapan jam, curah hujan di Chiva sebelah barat Valencia mencapai 491 mm. Jumlah ini setara dengan curah hujan tahunan di wilayah tersebut.

Hujan ekstrem itu menyebabkan 155 ribu rumah di Valencia aliran listriknya terputus. Untuk memulihkan keadaan itu, perusahaan listrik Iberdrola telah mengerahkan 500 pekerja. Menteri Pertahanan Margarita Robles mengerahkan 1.000 pasukan yang didukung helikopter untuk menghadapi fenomena "luar biasa" ini. Uni Eropa mengatakan siap untuk membantu.

Banjir Terburuk Sejak 1973

Pada tahun 1973, Spanyol mengalami bencana banjir terburuk yang menewaskan 150 orang di Provinsi Granada, Murcia, dan Almeria. Saat ini Spanyol kembali mengalami hal serupa. AEMET memberikan peringatan hujan lebat wilayah Cadiz dan cuaca buruk di Catalonia. Sedangkan tanda-tanda hujan mereda belum ada.

Badai ini disebabkan oleh udara dingin yang bergerak di atas perairan hangat Mediterania, kemudian menghasilkan awan hujan intens yang umum terjadi di musim ini. Para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan iklim akibat ulah manusia meningkatkan intensitas dan frekuensi kejadian ekstrem seperti badai ini. Alhasil meningkatkan risiko kerusakan di berbagai negara, termasuk Spanyol. Leslie Mabon dosen senior Open University di Inggris memaparkan bahwa cuaca ekstrem semacam ini dapat mengalahkan kemampuan pertahanan, bahkan di negara maju seperti Spanyol.

Sistem Tanggap Darurat dan Peringatan Banjir Dipertanyakan

Sistem peringatan darurat negara ini mulai dipertanyakan, khususnya peringatan badai ekstrem yang melanda wilayah itu. Sampai akhirnya menelan banyak korban jiwa. Pada Selasa (29/10) pagi, AEMET sudah memberi peringatan merah di wilayah Valencia timur yang diprediksi terkena dampak paling parah.

Saat cuaca makin memburuk, barulah badan regional untuk mengoordinasikan layanan darurat dibentuk. Pada pukul 20.00 waktu setempat, layanan perlindungan sipil baru mengeluarkan peringatan yang mendesak warga kota pesisir Mediterania, Valencia untuk tidak keluar rumah. Akan tetapi, peringatan itu sudah terlambat. Para pengendara telah terjebak di jalanan karena air sudah naik cukup tinggi. Sejauh ini belum ada keterangan dari pihak berwenang mengenai keterlambatan peringatan maupun kesiapan tanggap darurat bencana.

Data Internasional

Lembaga penelitian sains internasional Nature mengungkapkan bahwa banjir dapat membahayakan nyawa manusia juga menimbulkan kerugian ekonomi. Data Nature menyatakan bahwa bencana alam risiko air seperti kekeringan, banjir, dan badai menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$224,2 miliar di seluruh dunia pada 2021. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dari rata-rata tahunan 2001-2020 yang besarnya US$117,8 miliar.

Bencana kekeringan, banjir, dan badai berpotensi mengakibatkan kerugian mencapai US$5,6 triliun dari PDB global pada 2050. Bencana banjir diprediksi menyumbang 36% dari kerugian langsung ini. Selain itu, laporan UNICEF menyatakan bahwa banjir berada di urutan kedua sebagai jenis bencana penyebab anak-anak di seluruh dunia mengungsi, dengan prediksi 19,7 juta jiwa akan terdampak.

Mitigasi Bencana

Pada faktanya, bencana banjir merupakan bencana yang berulang. Penyebab dan waktu kejadian sudah bisa diprediksi yaitu terjadi di musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Ditambah dengan adanya teknologi yang sudah bisa memperkirakan waktu terjadinya hujan dengan intensitas tinggi. Dengan begitu, pemerintah dan masyarakat dapat berjaga-jaga jika terjadi banjir. Namun, mengapa bencana banjir masih belum dapat diantisipasi dan menimbulkan dampak yang besar?

Mitigasi bencana banjir suatu hal yang sangat penting. Mitigasi merupakan usaha yang dilakukan agar risiko yang timbul akibat bencana banjir berkurang. Terdapat tiga tahap dalam mitigasi bencana banjir yakni sebelum kejadian, saat terjadi, dan sesudah bencana.

Mitigasi juga meliputi dua aspek yaitu pembangunan fisik (struktural) dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana (nonstruktural). Sebelum terjadi bencana, pembangunan dilakukan untuk mencegah banjir meluas. Contohnya, melarang berdirinya permukiman di wilayah yang rawan banjir, melakukan revitalisasi sungai sehingga daya tampungnya dapat optimal.

Selain itu, masyarakat diberikan informasi terkait akan datangnya bencana serta segala sesuatu yang harus dilakukan saat bencana datang. Tujuannya untuk mengurangi dampak yang terjadi. Mitigasi ketika terjadi bencana dilakukan dengan memberi informasi terkait pengungsian, cara menuju pengungsian, waktu yang tepat untuk mengungsi, serta barang yang perlu dibawa. Sedangkan mitigasi sesudah bencana yaitu mengembalikan warga ke rumah masing-masing, membersihkan dan memperbaiki rumah, gedung, serta sarana publik lainnya.

Dengan adanya mitigasi yang dijalankan secara benar, maka dapat mengurangi risiko yang terjadi. Jatuhnya korban jiwa dapat dicegah, warga tidak perlu terlalu lama tinggal di pengungsian, kerusakan pun dapat diminimalisasi. Alhasil, kehidupan warga bisa cepat pulih sehingga tidak terlalu berdampak pada perekonomian.

Kebijakan Kapitalisme

Berdasarkan fakta bahwa bencana banjir di negeri Matador itu menelan banyak korban jiwa, menunjukkan abainya negara dalam mengurus rakyatnya. Akibatnya masyarakat yang merasakan penderitaan. Mereka harus kehilangan harta benda, rusaknya tempat tinggal, bahkan sampai meregang nyawa. Selama di tempat pengungsian, mereka tidak bisa hidup dengan nyaman dan rawan terkena penyakit. Ketika bencana telah usai, mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk perbaikan rumah, perabot, kendaraan, dan alat elektronik yang terendam banjir.

Baca juga: Banjir, Perubahan Iklim, dan Pembangunan Kapitalistik

Timbulnya berbagai permasalahan sebagai dampak dari bencana tidak terlepas dari kebijakan kapitalisme. Kapitalisme telah menghilangkan fungsi pengurusan pada umat. Negara abai dalam menjalankan tugasnya. Akhirnya rakyat sendiri yang harus menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.

Kebijakan Islam dalam Mengatasi Banjir

Negara Islam (Khilafah) memosisikan khalifah sebagai pengurus dan pelindung rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/khalifah itu laksana penggembala (raa’in), dan dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Khilafah mempunyai kebijakan yang efektif dalam mengatasi banjir, yaitu:

Pertama, jika penyebab banjir adalah terbatasnya daya tampung tanah terhadap curahan air, baik hujan, gletser, rob, dan sebagainya, maka upaya yang dilakukan adalah membangun bendungan-bendungan.

Kedua, membuat kebijakan mengenai pembukaan pemukiman harus disertai adanya daerah serapan air, drainase yang baik, serta penggunaan tanah sesuai karakteristik dan topografinya. Tujuannya untuk mencegah bencana banjir.

Ketiga, bertindak cepat dalam menangani korban bencana alam. Khilafah menyediakan berbagai keperluan seperti tenda, makanan, pakaian, obat-obatan, sehingga para korban aman dan tidak menderita penyakit.

Para ulama juga dihadirkan untuk memberi tausiah kepada para korban. Hal ini bertujuan agar mereka mengambil pelajaran dari musibah dan menguatkan keimanan. Dengan begitu, mereka bisa tetap sabar, ikhlas, tawakal, dan menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah.

Khatimah

Demikianlah kebijakan Khilafah dalam menangani banjir. Seluruh kebijakan dilandasi oleh hukum syarak sehingga melahirkan keselamatan bagi seluruh alam.

Wallahualam bissawab.[]

Membaca Arah Polugri Pemerintahan Baru

Polugri sebuah negeri muslim seyogianya menjadikan akidah Islam sebagai landasan. Ia tidak boleh tunduk di bawah aturan negara asing.

Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis Get Up, Guys!)

NarasiPost.Com-Pasangan Prabowo-Gibran resmi dilantik menjadi Presiden RI ke-8 dan Wakil Presiden RI ke-14. Pasangan ini akan memimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan. Banyak harapan disematkan kepada pemerintah baru, umumnya menginginkan kondisi Indonesia lebih baik dari sebelumnya.

Selain perhatian terhadap kebijakan politik dalam negeri, tentu publik ingin mengetahui pandangan politik luar negeri (polugri) Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Hal ini penting, agar Indonesia dapat menentukan sikap terhadap gejolak konstelasi internasional saat ini. Apalagi polarisasi pengaruh antara Barat yang diwakili oleh Amerika dan Eropa dengan Timur yang diwakili oleh Cina kian menguat.

Polugri Prabowo, Barat atau Timur?

Dafri Agussalim, seorang pengamat kebijakan Hubungan Internasional Fisipol UGM memberikan pandangan terhadap arah kebijakan politik polugri Presiden Prabowo. Ia menilai bahwa Prabowo akan lebih condong menjalin kerja sama dengan negara di kawasan Timur, baik Timur Tengah maupun Asia Timur seperti Cina. (tempo.co, 18-10-2024)

Pernyataan Dafri bukan tanpa alasan. Sebelum dilantik menjadi presiden, saat masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo melakukan kunjungan ke beberapa negara di Eropa dan Asia. Negara-negara tersebut adalah Cina, Rusia, Turki, Jepang, Prancis, dan Serbia. Kunjungan ini seolah-olah mengindikasikan pergeseran orientasi polugri Indonesia yang condong kepada Timur. (ugm.ac.id, 7-8-2024)

Prabowo sendiri dalam pidato kenegaraannya sebagai Presiden RI menegaskan bahwa politik luar negeri RI adalah bebas aktif, nonblok, non-align, dan tidak mengikuti pakta militer mana pun. Prabowo ingin menerapkan prinsip, Indonesia harus menjadi tetangga yang baik (good neighbour) namun tetap tegas dalam menyuarakan antipenjajahan, antirasialisme, dan antipenindasan.

Mengenal Politik Bebas Aktif

Dikutip dari kompas.com, politik luar negeri bebas aktif dicetuskan pertama kali oleh Wakil Presiden RI yang pertama Muhammad Hatta pada tahun 1948. Dalam pidatonya “Mendayung Dua Karang”, Hatta menawarkan konsep polugri bebas aktif karena berkaitan dengan konstelasi internasional saat itu.

Pasca Perang Dunia II, dunia internasional terbagi menjadi dua kubu besar yang saling bersaing yaitu Blok Timur dengan Uni Soviet yang berpaham sosialis-komunis sebagai pemimpinnya. Di kubu lain ada Blok Barat yang menganut paham liberal kapitalime dengan Amerika Serikat sebagai penggawanya. Meskipun perang telah berakhir, tetapi keduanya bersaing sengit dalam meraih dukungan internasional melalui perang dingin.

Tak ingin terseret dalam arus konflik, Indonesia menyatakan arah politik luar negerinya dengan tidak memihak kepada kedua blok yang berseteru atau nonblok. Indonesia bebas menentukan sikap dan kebijakannya dalam menghadapi konflik internasional. Indonesia tetap mempertahankan netralitasnya tetapi tetap aktif menciptakan perdamaian.

Ciri khas politik bebas aktif adalah lebih mengedepankan proses pendekatan diplomasi dan tetap menjaga kedaulatan, kebebasan, dan kepentingan nasional. Namun, tetap menjalin kerjasama dengan negara lain. Pendekatan ini kerap dilakukan oleh Presiden RI dalam keikutsertaannya menyelesaikan berbagai konflik dunia internasional.

Benarkah Polugri Bebas Aktif Bersifat Netral?

Percaturan dunia internasional kerap berubah, sesuai kondisi dan peta perpolitikan dunia yang terus berputar. Di sinilah posisi sebuah negara di dunia akan terlihat, apakah sebagai negara adidaya, satelit (independen) atau pengikut. Pada periode sebelum Perang Dunia I, pemimpin dunia saat itu adalah Khilafah Islam. Ia berjaya selama sekitar 14 abad. Setelah Kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, negara-negara Eropa mengambil alih kepemimpinan dunia secara bergantian.

Baca: Benarkah Cadangan Minyak RI Menipis?

Inggris, Prancis, dan Jerman pernah menjadi negara adidaya saat itu. Hingga akhirnya meletus Perang Dunia II, Amerika muncul sebagai pemenang. Konstelasi internasional pun berubah dengan Amerika naik posisi sebagai negara adidaya. Amerika pun mulai menancapkan kekuasaannya dan mengikat negara-negara Barat sebagai sekutunya.

Namun, posisinya tidaklah aman, karena terdapat negara adidaya lainnya pada kubu yang berbeda. Uni Soviet muncul sebagai pesaing Amerika dari Blok Timur. Perbedaan ideologi menjadikan keduanya bersaing saling berebut pengaruh dan berambisi menjadi satu-satunya negara adidaya di dunia.

Politik bebas aktif diambil agar Indonesia tidak terseret konfrontasi dua negara adidaya tersebut dan menyatakan diri tidak mendukung blok mana pun. Namun, benarkah demikian? Pada faktanya, politik bebas aktif tidak benar-benar netral dan memosisikan Indonesia sebagai negara independen yang bisa mengambil sikap sendiri dalam berbagai masalah dunia.

Di masa orde lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, arah polugri Indonesia lebih condong kepada Blok Timur yang berideologi sosialisme dan anti-Barat. Hal ini terlihat dari rumusan politik luar negeri RI yang disebut Poros Jakarta-Pyongyang-Peking. Saat terjadi konfrontasi dengan Malaysia pada tahun 1963-1966, Indonesia yang didukung oleh Tiongkok, Vietnam Utara, Uni Soviet, dan Filipina menentang pembentukan Federasi Malaysia yang didukung oleh Inggris dan AS.

Ketika Soeharto menjadi presiden di masa Orde Baru, polugri RI pun berubah haluan. Keberpihakan terhadap Blok Barat dengan AS sebagai pemimpinnya sangat kental. Bentuk penjajahan pun mulai berubah, yang awalnya dalam bentuk perang fisik menjadi penjajahan di bidang ekonomi. Berbagai kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah orba senantiasa sesuai arahan AS. Mulai dari penyerahan tambang emas kepada Freeport, kilang minyak, pengelolaan barang tambang, hingga jebakan utang kepada IMF, Bank Dunia, dan IGGI semua sesuai arahan Barat.

Hingga akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, politik luar negeri RI tetap tidak netral. Cina yang mulai menunjukkan “taji”-nya di bidang militer dan ekonomi muncul sebagai pesaing AS. Arah pandang polugri RI tetap dipengaruhi dua polar negara besar saat ini. Maka, bisa disimpulkan bahwa polugri RI tidak benar-benar netral.

Bagaimana Polugri RI dalam Menyelesaikan Perang di Palestina?

Isu Palestina adalah topik paling menarik saat ini, apalagi setahun berlalu genosida Israel atas rakyat Palestina oleh Israel. Presiden Prabowo sendiri dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina. Ia juga siap memberikan bantuan kepada rakyat Palestina berupa rumah sakit dan mengevakuasi korban.

Pernyataan tersebut semakin menegaskan, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim yang banyak, ternyata belum mampu mengambil sikap tegas menyelesaikan konflik Palestina. Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina hanya sekadar retorika, bukan aksi nyata.

Politik Luar Negeri Khilafah Islam

Khilafah Islam memiliki pandangan dan pengaturan khas tentang politik luar negerinya. Dalam buku Struktur Pemerintahan Daulah Islam karangan Syekh Abdul, menjelaskan bahwa urusan luar negeri Khilafah Islam ada pada lembaga Departemen Luar Negeri. Lembaga ini mengurus semua hal yang berkaitan dengan hubungan negara Khilafah dengan negara asing. Hubungan tersebut bisa berupa perjanjian, kesepakatan damai, perundingan, pengumuman perang, gencatan senjata, pengiriman utusan dll.

Tak hanya bidang politik, dalam aspek ekonomi seperti perdagangan luar negeri, kerja sama bidang teknologi, pertanian dll. yang berhubungan dengan negara asing juga diurusi oleh Departemen Luar Negeri Khilafah Islam. Poin penting dalam politik luar negeri Khilafah Islam adalah semua hubungan dengan negara asing harus berlandaskan pandangan ideologi Islam.

Islam melarang segala bentuk kerja sama dengan negara kafir yang memusuhi Islam secara nyata (kafir harbi fi’lan). Perlakuan kepada mereka adalah perang. Namun, diperbolehkan bagi khalifah untuk bekerja sama dengan negara kafir yang menjalin perjanjian damai atau negara kafir yang tidak memusuhi Islam.

Allah Swt. berfirman dalam surah Ali Imran ayat 28 yang artinya: “Janganlah orang-orang yang beriman menjadikan orang kafir sebagai penolong setia atau pelindung dengan meninggalkan orang-orang beriman yang lain. Barang siapa yang melakukannya, maka dia telah lepas dari Allah. Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”.

Ketegasan polugri Khilafah Islam mampu menjadikannya sebagai negara yang disegani dan ditakuti oleh musuh. Di lain sisi, perlakuan adil tetap dilakukan Khilafah terhadap negara yang tidak memusuhi Islam. Keamanan tak hanya dirasakan oleh rakyat Khilafah. Namun, juga oleh bangsa lain.

Khatimah

Polugri sebuah negeri muslim seyogianya menjadikan akidah Islam sebagai landasan. Ia tidak boleh tunduk di bawah aturan negara asing. Ketegasan seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk membawa negaranya menjadi negara yang independen, bukan pengekor.

Wallahua’lam bishawab. []

Musibah Usai Terbitlah Berkah

Musibah usai, terbitlah berkah. Terima kasih NarasiPost, telah memberikan kesempatan pada saya yang awalnya berupa debu-debu beterbangan, menjadi paham arti perjuangan.

Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-”… Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216)

Inilah ayat yang menjadi motivasi bagi setiap muslim terutama ketika mendapatkan hal tidak terduga berupa musibah. Pesan cinta dari Allah ini ibarat air yang bisa menyejukkan hati yang sedang panas atau gelisah.

Teringat dengan peristiwa beberapa tahun silam ketika saya sekeluarga berlibur. Tidak disangka, di tempat yang sedang dikunjungi, kaki menginjak bambu yang ternyata tak cukup menopang berat tubuh. Secara tiba-tiba tubuh meluncur ke bawah dengan kedalaman kurang lebih dua meter. Saat kaki bagian kiri memijak tanah, terasa bunyi ‘krek’ dan berikutnya saya merasakan sakit luar biasa.

Sejak peristiwa tersebut, saya harus menghabiskan waktu berbulan-bulan di rumah sakit. Malam yang membentangkan gelap, siang yang benderang, bagi saya sama saja. Waktu seolah berjalan sangat lambat.

Saya berada dalam situasi yang sama sekali tidak pernah terbayangkan. Di usia setengah abad, relatif tidak memiliki gangguan kesehatan berat. Akan tetapi, Allah menegur dengan cara lain, tulang kering pada kaki bagian kiri patah dan harus dipasang pen.

Pascaoperasi pemasangan pen, saya pun harus menerima kenyataan ternyata ada infeksi. Luka tidak mau menutup, nanah terus keluar dari bekas jahitan. Hasil laboratorium menunjukkan bakteri Staphylococcus Epidermis penyebabnya. Bakteri yang seharusnya berada di permukaan kulit berubah jadi berbahaya jika masuk ke dalam tubuh. Musibah ini sungguh datangnya tak terduga.

Terpaksa saya kembali ke meja operasi untuk melakukan pembersihan. Akan tetapi, bakterinya bandel dan masih bercokol.

Rasa takut mulai merambat dalam hati. Berbagai pertanyaan melintas dalam pikiran. Apakah saya bisa kembali berjalan, bagaimana jika bakteri betah bersembunyi dan menggerogoti tulang pelan-pelan, apakah hidup saya harus berakhir atas kursi roda, berapa kali saya harus dioperasi?

Kecemasan makin mendera terutama membaca pengalaman teman-teman dengan kasus sama di media sosial. Ada yang sampai lima kali operasi dan belum sembuh total. Masalah finansial juga jadi beban pikiran. Tanpa asuransi, biaya pengobatan ditanggung sendiri hingga ratusan juta rupiah.

Alhamdulillah pascaoperasi ketiga, masalah bakteri berhasil dituntaskan meski saya harus menerima kenyataan. Kira-kira dua ratus gram daging dibuang, otot yang menggerakkan telapak kaki putus menyebabkan telapak kaki lunglai. Saya harus menggunakan sepatu khusus agar telapak kaki kaku sehingga bisa melangkah.

Total dua bulan, saya menjalani tiga kali operasi dan harus menerima tubuh sudah tidak sempurna, bekas jahitan yang memanjang, telapak kaki kaku. Tentu sedih, tetapi segera sadar bahwa yang hilang hanya secuil dibandingkan dengan kenikmatan lain yang tidak terbilang. Jantung, paru-paru, dan organ tubuh lainnya masih berfungsi normal. Malu jika berkeluh kesah dengan musibah yang ada sementara kasih sayang Allah menderas tanpa jeda seiring dengan tarikan napas.

Setengah abad Allah memberikan tubuh sempurna, jika sekarang tubuh sudah tak lagi sama, itu bukanlah akhir segalanya. Meski tak dimungkiri keraguan tetap ada. Di saat sehat, mengelola tiga sekolah, mengikuti dan mengisi berbagai kajian. Lantas setelah kaki terbatas melangkah, apakah semuanya hanya tinggal kenangan?

Selama pemulihan, lebih banyak di rumah berbulan-bulan di atas kursi roda. Di saat itulah saya mulai merenung, tidak bisa selamanya seperti ini. Alhamdulillah, Allah menunjukkan jalan lewat perkenalan dengan sebuah komunitas penulis ideologis. Belajar menulis dari rumah karena materi diberikan lewat grup WhatsApp.

Inilah perkenalan pertama dengan dunia kepenulisan. Mulailah termotivasi untuk menorehkan tulisan-tulisan, mengeluarkan ide atau gagasan tentang banyak hal. Tak disangka, postingan tulisan saya di media sosial mendapatkan sambutan dari para pembaca. Padahal, tulisan masih sebatas sharing pengalaman ikhtiar melewati proses demi proses masa pemulihan.

Awalnya, menulis sebagai terapi untuk membangkitkan kembali kesehatan mental. Karena tak dimungkiri, meski berusaha tegar tapi jiwa ini pernah terpuruk, merasa tidak berguna dan sudah tidak sempurna. Tidak bisa melayani suami seperti sebelumnya, jika keluar rumah harus dengan kursi roda.

Akan tetapi, berkenalan dengan komunitas kepenulisan menghamparkan pengalaman melebihi dari yang saya bayangkan. Pertemanan dengan sesama penulis adalah karunia besar. Membaca tulisan teman-teman terutama bermuatan kecintaan pada Allah dan Rasulullah, kepedulian pada kondisi umat, meniupkan semangat baru.

Melalui tulisan, saya tetap bisa menjangkau dunia. Langkah memang terbatas, tetapi tulisan saya bisa menembus jauh dan dibaca oleh orang-orang yang tidak pernah saya temui sekalipun. Tulisan ibarat peluru yang bisa dilempar dan menembus kepala banyak orang untuk menyebarkan opini dan memengaruhi pemikiran umat. Tulisan memiliki kekuatan luar biasa, di mana untaian aksara bisa mengguncang dunia.

Saya mulai memahami, inilah maksud Allah dengan musibah yang terjadi. Allah ingin mengajarkan bahwa ada potensi lain pada diri ini yang belum teroptimalkan untuk melipatgandakan kontribusi bagi Islam. Bahwa ketika langkah kaki terbatas, tangan mampu menjangkau lebih dari jelajah kaki melangkah. Menorehkan aksara untuk menggeliatkan kesadaran umat menjadi sebuah visi misi baru dalam kehidupan saya.

Mulailah hari-hari saya disibukkan dengan menulis dan menulis. Saya pun mulai berkenalan dengan berbagai media yang bisa menampung tulisan para penulis ideologis, di antaranya adalah NarasiPost.Com (NP).

Pertama kali saya mengirim tulisan ke NP pada Desember 2021. Tulisan yang terinspirasi oleh curhatan seorang ibu pada saat saya mengisi sebuah kajian. Tak disangka, tulisan perdana yang masih sederhana itu dimuat. Hal yang membuat saya makin semangat adalah Mom Andrea sebagai Pemimpin Redaksi sekaligus pemilik media, selalu mengirimkan secara pribadi tulisan saya yang dimuat.

Baca: Perfecto Numero Uno!

Terus terang, keterlibatan saya dalam dunia kepenulisan mulai dari titik nol. Berawal dari penulis diary, kemudian menulis pengalaman di media sosial, sampai akhirnya kepincut menjadi penulis ideologis.

Tidak terasa, perjalanan saya bersama NP sudah hampir empat tahun. Saya betah di sana, bukan sekadar karena tulisan saya di-publish. Akan tetapi, banyak ilmu-ilmu yang didapatkan, mulai dari KBBI, dan bagaimana bisa membuat analisis yang tajam. Meskipun dalam hal ini saya tertatih-tatih dibandingkan dengan penulis-penulis muda lainnya.

Saya berharap, tangan ini tidak pernah berhenti untuk mengurai aksara hingga Allah memutuskan saatnya kembali kepada-Nya dengan meninggalkan karya yang entah sampai kapan terus dibaca.

Habis musibah, terbitlah berkah. Terima kasih NarasiPost, telah memberikan kesempatan pada saya yang awalnya berupa debu-debu beterbangan, menjadi paham arti perjuangan. Tulisan saya sederhana, tetapi semoga menjadi hujjah di yaumilakhir tentang keberpihakan saya ketika kemungkaran sudah merajalela.

Semoga NP terus berjaya. Meski pun masih terbilang muda di 2024 ini, tetapi telah melahirkan para penulis yang luar biasa. Insyaallah, menjadi pahala bagi mereka, pun bagi Mom Andrea. []

Pertemuan Terakhir

Siapa sangka pertemuan kita yang tidak disengaja dan terselip keinginan untuk taat pada-Nya menjadi pertemuan terakhir.

Oleh. Maftucha
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kusipitkan sekali lagi mataku, memastikan apa yang aku lihat memang benar, sosok itu sepertinya aku kenal.

"Kamu Datus, ya?" tanyaku pada wanita berbaju rapi di depanku.

"Ya, benar! Kamu Ayu, 'kan?" jawabnya sembari menebak namaku.

"Ya, masyaallah aku pangling lihat kamu," jawabku memujinya. Dia memang terlihat berbeda, lebih cantik, rapi, dan feminin.

Mar'atus Shalihah

Nama lengkapnya Mar'atus Shalihah, tetapi dipanggil Datus. Dia dahulu satu sekolah denganku, walaupun dia tidak satu jurusan denganku. Namun, kami bukan teman dekat, penampilannya yang tomboi dan gaya bicaranya yang apa adanya membuatku menjaga jarak dengannya.

Walaupun dia mengambil jurusan IPA, menurutku dia anak yang terlalu santai untuk berada di jurusan tersebut. Anak IPA terkenal serius dan pandai, sedangkan dia, ah, sudahlah tidak perlu diteruskan.

Aku memang anaknya cukup pendiam, kalau bergaul lebih suka dengan anak yang lebih "alim" dan yang bisa aku tanya-tanya jika ada pelajaran yang sulit aku pahami. Namun, aku juga tidak suka bergaul dengan anak yang terlalu pintar, menurutku anak pintar terkadang suka jaga image hehe....

Baca juga: Ojol

Walaupun tidak begitu dekat, kami tetap bertegur sapa. Kalau pulang sekolah, Datus berjalan kaki dengan teman-temannya, sedangkan aku naik sepeda karena jarak rumahku yang cukup jauh. Aku dan Datus memang tidak satu desa.

"Kamu sekarang kerja di mana?" tanyaku melanjutkan percakapan yang sejenak berhenti.

"Aku kerja di perusahan pengolahan ikan, sudah cukup lama hampir 15 tahun, Yu!"

"Wah, hebat kamu, Tus, padahal sekarang banyak PHK, lo! Kamu bisa bertahan cukup lama."

"Alhamdulillah, Yu, disyukuri saja, kamu sendiri sekarang masih mengajar?"

"Enggak, Tus, sejak anakku yang nomor tiga lahir aku sudah berhenti mengajar, kamu kok tahu kalau aku mengajar?" tanyaku heran. Sejak lulus SMA aku memang sudah tidak tinggal di desa, aku memutuskan untuk ke kota dan melanjutkan kuliah di Surabaya, kota yang aku impikan sejak kecil.

Waktu kecil ibuku suka mengajak aku ke rumah kakakku yang pertama di Surabaya. Rasanya sangat menyenangkan, naik bis dengan pemandangan mal-mal besar yang bagi aku itu sesuatu yang baru, maklum di desa yang ada cuma sawah dan tambak.

Di salah satu kampus di kota itulah, aku mengenal seseorang yang mengajarkanku bagaimana Islam yang sempurna. Aktif di organisasi keislaman membuatku mengenal banyak mahasiswa dan akhirnya mengubah sifatku yang pendiam menjadi lebih terbuka dan berani mengajak mereka untuk mengkaji Islam.

"Ah! siapa yang tidak mengenalmu, Yu! Kamu cantik dan pintar, tidak seperti aku, nasib baik saja yang menghampiriku hingga aku bisa seperti sekarang ini." jawabnya sambil menepuk tanganku.

Perubahan Datus

Ya, tidak ada yang tahu takdir Allah terhadap masa depan seseorang, Datus yang aku anggap anak yang tidak serius dan menjalani hidup dengan apa adanya ternyata Allah takdirkan memiliki kehidupan dan materi yang cukup mapan, hal itu bisa aku lihat dari penampilan dan perawatan fisiknya. Manusia memang suka menilai seseorang dari tampilan luarnya, padahal Allah yang Maha membolak-balikkan hati manusia.

Banyak juga anak yang pintar, tetapi ternyata kehidupannya tidak semulus rencananya. Dia menjadi manusia yang "gagal" akibat tidak mampu mengelola dan menyelesaikan masalah yang datang dalam kehidupannya. Terkadang orang tua hanya mengejar keberhasilan anaknya dari capaian angka-angka di sekolah. Namun, lalai dalam membekali anaknya kecakapan hidup.

Ada anak yang pandai, tetapi tidak bisa mengelola emosi, tidak peka dengan kesulitan orang lain, tidak supel, dan seterusnya. Nilai-nilai seperti inilah yang dilupakan dalam dunia pendidikan saat ini. Hal ini diperparah dengan cara orang tua mendidik yang hanya memberikan umpan, bukan kail. Orang tua dengan alasan sayang sering kali memberikan solusi instan daripada mengajarkan kemandirian.

"Kamu pasti mau bilang, aku kok bisa pakai baju cewek kayak gini?" ucap Datus.

"Enggaklah! Setiap cewek pasti cocok dengan baju muslimah, tinggal dia mau atau enggak."

"Ya, benar kamu, Yu! Aku sadar kalau perempuan tidak boleh menyerupai laki-laki. Seperti hadis yang pernah aku dengar, 'Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki.' (HR. Ahmad)."

"Wah, salut aku sama kamu, Tus, sudah hafal berapa hadis nih?" pujiku kagum.

"Ah, enggak, Yu! Cuma kebetulan saja, cuma itu yang aku tahu." jawab Datus sambil menyalakan motornya. "Oke aku harus berangkat kerja, nih! Lain kali aku main ke rumahmu ya! Aku mau belajar jadi wanita salihah kayak kamu!" bisiknya.

"Siap! Hati hati di jalan, ya!" jawabku dengan rasa senang, ada secercah harapan untuk kawan yang mau belajar, semoga Datus istikamah.

Pertemuan nan Singkat

Akhirnya aku pulang dengan membawa pelajaran hidup yang berharga, aku nyalakan motorku. Esok hari semoga ada pertemuan lagi di antara kami. Brak! Tiba-tiba kudengar sebuah dentuman keras, kuputar kepalaku agar bisa melihat apa yang terjadi, sepertinya ada kecelakaan, kuberanikan mendekat.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Datus!" aku memekik dan tercengang. Kulihat tubuh Datus tergeletak bersimbah darah di jalan aspal. Motornya rusak parah. Rupanya sebuah mobil menabraknya. Kuperiksa napas dan denyut nadi Datus. Nihil. Ya Allah, secepat inikah kita berpisah kawan? Siapa sangka pertemuan kita yang tidak disengaja dan terselip keinginan untuk taat pada-Nya menjadi pertemuan terakhir.[]

Gagal Maning

Gagal setelah berikhtiar dengan optimal itu menurutku lebih baik, daripada merasa tidak pantas dan layak sehingga tidak mau mencoba sama sekali.

Oleh. Dyah Pitaloka
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Gagal maning, gagal maning!"

Mungkin celotehan di atas, tidaklah asing di telinga kaum milenial. Pasalnya, kata-kata tersebut adalah tagline dari dua tuyul antagonis yang ingin menangkap tuyul "baik" di sinetron Tuyul dan Mbak Yul yang tayang di tahun 90-an. Saat gagal menangkap Ucil di tiap akhir episode, Sontol dan Bongol akan menepuk dahi mereka sambil mengatakan, "Gagal maning, gagal maning!"

Lalu, pernahkah kamu gagal? Orang bijak mengatakan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Namun, mengutip perkataan dari Prof. Dahlan Iskan, seorang mantan menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, "Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu ketika kamu masih muda."

Beberapa Kali Gagal

Sepertinya kata-kata bijak di atas yang pernah kubaca beberapa tahun cukup besar memengaruhi hidupku. Dalam beberapa fase kehidupan aku pernah beberapa kali gagal. Sebut saja, saat melamar menjadi pegawai negeri, sebuah tes yang seolah menjadi prestise dan prestasi tersendiri bagi para milenial.

Bagaimana tidak, tes ini seolah menjadi oase di tengah tingginya angka pengangguran dan PHK di negeri ini. Selain itu, pekerjaan menjadi seorang abdi negara dinilai cukup aman. Ya, pensiun menjadi jaminan yang pasti akan didapat oleh para aparatur sipil negara.

Jika ditanya, apakah aku memang sangat berniat menjadi seorang abdi negara? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Aku merasa saat bekerja, lebih baik menjadi diri sendiri dan mencari pekerjaan yang sesuai passion-ku. Oleh sebab itu, aku memilih posisi di mana aku bisa mengamalkan ilmuku saat kuliah dulu. Maka, aku sangat antusias sekali ketika mendaftar menjadi ASN di bidang bahasa, linguistik, penerjemahan, dan bidang yang memang berkaitan dengan ilmu yang aku tempa semasa berkuliah.

Nah, untuk tes CPNS, jujur, aku belum pernah berhasil. Beberapa kali posisiku tembus sampai dua besar, tetapi jabatan abdi negara itu mungkin belum tertulis untukku. Termasuk kali ini, aku malah langsung gagal di tes pertama. Setelah aku menjalani tes kemampuan dasar, nilai dari hasil pengerjaan soal langsung keluar. Boom... Aku hanya tersenyum melihat hasil tes intelegensi yang tidak sampai ke ambang batas.

Kurang Persiapan

Kalau boleh jujur, dalam tes kali ini aku kurang persiapan. Tiga minggu sebelumnya, aku harus menjalani pelatihan dan tes kerja dari perusahaan asing di tengah kesibukan kerjaku. Aku belajar dan mencoba try out beberapa kali dan memang belum bisa berlomba dengan waktu untuk menyelesaikan tes secara cepat. Karena aku belum berhasil menyelesaikan materi kebangsaan dan kepribadian saat berlatih, aku boost energiku di kedua materi itu saat real test.

Ternyata, aku malah keteteran dan asal menjawab di bagian intelegensi yang biasanya bernilai besar bagiku di tes-tes sebelumnya. Sambil menatap ke bawah lantai saat selesai tes dan berbaris untuk mengambil barang dari tempat penitipan, aku berpikir, "Oke, salahku sendiri karena kurang memaksimalkan ikhtiarku."

Sambil tersenyum, aku berkata dalam hati, "Gagal maning, gagal maning!"

Terdengar miris karena kegagalanku kali ini adalah ulahku sendiri. Melihat wajah-wajah yang turut berjuang dalam tes ini, kupikir, "Mungkin bukan hanya aku yang memiliki nilai di bawah ambang batas hari ini." Sebuah perkataan sombong yang kuucapkan untuk menghibur diriku sendiri. Akan tetapi, kupikir kesempatan ini memang untuk mereka. Bagaimanapun, aku sudah melewati jalan ini berulang kali, meski tidak berujung garis finis.

Baca juga: Man Jadda Wa Jadda

Beriman kepada Takdir

Tak jarang, aku merasa sedih dan tak layak saat aku gagal. Merasa kegagalanku adalah bukti bahwa aku kalah dari orang lain. Sampai akhirnya aku membaca kata-kata bijak di atas.

Jujur saja, aku menjadi tidak takut gagal. Bukan aku tinggi hati, tetapi untuk apa merasa takut pada hal yang harus diperjuangkan? Apalagi, setelah mengkaji Islam, aku diajari bahwa ada hal yang bisa manusia kuasai dengan ikhtiarnya. Ada pula hal yang meskipun sudah keras berusaha, manusia justru tidak bisa menguasainya malah manusia yang dikuasai.

Ya, itulah takdir, kekuasaan Allah Swt. yang membutuhkan keimanan untuk bisa take the destiny easy. Beriman kepada takdir baik dan buruk yang Allah Swt. tetapkan untuk kita, hamba-Nya. Kemudian, saat merasa di puncak kesulitan karena merasa gagal, seorang teman mengingatkan dengan firman Allah Swt. di surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

Tak Perlu Merasa Gagal

Oleh karena itu, buat apa merasa tak layak jika kau gagal melakukan sesuatu yang mungkin sebenarnya di mata Allah Swt., sesuatu itu yang memang bukan hal yang tepat bagimu. Tidak perlu merasa gagal, apalagi tidak layak sehingga dengan mudahnya kita tidak percaya pada diri sendiri. Gagal setelah berikhtiar dengan optimal itu menurutku lebih baik, daripada merasa tidak pantas dan layak sehingga tidak mau mencoba sama sekali.

Lalu kuucap pada diriku sendiri, "Yuk berjuang lagi dengan segenap yang dimampui. Mungkin satu atau dua langkah lagi. Sampai Allah Swt. mempertemukan kita dengan yang digariskan dan layak bagi kita. Tentunya, dengan memaksimalkan doa dan ikhtiar."

Wallahualam bissawab.[]

Keluarga Selaput Kosong, Bagaimana Memperbaikinya?

Keharmonisan keluarga selaput kosong bisa dikembalikan ketika Islam menjadi pijakan dalam mengatur keluarganya sebab Islam memiliki solusi dalam setiap permasalahan dalam keluarga.

Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Keluarga selaput kosong", istilah ini mungkin terdengar awam bagi sebagian masyarakat sebab fenomena ini memang tidak tampak secara jelas di tengah masyarakat. Bisa dibilang keluarga selaput kosong di tengah masyarakat adalah fenomena abu-abu. Namun, fenomena keluarga seperti ini nyata, bahkan sebagian keluarga di Indonesia mengalami hal tersebut. Lantas, apa itu keluarga selaput kosong?

Mengenal Keluarga Selaput Kosong

Menurut William J. Goode dalam bukunya Family Sociology, keluarga selaput kosong merupakan sebuah keluarga yang terjadi disharmonisasi di dalamnya, yaitu ketiadaan peran suami dan istri, kurangnya komunikasi yang memadai, tidak berusaha membangun kerja sama, dan mengatur emosional yang baik. (Kompasiana.com, 23-07-2024)

Keluarga selaput kosong bisa diartikan sebuah keluarga utuh, yaitu suami dan istri atau suami, istri, dan juga anak-anaknya yang tinggal bersama dalam satu rumah, tetapi di dalamnya tidak ada interaksi ataupun komunikasi antara anggota keluarga, terutama suami dan istri. Dalam model keluarga seperti ini, hubungan antara anggota keluarga mempunyai dua sisi kehidupan yang berbeda, yaitu panggung depan dan panggung belakang. Ketika berada di panggung depan, yaitu di tengah masyarakat mereka layaknya keluarga yang utuh dan tidak ada konflik. Namun, ketika di panggung belakang, yaitu di dalam rumah mereka asing dan tidak berkomunikasi.

Dalam kehidupan keluarga selaput kosong, anggota keluarga, terutama suami dan istri mempunyai kesibukan masing-masing dan tidak saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Bahkan, anggota keluarga tidak lagi menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana tanggung jawabnya sebagai suami dan istri dalam keluarga. Ada konflik yang membelenggu antara anggota keluarga sehingga menjadikannya seperti keluarga yang utuh, tetapi faktanya bukan layaknya sebuah keluarga.

Faktor Penyebab

Sejatinya, sebuah keluarga terbentuk karena adanya ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan, yang kemudian dikaruniai anak-anak untuk menjadi anggota keluarga baru. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, berkomunikasi dengan baik, dan saling membutuhkan satu sama lain, serta membentuk sebuah keharmonisan. Hanya saja, kondisi ini berbanding terbalik dengan fakta keluarga selaput kosong tersebut. Mereka memiliki beberapa masalah yang sukar untuk diselesaikan dan tidak ingin bercerai atau berpisah sehingga memilih tetap tinggal dalam satu rumah.

Dilansir dari beberapa sumber, keluarga selaput kosong terjadi diakibatkan beberapa faktor, yaitu:

Pertama, ketidakcocokan antara pasangan dan juga sikap egois masing-masing pasangan yang tinggi. Ketidakcocokan antara pasangan, baik dalam masalah prinsip hidup maupun hal lainnya dalam sebuah keluarga sering kali dapat menimbulkan konflik. Apalagi ketika kedua pasangan tersebut sama-sama memiliki ego yang tinggi. Hal ini tidak akan mendapatkan kesepakatan bersama, yang ada justru menyebabkan konflik. Ketika konflik ini tidak segera diselesaikan maka akan membuat konflik yang berkepanjangan dan memengaruhi kondisi keharmonisan dalam keluarga yang berujung diskomunikasi antarpasangan.

Kedua, mempertahankan muruah keluarga di tengah masyarakat. Ketika dalam suatu keluarga terjadi konflik yang rumit dan berkepanjangan, kondisi ini sering kali menyebabkan terjadinya perceraian atau perpisahan. Hanya saja, sebagian orang memiliki solusi lain, yaitu tetap tinggal dalam satu rumah layaknya keluarga yang utuh, tetapi tidak ada interaksi antara suami dan istri. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga muruah keluarganya di tengah masyarakat sebab mereka tidak ingin mendapatkan gunjingan dari masyarakat diakibatkan rusaknya rumah tangga yang berakhir pada perceraian. Begitu pun dengan kondisi anak-anak. Disadari ataupun tidak, perceraian adalah hal yang buruk, ia juga akan berdampak bagi psikologis anak-anak. Akibat perceraian juga, sering kali anak-anak mendapatkan bullying dari teman-temannya. Atas dasar ini, orang tua memilih untuk tetap bersama, tetapi tidak berinteraksi.

Dampak Konflik

Sejatinya, setiap pasangan pasti mendambakan keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah (samawa) hingga akhir hayatnya. Hanya saja, di setiap perjalanan keluarga pasti terjadi beberapa konflik yang tidak terhindarkan yang menjadi sebab maraknya perceraian ataupun mereka yang memilih cara lain, yaitu keluarga selaput kosong. Ketika konflik ini dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian masalah, jelas berdampak pada psikologis anak. Mereka akan merasa kesepian, kecewa, marah, bahkan merasa kehilangan keutuhan dari keluarga tersebut.

Baca juga: Menjaga Keharmonisan Keluarga

Hal ini bisa berdampak buruk yang menyebabkan anak terjebak dalam lingkaran yang salah. Misalnya, pergaulan bebas, narkoba, dan lainnya sebab tidak ada perhatian lebih dari orang tua untuk bersatu mendidik anak-anaknya. Hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan dan masa depan mereka sehingga butuh sebuah solusi.

Tip Memperbaiki Keharmonisan Keluarga

Sejatinya, sebuah keluarga merupakan bagian penting bagi peradaban suatu bangsa sebab keluarga yang sehat dan samawa adalah cerminan masyarakat yang sehat dan beradab. Selain itu, di tangan keluarga samawa pula anak-anak akan terbentuk menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas serta berakhlak mulia. Oleh karenanya, pembentukan keluarga samawa menjadi salah satu prioritas utama dalam Islam

Namun, tidak dimungkiri bahwa dalam setiap keluarga memiliki perkara yang akan mengadangnya sehingga menyebabkan perceraian atau kehidupan keluarga selaput kosong. Apalagi sistem hari ini telah menyerang sistem ketahanan keluarga dari berbagai sisi, misalnya sulitnya mencari kerja, permasalahan ekonomi, gaya hidup hedonisme, dan lainnya. Oleh karenanya, butuh penanganan yang efisien agar fungsi keluarga bisa berjalan dengan baik di tengah masyarakat.

Tip mengatasi masalah keluarga selaput kosong dan membentuk keluarga samawa, di antaranya:

Pertama, kedua pasangan harus memahami makna dari sebuah pernikahan dan menyamakan visi misi pernikahan tersebut, sebab ia adalah faktor penting dari berdirinya sebuah keluarga. Patut dipahami bahwa pernikahan bukan hanya sekadar ikatan yang menyatukan dua insan manusia untuk menjalani bahtera rumah tangga. Namun, pernikahan merupakan ibadah dan penyempurna keimanan kepada Allah sehingga tujuan menikah harusnya hanya untuk menggapai rida Allah dan membentuk keluarga yang ideologis dan samawa.

Rasulullah bersabda, "Apabila seseorang menikah maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Oleh karenanya, bertakwalah pada Allah di separuh yang lainnya." (HR. Al-Baihaqi)

Kedua pasangan harus memahami bahwa ada nilai ibadah di setiap peran yang dijalankannya, misalnya seorang suami wajib menafkahi istrinya dan anak-anaknya dengan harta yang halal. Kewajiban tersebut ketika dijalani sesuai anjuran syarak maka akan bernilai ibadah di sisi Allah. Begitu juga dengan seorang istri yang melayani suaminya dan mendidik anak-anaknya dengan ikhlas, dia akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Ketika kedua pasangan telah memahami makna pernikahan yang sesungguhnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah maka model keluarga selaput kosong tidak akan pernah terjadi. Mereka memahami hak dan kewajibannya sebagai suami dan istri serta orang tua bagi anak-anaknya.

Kedua, menanamkan akidah Islam dan saling mengingatkan ketika melakukan kemaksiatan. Penanaman akidah Islam dalam anggota keluarga akan menjadi benteng utama mereka dalam kehidupan dan menjalankan kewajibannya dalam keluarga. Di sisi lain, anggota keluarga wajib menjadi pengontrol bagi keluarga yang lainnya, baik dalam hal ibadah maupun mengingatkan saat anggota keluarga lainnya melakukan kemaksiatan atau berbuat salah. Aktivitas ini akan menciptakan keharmonisan serta mencegah terjadinya konflik sebab anggota keluarga saling memberikan perhatian kepada anggota keluarga lainnya.

Ketiga, jika terjadi masalah dalam keluarga, sesama pasangan harus bersabar dan menurunkan ego masing-masing serta saling mengalah. Seiring berjalannya bahtera rumah tangga tentunya akan terjadi konflik, entah dipicu masalah ekonomi, ketidakcocokan pendapat dalam menyelesaikan masalah, dan lainnya. Dalam konteks ini, masing-masing pasangan, baik suami maupun istri wajib untuk menurunkan ego, bersabar, serta saling mengalah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kedua pasangan harus kembali pada visi dan misi dalam membangun rumah tangganya, yaitu untuk menggapai rida Allah.

Dengan beberapa tip di atas, insyaallah akan bisa tercipta keluarga yang samawa dan tidak ada lagi keluarga selaput kosong sebab masing-masing anggota keluarga memahami peran dan kewajibannya dalam sebuah keluarga.

Khatimah

Sejatinya, keharmonisan keluarga selaput kosong bisa dikembalikan ketika Islam menjadi pijakan dalam mengatur keluarganya sebab Islam memiliki solusi dalam setiap permasalahan dalam keluarga. Wallahualam bissawab. []

My Girl, Melodi Pelangi yang Menjadi Tren

Jelas banget dong, tren My Girl adalah potret legalisasi pelangi melalui melodi alias lagu yang kini menjadi favorite song pemuda sehingga melenakan mereka untuk ikut menyebarkannya

Oleh. Hafida. N
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-You look so pretty and I love this view
We fell in love in October
That’s why, I love fall
My girl, my girl, my girl
You will be my girl

Apakah lirik lagu di atas terasa familier untukmu? Biar aku tebak. Jawabannya iya, familier. Aku juga merasa begitu. Saat membuka media sosial di awal Oktober, di reels TikTok dan Instagram kita banyak bermunculan konten dengan lagu di atas. Orang yang belum update mungkin akan bertanya-tanya, ada apa dengan 1 Oktober? Jawabannya bukan Hari Kesaktian Pancasila apalagi hari Senin. Loh, terus hari apa? Biar tahu dan paham, ayo baca ini sampai selesai! Selamat membaca, temanku.

Asal-usul Tren 1 Oktober

Platform TikTok kembali melahirkan tren viral. Kali ini, tanggal 1 Oktober dipopulerkan sebagai My Girl Day alias Hari Gadisku yang berawal dari banyaknya  konten TikTok menggunakan lagu “We Fell in Love in October” sebagai backsong. Lagu yang dilantunkan oleh Girl in Red ini mengisahkan seseorang yang jatuh cinta di bulan Oktober.

Liriknya yang sering digunakan untuk konten memiliki arti, Kamu sangat cantik dan aku menyukai pemandangan ini. Kita jatuh cinta di bulan Oktober, itulah sebabnya aku mencintai musim gugur. Gadisku, gadisku, gadisku. Kamu akan menjadi milikku. Lirik tersebut merupakan potret perasaan cinta dan keindahan musim gugur yang dihubungkan dengan momen jatuh cinta. Dalam penggalan lagu tersebut, terdapat lirik my girl, my girl, you will be my girl yang berulang-ulang membuat tanggal 1 Oktober dikaitkan dengan ungkapan cinta kepada pasangan perempuan.

Tren satu ini bukan pertama kali muncul di Indonesia. Diketahui, sejak Oktober 2023 tren My Girl telah muncul dan warganet mengekspresikannya melalui video romantis, foto-foto, dan ditambah kalimat puitis yang estetik. Seiring dengan semakin populernya lagu We Fell in Love in October di platform seperti TikTok, tren My Girl pun meluas saat banyak orang mulai berbagi momen romantis di tanggal 1 Oktober. Hal ini menjadikan tanggal 1 Oktober sebagai momen yang ditunggu-tunggu.

Makna Tren My Girl

Apa sih makna tren yang berseliweran di platform TikTok dan Instagram ini? Secara sederhana, tren My Girl merujuk pada ungkapan cinta dan kasih sayang untuk perempuan istimewa, baik itu kekasih, teman, sahabat, bahkan ibu. Ya, walau kebanyakan konten My Girl itu merujuk pada kekasih perempuan, sih. Ketika seseorang menyebut 'my girl’ berarti menunjukkan penghargaan, cinta, dan kasih sayang kepada perempuan tersebut.

Beberapa komentar dari warganet menyebut banyak keberuntungan indah yang akan dialami, seperti ditembak cowok atau mendapatkan hadiah dari orang tersayang. Konten manis yang dibagikan membuat para warganet merasa terhibur, meski di sisi lain ada juga yang galau karena tidak punya pasangan. Menjelang Oktober bahkan sebelum September berakhir, cuitan tentang tren My Girl sudah bermunculan,“Gak bisa ikutan tren Oktober my girl my girl, soalnya cowokku spek bapak-bapak purbakala gak tahu trend bucin,” tulis salah satu akun TikTok.

My Girl dan Girlfriend Day itu sama, ya?”

Jawabannya, tidak. My Girl dan Girlfriend Day tidak saling berkaitan. Keduanya adalah dua konteks yang berbeda. Girlfriend Day diperingati tiap tanggal 1 Agustus, di mana ini adalah hari peringatan bersama sahabat perempuan, sedangkan tren My Girl hanya berkaitan dengan popularitas lagu We Fell in Love in October di platform media sosial. Jadi, kesimpulannya My Girl Day bukan hari peringatan khusus melainkan hanya ajang kreativitas warganet.

Girl in Red: Musik 'Queer' Bebas Heteronormativitas

Apakah semua generasi muda terutama Gen-Z tahu lagu ini? Aku rasa tidak, karena aku pun baru mengetahui tren dan lagu tersebut belum lama ini saat scroll Instagram. Aku bahkan berniat menulis naskah yang kamu baca ini sembari mendengarkan lagu yang dirilis pada November 2018 tersebut agar mendapat feel. But, aku kaget saat menemukan beberapa fakta terkait lagu We Fell in Love in October dan juga penyanyinya. Mau tahu? Nih, aku spill:

  1. Lagu ini dinyanyikan oleh perempuan, tetapi mengapa liriknya berbunyi: you will be my girl?
  2. Music Video (MV) lagu tersebut menyajikan interaksi dua perempuan yang romantis. Dari sini, aku sudah yakin akan sesuatu.
  3. Liriknya menceritakan tentang kisah cinta dua perempuan yang bertemu lalu jatuh cinta di musim gugur bulan Oktober.
  4. Dikutip dari magdalene.co, Girl in Red menjadi salah satu ikon queer prominen Gen Z. Ada kode berbentuk pertanyaan untuk memastikan apakah seorang perempuan menjadi bagian dari komunitas pelangi atau bukan yang bunyinya begini, “Apakah kamu mendengarkan Girl in Red?” Musisi asal Norwegia itu dianggap tidak malu menunjukkan keindahan jatuh cinta sesama jenis karena lagu ciptaannya selalu menyinggung tentang pasangan lesbi dan indahnya jatuh cinta pada wanita.

Oke, lalu muncul pertanyaan. Apa itu queer? Secara bahasa queer artinya mencurigakan, aneh, tidak lazim atau di luar kelaziman. Biasanya digunakan dengan nada miring (peyoratif). Secara khusus, queer dipakai sebagai potret ketidaklaziman seseorang dalam gender dan seksualitas. Queer ada untuk siapa saja yang terpinggir bahkan terkucilkan karena orientasi atau praktik seksualnya. Istilah umum untuk menyebut berbagai identitas seksual disebut queer. Nah, karena itulah istilah queer disebut sebagai payung dari berbagai identitas dan gender heteroseksual, LGBT misalnya.

Baca juga: Standar Minimalis Kapitalisme Mencetak Generasi Unggulan

Meski Girl in Red disebut sebagai panutan musik lesbian dan lagu We Fell in Love in October miliknya merupakan lagu untuk kekasih perempuan, tetapi dikutip dari magdalene.co, Girl in Red tidak ingin dikotakkan dengan identitas itu. Musik Girl in Red menjadi tempat nyaman untuk lesbian dan perempuan biseksual. Ketika lagu ini populer di TikTok setahun belakangan, muncul pergeseran terkait queer code di lagu tersebut, yang mulanya dimaksudkan untuk sesama perempuan, kemudian diubah menjadi laki-laki oleh penggemar heteroseksual. Terdapat pergantian lirik my girl menjadi my boy. Beberapa dari penggemar juga menyanyikan ulang lagu ini, dan banyak warganet yang mencari cover versi male agar lagu ini terdengar straight.

Jelas banget dong, tren My Girl adalah potret legalisasi pelangi melalui melodi alias lagu yang kini menjadi favorite song pemuda. Nah, setelah mengetahui fakta di atas, apakah kamu akan tetap berpartisipasi meramaikan tren ini? Jangan ya dek, ya.

Tren My Girl Dikuti Gen-Z, kok Bisa?

Teman, seperti yang kita tahu dan rasakan, apa pun yang memiliki title viral, pasti akan diikuti dengan senang hati oleh para pemuda, Gen-Z terutama. Bukan hanya faktor internal, tetapi juga ada faktor eksternal yang mendorong pemuda gemar berpartisipasi meramaikan konten viral.

Beberapa faktor yang memengaruhi generasi muda terutama Gen-Z mudah mengikuti konten viral, di antaranya:

Pertama, teori penguatan sosial. Ketika berinteraksi dengan konten viral, Gen-Z mendapat penguatan positif melalui like, komen, dan berbagi. Hal ini memicu dopamin neurotransmitter yang berkaitan dengan rasa senang, sehingga mendorong perilaku serupa di masa yang akan datang.

Kedua, kognisi sosial. Gen-Z cenderung peka terhadap perilaku kelompok. Kebanyakan mereka mengikuti konten viral karena ingin diakui dan diterima oleh teman sebaya.

Ketiga, rentang perhatian singkat. Terbiasa dengan konten cepat dan singkat membuat Gen-Z lebih tertarik pada sesuatu yang menarik yang memiliki waktu singkat. Konten viral biasanya dirancang untuk menarik perhatian dengan cepat.

Keempat, FOMO (Fear of Missing Out). Kecemasan akan ketinggalan informasi ataupun tren membuat Gen-Z terdorong untuk ikut serta dalam konten tersebut agar tidak merasa terasing atau bahkan diasingkan dari pergaulan.

Faktor-faktor di atas yang dikombinasikan dengan lingkungan sosial serta cepatnya perubahan teknologi membuat Gen-Z sangat responsif terhadap konten viral. Apakah ini dapat langsung dinormalisasi atau ada hal lain yang harus diperhatikan?

Konten Viral Menurut Perspektif Islam

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai konten viral, di antaranya:

Pertama, keselarasan dengan nilai-nilai Islam. Konten yang mendidik, menginspirasi, atau mempromosikan kebaikan dianjurkan diikuti. Begitu pula konten yang menjaga nilai-nilai etika kesopanan, seperti berpakaian yang menutup aurat secara sempurna ditunjang dengan perilaku yang baik penting diutamakan agar tidak merusak akhlak dan nilai-nilai Islam.

Kedua, menghindari konten negatif. Konten yang mendorong pembicaraan negatif tentang orang lain atau menyebarkan rumor (gibah dan fitnah) harus dihindari karena bertentangan dengan prinsip saling menghormati. Konten yang berisiko dan berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain wajib hukumnya untuk dihindari.

Ketiga, perhatikan keseimbangan. Hiburan harus seimbang dengan tanggung jawab sehari-hari. Terlalu banyak waktu di media sosial dapat mengganggu ibadah dan kewajiban lainnya. Gen Z dapat memanfaatkan fitur pengingat waktu (timer) yang tersedia. Di Instagram contohnya, ada fitur timer tiap lima dan lima belas menit sekali untuk berhenti scrolling dan mengistirahatkan mata.

Keempat, kritik konstruktif. Sikapi tren yang sedang terjadi dengan kritis dan bijak. Telaah apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak? Jika tidak, buang jauh-jauh!

Kelima, media sosial sebagai sarana dakwah digital. Menggunakan platform untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan ajaran Islam kepada masyarakat luas serta membangun kesadaran dengan cara mengedukasi pengguna tentang dampak dari konten yang mereka konsumsi dan bagikan.

Berpegang pada prinsip-prinsip Islam dalam setiap interaksi dan konsumsi konten menjadi hal penting yang harus dilakukan sebagai kaum beriman. Sebagai pemuda-pemudi harapan bangsa, kita harus bijak dan kritis menghadapi dunia di era digital. Lantas, bolehkah kita generasi muda muslim mendengarkan lagu bernuansa pelangi?

Hukum musik, bernyanyi dan seni pada dasarnya adalah boleh (mubah). Ini selaras dengan fitrah manusia yang menyukai keindahan, namun menjadi haram jika musik/lagu tersebut mengarah pada perbuatan yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Lagu yang liriknya bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti ajakan minum khamr, pergaulan bebas, dan berzina jelas diharamkan.

Bagi manusia yang sudah tahu terkait haramnya hubungan sesama jenis dan hanya diam, akan mendapat percikan dosa karena tidak mendakwahkan ilmu yang dimiliki. Bagi manusia yang belum tahu, akan ditanya mengapa tidak mencari tahu. Selain itu, fakta bahwa tren My Girl ditujukan pada kekasih nonhalal menjadi alasan kuat mengapa kita harus menghindarinya. Aku yakin, kamu yang membaca ini sudah tahu bahwa dalam Islam dilarang pacaran karena termasuk perbuatan zina, di mana mendekati zina saja sudah dilarang apalagi melakukan hal yang termasuk zina. Bisa disimpulkan, mendengarkan lagu bernuansa pelangi hukumnya haram karena hukum asal perbuatan LGBT sudah haram.

Jadi Bestie, sebagai generasi muda pemimpin masa depan, mari filter tren apa yang boleh kita ikuti dan yang harus kita buang jauh-jauh. Meski awalnya sulit dan bahkan merepotkan, paksa dan peringati diri. Pilihan hanya ada dua, susah payah di dunia dan senang-senang di akhirat atau sebaliknya? Jika tren kebaikan penuh manfaat jarang terekspos bahkan keberadaannya pun langka, mari kita ciptakan tren sesuai syariat yang akan menjadi jalan menuju surga.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Kolera Merebak di Tengah Konflik Sudan

Warga Sudan terpaksa bergelut dengan risiko buruknya kesehatan karena faktor keamanan, penyerangan, pengungsian, serta kurangnya obat-obatan, tenaga kesehatan, perlengkapan medis, serta kurangnya dana operasional.

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Warga Sudan tengah berjibaku melawan wabah kolera yang kian merebak di tengah-tengah konflik bersaudara yang tak berkesudahan. Dilaporkan oleh investor.id, hingga Sabtu (28-9-2024), jumlah kasus kolera di salah satu negara Afrika tersebut telah menembus angka 15.000 kasus dengan korban meninggal mencapai lebih dari 500 jiwa.

Fakta Wabah Kolera di Sudan

Kementerian Kesehatan Sudan melaporkan bahwa wabah kolera ini mulai terdeteksi dan terus menyebar sejak Agustus 2024. Peningkatan kasus terus terjadi di 10 provinsi hingga mencapai 15.577 kasus dengan korban meninggal sebanyak 506 orang. Sedangkan Negara Bagian Khartoum pada Juli 2024 melaporkan bahwa hanya ada sekitar 25% rumah sakit dan 16% pusat layanan kesehatan primer yang beroperasi di negara bagian tersebut.

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris mengatakan pada konferensi pers PBB pada Jumat, 28 September, sekitar 70-80% rumah sakit di wilayah konflik tidak dapat beroperasi sehingga layanan kesehatan tidak dapat diakses dan obat-obatan dasar pun tidak terpenuhi sehingga menyebabkan warga banyak yang meninggal. Layanan-layanan penting tidak berfungsi dan banyak yang telah dihentikan, seperti penanganan malanutrisi, perawatan kesehatan ibu dan anak, serta pengobatan untuk pasien penyakit kronis, padahal layanan kesehatan tersebut sangat dibutuhkan. Belum lagi seiring datangnya musim hujan, pengungsi datang dan tinggal di tenda-tenda darurat sehingga menambah buruknya kondisi yang mendukung pesatnya penyebaran penyakit.

Penyebab Merebaknya Kolera di Sudan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah penyakit, termasuk kolera, kekurangan gizi, serta penyakit tidak menular telah meningkat di Sudan seiring perang yang terus berkecamuk dan menyebabkan jutaan orang terpaksa mengungsi karena menghadapi tindakan kekerasan akibat perang saudara.

Sejak meletusnya konflik saudara pada 15 April 2023, lebih dari 6,8 juta warga Sudan telah keluar dari rumah mereka. Jumlah ini terus bertambah, bahkan ditambah orang yang telah mengungsi sebelum konflik dimulai, menjadikan Sudan sebagai negara dengan krisis pengungsi dan kelaparan terbesar di dunia. Perang saudara ini menyebabkan kapasitas sistem kesehatan Sudan berada pada titik kritis dengan kebutuhan yang terus meningkat.

Baca: Sudan Dilanda Kolera, Islam Solusinya

Konflik yang berlangsung telah menyebabkan perawatan kesehatan terus dibatasi. Warga Sudan terpaksa bergelut dengan risiko buruknya kesehatan karena faktor keamanan, penyerangan, pengungsian, serta kurangnya obat-obatan, tenaga kesehatan, perlengkapan medis, serta kurangnya dana operasional. Hal ini dikombinasi dengan kurangnya gizi, makanan dan air yang terkontaminasi, serta buruknya sanitasi, mengakibatkan jutaan warga Sudan rawan terjangkit penyakit parah atau kematian. Sejatinya tidak hanya kolera, tetapi juga campak, demam berdarah, dan malaria telah mewabah di beberapa bagian negara itu.

Konflik Sudan

Tidak hanya wabah kolera yang melanda, penduduk Sudan juga cukup menderita dikarenakan konflik senjata yang masih belum terselesaikan hingga saat ini. Sejak konflik yang terjadi antara angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF) sejak April 2023 itu berlangsung, memang telah terjadi beberapa kali gencatan senjata sementara (di antaranya dimediasi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat), tetapi masih menemui jalan buntu. Bentrokan dan tindak kekerasan yang terjadi telah menyebabkan jutaan orang meninggalkan rumah mereka, bahkan sebelum konflik pecah. Menurut data PBB, konflik ini setidaknya telah menelan korban jiwa sedikitnya 12.260 orang tewas dan lebih dari 33.000 korban luka.

Perang saudara memang beberapa kali terjadi dalam sejarah Sudan, di antaranya:

1. Perang Saudara Sudan Kedua

Konflik ini merupakan kelanjutan dari perang saudara Sudan pertama yang terjadi dari tahun 1955 hingga 1972. Konflik ini terjadi antara pemerintah pusat Sudan dan Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA), terjadi sepanjang 1983 hingga 2005.

2. Perang Saudara Sudan 2023

Konflik terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter dan sekutunya pada 15 April 2023. Dampak dari konflik ini di antaranya, menyebabkan lebih dari 13.000–15.000 korban jiwa dan 33.000 lainnya terluka, lebih dari 5,8 juta orang mengungsi internal, dan lebih dari 1,5 juta jiwa mengungsi keluar dari Sudan. Inilah konflik saudara yang masih terus berkobar hingga saat ini.

3. Konflik di Darfur

Konflik ini terjadi akibat perselisihan yang terjadi antara kelompok Janjaweed, sebuah kelompok militer Sudan yang direkrut dari suku-suku Arab lokal, dan suku-suku non-Arab. Pada Februari 2003, konflik ini dilaporkan telah mengakibatkan setidaknya 2.000-5.000 pemberontak terbunuh, terluka, atau tertangkap, 15.000-20.000 prajurit terbunuh,178.258–461.520 orang meninggal, 2.850.000 terlantar, dan 51 aktivis perdamaian terbunuh.

Cara Islam Menangani Wabah Penyakit

Dalam sejarah Islam, wabah atau penyakit menular telah dikenal sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa itu, wabah yang dikenal adalah pes atau lepra. Rasulullah pun melarang umatnya memasuki daerah yang terkena wabah penyakit. Peringatan itu beliau sampaikan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, "Apabila sampai berita kepada kalian tentang wabah yang menyebar di suatu negeri maka janganlah kalian memasukinya. Akan tetapi, jika wabah terjadi di suatu tempat yang kalian tempati maka janganlah kalian keluar darinya."

Hadis Rasulullah saw., di atas adalah dalil bagaimana Islam menghadapi suatu wabah. Hadis ini pun terus dilaksanakan oleh khalifah-khalifah sepeninggal beliau di sepanjang sejarah kekhilafahan Islam. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh negara Khilafah, baik itu tindakan preventif maupun kuratif dalam menghadapi wabah penyakit yang terjadi, di antaranya:

  1. Negara dengan cepat tanggap mencegah peluang terjadinya konflik dan perang saudara yang berisiko membahayakan persatuan umat, serta menimbulkan korban jiwa. Kekacauan, pemberontakan, kerusuhan, juga separatisme, akan segera dibasmi oleh Khilafah. Ini karena dalam Islam, pemberontakan dianggap sebagai keharaman dan merupakan kejahatan yang dapat menimbulkan kekacauan, ketidaktenangan, dan kemunduran dalam suatu masyarakat atau negara. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, "Siapa saja yang membawa senjata untuk mencelakai kami (umat Muhammad, juga pemerintahan kaum muslim) maka orang tersebut bukanlah bagian dari kami.”
  2. Negara sangat memperhatikan masalah kebersihan warganya. Hal ini dikarenakan kebersihan dan kesucian merupakan masalah fitrah, serta menjadi prinsip dasar Islam. Demikianlah seperti sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Imam Abu Daud berikut, dari Abu Hurairah ra., dia berkata, "Rasulullah saw., bersabda, ”Jika terbangun salah seorang dari kalian pada malam hari, janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam bejana yang berisi air dan membasuhnya terlebih dahulu sebanyak tiga kali, hal itu karena dia tidak tahu di mana tangannya semalam berada.”
  3. Negara menerapkan sistem kesehatan yang mumpuni bagi seluruh rakyatnya, sistem sanitasi yang baik, kebersihan lingkungan, kebersihan air, sirkulasi udara, serta layanan kesehatan gratis atau murah yang mudah diakses oleh setiap warga negara. Seperti dalam sejarah Islam yang umumnya rumah sakit dibangun di atas bukit atau di samping sungai karena dua lokasi tersebut dianggap sebagai tempat paling indah dan tempat paling baik sehingga memenuhi syarat-syarat penunjang kesehatan.
  4. Negara menjamin kebutuhan primer warga terpenuhi, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan, sehingga warga negara hidup sehat, aman, tenang, dan tidak mudah sakit atau terjangkit suatu penyakit, termasuk kolera. Mekanisme dalam pemenuhannya oleh negara dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung maksudnya adalah negara turun tangan secara langsung menjamin pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Sedangkan secara tidak langsung salah satunya adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak, menjaga stabilitas keamanan negara, dll.

Jika pun wabah masih juga melanda, negara memastikan rakyatnya meyakini bahwa wabah penyakit yang terjadi adalah merupakan ketetapan Allah dan memantapkan keyakinan ini dalam diri setiap warga negara Khilafah. Dengan demikian, harus dihadapi dengan sabar dan mengharapkan balasan kebaikan dari Allah, sebagaimana hadis Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah yang berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, "Matinya orang karena sakit perut dan terjangkit tha’un (wabah), adalah syahid." Penyakit kolera termasuk sakit perut dalam hadis tersebut.

Khatimah

Demikianlah Rasulullah saw. mengajarkan kepada para khalifah setelahnya untuk melanjutkan perhatian dan pelayanannya terhadap umat. Merupakan suatu kezaliman apabila kewajiban ini dilalaikan oleh negara dengan mengabaikan hak-hak dasar warganya atau malah mengalihkan beban tersebut pada rakyatnya seperti yang terjadi di Sudan hingga terkena wabah kolera. Hal ini dikarenakan Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Imam Bukhari, “Imam adalah ra’in (pengurus rakyat) dan ia akan ditanya atas pengurusannya terhadap rakyatnya.” Wallahua'lam bishawab.[]

Remaja yang Dicinta dan Dirindukan Surga, Kamukah Orangnya?

Kita semua bisa menjadi orang-orang yang dirindukan oleh surga. Tentunya dengan melaksanakan seluruh aturan Islam yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya

Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hai, Sob. Kalian pasti pernah merasakan yang namanya rindu. Rasa tersebut biasanya berhubungan dengan cinta yang tak pernah lekang oleh waktu. Tak jarang, keduanya menjadi satu dalam perasaan yang menggebu-gebu. Alhasil, banyak para remaja yang terjebak gelora rasa itu.

Lantas, apa itu rindu? Yuk, saatnya kita cari tahu, Sob! Enggak usah jauh-jauh ya, kita bisa intip dari laman KBBI. Nah, di laman tersebut, ternyata arti rindu adalah memiliki keinginan kuat untuk bertemu.

Sebuah Kebodohan

Dari arti di atas, tergambar jelas bahwa dorongan tersebut membuat siapa saja yang sedang dilanda rindu pasti tak mau jauh dari pandangan seseorang. Dengan begitu kerinduan yang ada di dadanya akan segera tersalurkan.

Nah, rasa rindu yang demikian tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja ya, Sob. Apalagi jika orang yang dirindukannya belum menjadi siapa-siapa baginya. Orang tua bukan, saudara kandung pun bukan. Lantas, untuk apa rasa rindu itu diberikan? Percayalah, hal itu hanyalah sebuah kebodohan.

Hanya saja, kebodohan tersebut dipelihara atas nama sakit rindu. Ditambah lagi, ada embel-embel cinta buta yang dicampur virus halu. Waduh, lengkaplah sudah episode “Cinta Deritanya Tiada Akhir” versi zaman dulu. He.. he.. he.., pasti banyak di antara kalian yang enggak tahu kisah itu. Tenang saja ya, Sob, kalian bisa cari tahu dengan bertanya sama ortu.

Remaja Terkena Virus Rindu

Istilah cinta buta dan virus rindu memang sudah familier di tengah-tengah para remaja. Itu artinya, rindunya juga lagi enggak fit dan sulit berpikir dengan sempurna. Parahnya, hal itu diiringi dengan sinar cinta buta yang enggak pernah bisa menyala. Otomatis, jalanan yang dilalui pun pasti gelap gulita.

Waduh-waduh, kalau hal itu dibiarkan terus-menerus, pasti berbahaya ya, Sob. Bisa-bisa, kalian enggak tahu arah dan jalannya. Kenapa? Soalnya di Mbah Google enggak ada panduannya. Terus, kalau tersesat, bagaimana? Siapa hayo yang mau tanggung jawab? Tuh 'kan, semuanya diam saja.

Sayangnya, rasa rindu yang demikian ternyata sudah begitu menjangkiti para remaja. Tahu sendiri 'kan, Sob, labilnya emosi jiwa muda. Mereka bukannya melakukan hal-hal yang bermanfaat, eh malah cari-cari sesuatu yang berbau maksiat.

Seorang Pembelajar

Seorang remaja seharusnya menjadi pembelajar dengan menimba ilmu sebanyak mungkin ya, Sob. Hal itu penting dilakukan agar kalian memiliki bekal dalam menghadapi terjalnya jalan kehidupan. Bekal itu tentunya harus dicari dan dipelajari dari sekarang.

Pentingnya belajar dan mencari ilmu juga telah disampaikan oleh panutan kita semua sebagai seorang muslim yaitu Rasulullah saw. Oleh karena itu, tugas tersebut tentu tak boleh diabaikan dan ditinggalkan.

”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
(HR. Ibnu Majah)

Selain belajar, kalian tentu ingin diakui sebagai umatnya Rasulullah saw. Hanya saja, harus dicatat ya, Sob, bahwa pengakuan tersebut bukan hanya sekadar di bibir atau lisan. Lebih dari itu, harus ada pembuktian sebagai jaminan atas kecintaanmu dengan mengikuti apa yang dibawanya yaitu risalah Islam.

Mengabaikan Risalah

Risalah Islam yang datang dari Allah Swt. memang begitu sempurna. Aturannya pun sangat terperinci dalam mengatur aktivitas kehidupan manusia. Semuanya terbagi secara lengkap dari aspek ibadah, muamalah, dan cara menerapkan seluruh aturan sanksi yang menjadi wewenang institusi bernama Daulah Khilafah.

Sayangnya, aturan Islam yang diterapkan saat ini baru setengah-setengah ya, Sob. Itu pun tidak semua orang mau melaksanakannya dengan istikamah. Fakta berbicara bahwa banyak di antara remaja sekarang yang tidak mau menjalankan salat dan menutup aurat secara sempurna bagi remaja muslimah. Parahnya, hal itu dilakukan dengan alasan belum mendapatkan hidayah. Astagfirullah.

Pemahaman di atas kok bisa-bisanya tebersit di hati ya, Sob. Mungkin itu jawaban paling ngawur karena mereka bingung mau cari alasan apa lagi. Jadinya ya, gitu deh, semuanya dijawab asal-asalan tanpa basa-basi. Iih, benar-benar bikin gemas dan keki. Mereka mungkin berpikir bahwa jawaban tersebut tidak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Zat Yang Maha Tinggi.

Menentukan Pilihan

Bicara tentang pertanggungjawaban di segala amalan, pasti hal itu berhubungan dengan kebaikan dan keburukan. Keduanya memang saling bertolak belakang alias bertentangan. Di sini, sebagai seorang muslim yang diberi akal untuk berpikir, pasti kalian akan memilih amalan kebaikan untuk mendapatkan jalan keselamatan.

Sebaliknya, bagi yang lebih mementingkan hawa nafsunya, tentu akan mengambil hal yang berbau keburukan karena terbawa bisikan setan. So, semua tergantung kepada diri kalian ya, Sob. Jadi, tentukan pilihanmu, sekarang!

Dari uraian di atas, ternyata pilihan yang diberikan oleh Allah Swt. hanya ada 2 yaitu jalan kebenaran dan kebatilan. Itu artinya tidak ada jalan tengah apalagi kompromi antara yang lurus dan sesat. Keduanya juga dipastikan tidak akan pernah bisa bertemu meskipun hanya sesaat. Untuk lebih yakin lagi, yuk kita lihat firman Allah Swt. yang artinya:

”Serta Kami juga telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)”?
(TQS. Al-Balad [90]: 10)

Amalan para Perindu Surga

Nah, dari sini, kalian pasti akan memilih jalan kebaikan supaya bisa mendapatkan kenikmatan surga. Namun, kenikmatan tersebut tidak bisa diperoleh dengan amalan yang biasa saja. Tentunya harus ada upaya ekstra karena para penghuni surga merupakan orang-orang pilihan yang memiliki kedudukan istimewa.

Akan tetapi, kalian enggak usah khawatir ya, Sob, karena ada amalan yang membuatmu dirindukan oleh surga. Apa saja amalan yang dimaksud? Enggak perlu kelamaan menanti, yuk, baca uraian di bawah ini!

Beberapa amalan para penghuni surga adalah:

  1. Menjadi hamba yang beriman dan senantiasa melakukan kebaikan.
  2. Berjuang dan berjihad di jalan Allah Swt.
  3. Memiliki sikap rendah hati.
  4. Takut kepada Allah Swt. di segala tempat, situasi, dan kondisi.
  5. Istikamah dalam ketakwaan.
  6. Teguh dalam menjaga akidah.

(uinjkt.ac.id, 25-2-2023)

Bagaimana, Sob, sudahkah kalian melakukan amalan-amalan tersebut? Kalau belum, yuk segera luruskan niat dan bulatkan tekad agar kamu pantas dan layak untuk dirindukan oleh surga-Nya. Jadikanlah waktu, umur, harta, kesehatan, dan hidupmu sebagai bekal untuk menuju ke sana.

”Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Al Hakim)

Jual Beli yang Paling Menguntungkan

Sob, jangan sampai bekal di masa mudamu sia-sia dan habis tak bersisa oleh sesuatu yang tak perlu. Yakinkan diri dengan belajar, mengamalkan, dan menyampaikan ilmu agama yang kalian punya sebagai bukti dan bekal perjuanganmu.

Segala yang kalian lakukan juga menjadi penanda bahwa hal itu semata-mata untuk mendapatkan keridaan-Nya. Keridaan inilah yang nantinya a akan menjadi syarat utama untuk menuju surga. Sebab perjuangan yang kalian tekuni merupakan bisnis paling menguntungkan dan tak ternilai harganya. Kok bisa? Bisa saja, dong, Sob, karena kalian telah berbisnis dengan Zat Yang Maha Kaya yaitu Allah Swt. dengan mengorbankan semua yang ada.

”Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan surga yang Allah peruntukkan bagi mereka. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka membunuh atau terbunuh. (Demikian ini adalah) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Demikian itulah kemenangan yang agung”. (TQS. At- Taubah [9]: 111)

Semoga, kita semua bisa menjadi orang-orang yang dirindukan oleh surga. Tentunya dengan melaksanakan seluruh aturan Islam yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. Satu lagi, dan ini merupakan sesuatu yang paling penting dan harus terwujud segera. Apakah itu?

Hayo, adakah di antara kalian yang tahu jawabannya? Benar banget, Sob, sesuatu yang dimaksud adalah menjadi bagian dari orang-orang yang memperjuangkan tegaknya Islam di muka bumi agar keberkahan senantiasa meliputi alam semesta dan seluruh kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu, janganlah kalian menunggu nanti dan bilang tapi karena pedang waktu bisa saja menebas semuanya tanpa kita menyadarinya. Maka dari itu, perjuangan tersebut harus direalisasikan dengan segera sebelum umur menua.

Jangan sampai air mata penyesalan kalian jatuh sia-sia tanpa ada ujungnya, ya Sob. Yuk, jangan lagi menundanya. Selamat berjuang wahai para perindu surga.

Wallahu a'lam bish-shawaab []

Tren Mata Minus, Jadi Epidemi Baru?

Mata minus akan menjadi epidemi baru dalam episode kehidupan manusia pascapandemi Covid-19 karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan mata pada generasi.

Oleh. Puput Ariantika, S.T.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tren mata minus terjadi pada anak-anak pascapandemi Covid-19. Penelitian menunjukkan mata minus lebih banyak dialami oleh anak perempuan yang hidup di perkotaan. Konsep belajar yang diterapkan pada masa pandemi, membuat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar, baik laptop ataupun handphone. Konsep belajar itu, telah membentuk kebiasaan baru hingga berefek pada kesehatan mata pascapandemi.

Dilansir dari British Journal of Ophthalmology bahwa dalam rentang waktu 33 tahun sejak 1990, jumlah penderita mata minus pada anak-anak mengalami peningkatan tiga kali lipat. Bahkan bisa mencapai 740 juta lebih pada tahun 2050. İni artinya satu dari tiga anak di dunia telah mengalami mata minus. Oleh karena itu, tren mata minus pada anak-anak menjadi kekhawatiran tersendiri karena berpotensi menjadi epidemi baru pascapandemi Covid-19 jika tidak ada penanganan yang serius dari pemerintah. (Kompas, 28-9-2024)

Mata minus adalah penyakit yang sering diremehkan oleh setiap orang. Namun, mata minus akan mengganggu kesehatan dan aktivitas, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang. Maka dari itu, perlu diketahui langkah pencegahan dan penanganannya agar tidak menjadi epidemi di kemudian hari.

Mengenal Mata Minus

Mata minus adalah kelainan pada mata yang membuat seseorang tidak bisa melihat dengan jelas pada jarak jauh. Kelainan dengan nama miopia ini, disebabkan karena titik fokus jatuh jauh di depan retina mata karena kornea mata terlalu cembung. Jika pada mata normal titik fokus jatuh tepat pada retina.

Mata minus dibedakan menjadi tiga tingkat dengan ukuran dioptri, yaitu:

Di era teknologi hari ini, mata minus sulit dicegah, tetapi bukan tidak bisa. Namun, jika sudah terjadi kita bisa memperlambat perkembangannya. Maka pentingnya menjaga kesehatan mata agar tidak mengalami penurunan fungsi seperti halnya tren mata minus yang terjadi saat ini.

Tip Menjaga Kesehatan Mata

Kemajuan teknologi membuat anak-anak tak luput dari gadget, baik dalam belajar ataupun hiburan. Paparan radiasi pada mata pun sulit untuk dihindari.

Adapun tip untuk mencegah mata minus pada anak-anak, di antaranya:

  1. Ketika anak-anak sedang belajar dan membaca, berikan pencahayaan yang cukup.
  2. Berikan anak-anak makanan yang bergizi untuk menjaga kesehatannya termasuk mata. Biasakan anak-anak makan sayur, buah, dan makanan yang mengandung omega 3, seperti kuning telur, tuna, salmon, dan makerel.
  3. Berikan anak kacamata UV ketika keluar rumah pada siang hari untuk menjaga mata dari sinar matahari.
  4. Jangan merokok di dekat anak-anak, selain mengganggu pernapasan, asap rokok dapat mengganggu kesehatan mata anak.
  5. Gunakan konsep 20-20-20 pada anak untuk menjaga mata, yaitu ketika menatap layar 20 menit, istirahatkan mata 20 detik dengan jarak pandang 20 kaki (6 meter).
  6. Buat jadwal untuk bermain bersama anak di lingkungan terbuka. Dianjurkan 2 jam/hari.
  7. Periksa mata secara berkala untuk mengetahui apakah ada masalah kesehatan pada mata atau tidak.

Langkah menjaga kesehatan mata penting demi keberlangsungan masa depan anak. Mata adalah organ yang sangat penting untuk belajar dan aktivitas kehidupan yang lain. Oleh karena itu, para orang tua tidak boleh abai akan kesehatan mata anak-anaknya.

Tren Mata Minus dan Pengobatannya

Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Namun, jika menderita mata minus, ya harus diobati. Penggunaan kaca mata hanya membantu untuk menajamkan penglihatan, tetapi tidak untuk menyembuhkan. Kemajuan teknologi telah menemukan cara untuk mengobati mata minus.

Dikutip dari alodokter.com beberapa cara penyembuhan, yakni:

  1. Operasi LASIK (Laser Asisted in Situ Keratomileusis). Operasi yang dilakukan dengan menyayat permukaan bola mata agar terbentuk lipatan, kemudian memperbaiki kondisi retina mata dengan laser.
  2. Operasi LASEK (Laser Asisted Subepithelial Keratectomy). Operasi mirip LASIK tetapi sayatan hanya sebatas lapisan kornea mata terluar.
  3. Operasi PRK (Photorefractive Keratectomy). Operasi mirip LASIK, tetapi pada PRK tidak membuat lapisan tipis pada kornea.
  4. Operasi ICL (Implantable Collamer Lens). Operasi penanaman lensa khusus di dalam mata untuk memperbaiki titik fokus pada retina.
  5. Terapi Ortho-K. Terapi orthokeratology (ortho-K) lebih efektif untuk anak-anak. Terapi ini tanpa pembedahan mata, melainkan hanya menggunakan lensa kontak khusus pada saat tidur.
  6. Terapi tetes mata atropin. Terapi ini sangat dianjurkan untuk anak-anak dan remaja. Tetes mata atropin dosis rendah dapat mengurangi pertumbuhan panjang mata yang menyebabkan perkembangan miopia.

Teknologi dalam pengobatan mata tentunya akan membawa kesembuhan pada mata. Namun, perlu diketahui bahwa semua memiliki efek samping, seperti mata kering, mata sensitif terhadap cahaya, dan muncul lipatan pada kornea mata. Jadi, perlu diingat bersama tentang pentingnya menjaga kesehatan pada mata, agar tidak menjadi epidemi baru yang mengancam generasi.

Epidemi: Kapitalisme Abai terhadap Generasi

Mata minus akan menjadi epidemi baru dalam episode kehidupan manusia pascapandemi Covid-19 karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap  kesehatan mata pada generasi. Khusus di Indonesia, pemerintah memasuki kehidupan baru setelah terpilihnya presiden baru. Pemerintah sibuk mengurus kabinetnya dan merealisasikan program-program saat kampanye. Perlu diketahui mata minus bukanlah salah satu program dari pemerintah yang baru. Jadi jangan berharap epidemi mata minus bisa dihindari. Tren mata minus akan selalu mengintai.

Anak-anak dan remaja bukan prioritas negara, termasuk dalam hal kesehatan mata. Kapitalisme telah menghancurkan kepedulian negara terhadap generasi. Generasi hanya mesin politik untuk meraih kekuasaan ketika pemilu, seperti mereka akan dipuji-puji bahwa perubahan ada di tangan generasi. Oleh sebab itu, mereka harus menggunakan hak suara mereka. Selepas dari itu, generasi tidak penting di mata kapitalisme.

Cara Islam Mengatasi Epidemi pada Generasi

Dalam Islam, rakyat adalah fokus utama untuk disejahterakan, termasuk anak-anak dan remaja. Mereka adalah generasi yang akan meneruskan estafet perjuangan dan penerapan Islam di masa mendatang. Oleh sebab itu, ketika ada epidemi baru seperti tren mata minus yang akan mengancam generasi, negara Islam akan segera mengatasinya dengan sebaik-baiknya.

Islam punya mekanisme tersendiri dalam menangani penyakit yang tersebar di masyarakat, baik dalam lingkup endemi, epidemi, hingga pandemi. Dalam masalah mata minus pada anak-anak, negara Islam akan mengatasinya sebelum penyebaran meluas dan melakukan penanganan yang tepat sebelum parah. Ditambah lagi, jika mata minus disebabkan gagdet. Negara akan menyediakan bahan makanan yang bergizi, khusus untuk mata.

Negara Islam akan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara yang bijak menggunakan teknologi demi menjaga kesehatan mata. Negara sadar akan fungsinya sebagai pengurus rakyat. Rasulullah saw. bersabda, “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Jelaslah hanya Islam satu-satunya sistem hidup yang peduli terhadap rakyat, termasuk dalam hal kesehatan mata generasi.

Wallahu ’alam bishawaab. []

AS dan Tudingan atas Sistem Kerja Paksa Nikel RI, Ada Apa?

Sistem kerja di era kapitalisme sering menimbulkan masalah karena prinsip dasar dari kapitalisme yang ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sistem ketenagakerjaan tambang di Indonesia kembali mendapat sorotan. Pasalnya, terdapat laporan dari Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) atau US Department of Labor (US DOL) bahwa industri nikel di Indonesia menerapkan kerja paksa pada warga negara asing (WNA) asal Cina yang direkrut untuk bekerja di Indonesia. Hal ini ditandai dari upah yang lebih sedikit dari yang dijanjikan, sementara waktu kerja yang diterapkan lebih panjang. Selain itu, paspor mereka juga disita, upah dipotong secara sewenang-wenang, serta terjadi kekerasan fisik dan verbal jika mereka melakukan kesalahan.

Menanggapi tuduhan ini, Asosiasi Penambang Indonesia atau Indonesian Mining Association (IMA) membantah keras. Sebagaimana yang disampaikan Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia yang diberitakan di bloombergtechnoz.com (28-9-2024) yang menurutnya tuduhan itu tanpa sumber dan data yang jelas sehingga sulit dipercaya. Hendra juga mengungkapkan tidak ada dari anggotanya yang melakukan praktik seperti yang dituduhkan.

Tuduhan itu juga dianggap isapan jempol semata, karena tidak jelas menyebutkan di bagian mana terjadinya sistem kerja paksa. Apakah di industri pertambangannya, pengolahan, pemurnian, atau pengangkutan? Bahkan pihak IMA siap berdiskusi dengan pemerintah dan pihak yang menuduh terjadi sistem kerja paksa jika diperlukan untuk menjawab apa yang dituduhkan.

Potensi Nikel di Indonesia

Terlepas dari hiruk pikuk tuduhan sistem kerja paksa di pabrik nikel RI, potensi nikel di Indonesia memang cukup besar dan menggiurkan bagi para kapitalis sejati. Nikel Indonesia adalah terbesar di dunia, dengan dominasi hampir 23% cadangan nikel dunia, senilai dengan 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam nikel.

Dunia juga mengenal Indonesia sebagai negara produsen nikel terbesar. Beberapa wilayah di Indonesia seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dan Papua Barat merupakan wilayah dengan cadangan nikel yang besar. Dengan adanya pertambangan nikel dan hilirisasinya, diduga dapat meningkatkan nilai ekonomi, lapangan kerja, dan kemandirian energi nasional. Karena pada dasarnya, nikel dapat diolah menjadi berbagai produk yang memiliki nilai tambah seperti stainless steel, baterai kendaraan listrik, NPI (Nikel Pig iron), dan feronikel.

Dengan potensi nikel yang besar ini, memungkinkan bagi Indonesia menarik banyak investor dari berbagai negara untuk berinvestasi pada pertambangan nikel. Meski seharusnya, dengan potensi nikel Indonesia mampu menyejahterakan seluruh rakyatnya jika dikelola dengan mandiri dan dikembalikan hasilnya kepada rakyat sebagai pemilik kekayaan alam ini.

Selama ini, yang bermain dalam pertambangan nikel setidaknya ada 10 perusahaan besar. Sebagaimana yang diberitakan di cnbcindonesia.com (18-8-2023) tak tanggung-tanggung 90% pabrik-pabrik hilirisasi nikel di Indonesia bekerja sama dengan Cina. Maka sangat wajar jika pabrik tersebut mengimpor tenaga kerja dari Cina alih-alih mempekerjakan warga negara RI sendiri.

Baca: Hilirisasi Nikel, Untung atau Buntung?

Perebutan Kuasa Tambang Nikel Indonesia

AS sebagai negara adidaya dunia akan memastikan kekuasaannya terhadap negara-negara jajahan tidak berkurang. Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Setelah penguasaannya atas tambang emas di Papua, AS tidak akan berhenti dan cukup puas dengan perolehan emasnya saja. Karena Indonesia dikenal kaya dengan sumber daya alam tambang dan lainnya. AS sebagai negara kapitalis nyata akan memeras sumber daya alam di negara yang dikuasainya hingga tetes darah terakhir. Maka nikel dengan potensi besarnya di Indonesia tak akan luput dari incarannya.

Meski apa yang dilakukan US DOL seolah-olah menjelaskan keberpihakannya pada tenaga kerja Cina, tetapi ini bisa menjadi salah satu strategi menggeser peran Cina dalam pertambangan nikel di Indonesia. AS berharap dengan mencuatnya kasus ini, Cina bisa mempertimbangkan pengiriman tenaga kerjanya ke Indonesia. Jika tenaga kerja Cina berkurang, maka lambat laun AS akan bisa menggeser dominasi Cina atas tambang nikel Indonesia. Apakah ini berarti menguntungkan Indonesia karena semakin banyak tenaga kerja yang terserap dengan hengkangnya tenaga kerja Cina? Bisa jadi dari sisi terserapnya tenaga kerja memang menguntungkan tenaga kerja Indonesia, tetapi dari sisi kesejahteraan tenaga kerja akan sama saja.

Sistem Kerja era Kapitalisme

Prinsip dasar pada kapitalisme adalah mengeluarkan dana sekecil-kecilnya untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Prinsip ini tidak akan berubah bagi negara yang mengemban ideologi kapitalisme. Maka sudah menjadi hal biasa jika sistem ketenagakerjaan hari ini penuh dengan masalah. Mulai dari upah kerja yang tidak sesuai dengan beban kerja, waktu kerja yang panjang, jenis pekerjaan yang dilakukan, hingga masalah kontrak kerja. Hingga diperlukan adanya syarikat pekerja atau lembaga-lembaga lain yang menaungi para pekerja. Juga perlu adanya hari khusus untuk pekerja dalam mengaspirasikan pendapatnya. Jika diperinci lebih detail persoalan-persoalan ini akan semakin berkembang dan menyengsarakan para pekerja.

Sistem Kerja dalam Islam

Sistem Islam yang sempurna telah mengatur masalah ketenagakerjaan dengan lengkap. Sebagaimana dalam Kitab Nidham al-Iqtishadi fi al-Islam karangan Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dijelaskan berkaitan dengan kerja seorang pekerja. Sebelum terjadi kontrak kerja, maka perlu dijelaskan berkaitan dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan, waktu kerja, gaji (upah) kerja, dan tenaga yang dicurahkan saat bekerja.

Berkaitan dengan jenis pekerjaan, Islam hanya mengizinkan seseorang bekerja untuk pekerjaan yang halal dilakukan. Sementara untuk pekerjaan yang haram dilakukan, maka seseorang juga tidak boleh dikontrak untuk melakukan kerja tersebut. Misalnya menjadi pencatat transaksi ribawi (kasir bank), memerah anggur hingga proses terbentuknya khamar, dan sebagainya.

Untuk waktu kerja juga harus disebutkan dengan jelas. Apakah harian, mingguan, bulanan, atau dikontrak untuk bekerja selama satu tahun. Begitu juga ketika bekerja dalam sebuah pabrik atau perusahaan, maka juga ditentukan batas waktu kerja hariannya hingga tidak menimbulkan masalah atas akad kerja yang dilakukan.

Selain waktu kerja, gaji juga harus dijelaskan dengan tegas hingga tidak ada keraguan atau ketidakjelasan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, “Apabila salah seorang di antara kalian mengontrak (tenaga) seorang pekerja, maka hendaknya ia memberitahukan kepadanya gajinya" (HR. Ad-Daruquthni).

Upah ini harus dijelaskan dan menjadi pemahaman bersama antara pekerja dan orang yang mempekerjakan sehingga tak ada sengketa dikemudian hari. Makruh hukumnya jika mempekerjakan seseorang sebelum disepakati upahnya, terlebih persetujuan gaji karena keterpaksaan karena tidak ada pilihan lain sebagaimana yang terjadi hari ini.

Khatimah

Sistem kerja di era kapitalisme sering menimbulkan masalah karena prinsip dasar dari kapitalisme yang ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Berbeda dengan Islam yang menempatkan akad kerja berdasarkan rida kedua belah pihak dan harus memenuhi hukum-hukum syariat. Akad kerja dalam Islam tidak hanya memberikan manfaat pada orang yang memperkerjakan saja, tetapi juga menjamin hak para pekerja. Sistem kerja dalam Islam ini hanya bisa terlaksana jika ada daulah yang menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu'alam bishawab. []

Rere, sang Turbo NP

Gelar Turbo disematkan pada Rere agar dia bergerak lebih aktif, berlari lebih kencang, dan mengeksekusi naskah lebih gercep lagi

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Kecantikan adalah kekuatan dan senyuman adalah pedangnya". (John Ray)

Senyuman manis itu selalu mengembang di wajahnya, dan sapaan hangat pun terlontar dari lisannya kala berjumpa. Menandakan ia seorang yang ramah, baik hati, dan bersahaja. Itulah kesan pertama yang kurasakan saat bertemu dengan sosok wanita muda ini. Meski melihatnya hanya secara live virtual di ruang Zoom saat rapat atau menyaksikannya di channel YouTube NP ketika ada event. Namun, kami sangat intens komunikasi via WA di grup kerja, Program Sharing Ilmu.

Perkenalan Singkat dengan Rere

Rere biasa aku menyebutnya. Sebuah nama yang mudah diingat, enak didengar, dan terkesan lebih akrab. Secara usia kami memang terpaut sangat jauh. Rere bilang aku sepantar dengan mamanya. Oleh karena itulah, Rere memanggilku bunda. Mungkin dengan menyapaku begitu, ia merasa lebih nyaman. Aku welcome saja, dan i like that’s nice.

Layaknya seorang bunda kepada anak-anaknya, aku menyayanginya. Sama rasa sayangku kepada yang lainnya. Rasa sayang yang telah Allah perintahkan untuk disemai kepada sesama insan di dunia ini. Selaras dengan tutur Rasulullah saw. yakni, “Barang siapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tidak akan disayangi.” (HR. Al-Bukhari No. 328). Harapanku, semoga dengan sejumput rasa sayang itu Allah melimpahkan keberkahan dan pahala untuk Rere, dan kita semua.

Bagi para penghuni Konapost, Rere bukanlah sosok yang asing. Pasalnya ia salah satu personil Tim Redaksi yang mendapat tugas sebagai Admin Konapost bersama dua rekannya, Dia dan Ragil. Di samping, amanahnya sebagai editor naskah, menulis, dan lain-lain, Rere sesekali menyambangi penghuni Konapost, terutama bila kena colek, pasti nongol dengan gaya khasnya yang ceria, tak lama muncul emoticon senyum atau ketawa. Wuih... Re!

Oya, sahabat, ada untaian syair mengatakan, Menaruh bunga di atas cawan. Cawan emas bersulam benang. Alangkah elok jika kenalan. Agar kita semakin sayang. Nah, agar saling mengenal dan makin sayang. Aku mau kasih bocoran tentangnya.  Nama aslinya Renita, S.Pd. Julukan sehari-hari disapa Rere. Ia seorang istri dan ibu bagi kedua anaknya. Dengan motto, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Nah, itulah sekilas tentangnya 

Berawal dari Kontributor Tetap

Debut awal keberadaannya di NarasiPost.Com sama seperti penulis pada umumnya, yaitu dengan mengirimkan naskah ke meja redaksi Ibu Andrea. Meski baru pertama mengirimkan naskah, tetapi karena naskahnya bagus dan memenuhi standar NP selang satu jam kemudian publish. Masyaallah. Sejak itu Rere dimasukkan ke komunitas Kontributor NarasiPost.Com. Seiring itu pula ia rajin menyetorkan naskahnya. Suatu ketika naskahnya menjadi naskah terbaik kedua di rubrik opini dan mendapatkan reward pertamanya. Berangkat dari sini kemudian Rere dipinang menjadi Kontap di NarasiPost.Com oleh pucuk pimpinan NP, yakni Ibu Andrea.

Di mata NP, Kontap itu adalah wadah rujukan bagi para penulis lain. Jadi tulisan yang dihasilkan harus benar-benar berkualitas, kompeten, analisis yang tajam, zero kesalahan KBBI, EYD, bebas tipo dan seterusnya. Maka Rere pun dituntut untuk selalu meng-upgrade diri dan berprogres. Menaklukkan berbagai rubrik genre mengharuskannya keluar dari zona nyaman. Pada lain waktu, ia mendapat amanah menjadi mentor saat sharing ilmu kepenulisan di grup Kontap.

Rere Bergabung dengan Tim Redaksi

Sebelumnya, sempat vakum kurang lebih enam bulan dari NP, Rere kembali menjejakkan kiprahnya di dunia literasi. Ia pun mendapatkan tawaran mengedit buku antologi opini, yang kemudian mengantarkannya menjadi bagian Tim Redaksi NarasiPost.Com, ia mendapat amanah sebagai editor naskah, editor buku, admin Konapost, moderator, dan menjadi petugas acara dan panitia di beberapa event besar yang diselenggarakan NP.

Selain piawai menulis Opini, ia juga terlatih menajamkan penanya pada naskah Medical, WorldNews, Family, Teenagar, dan akan merambah ke genre lainnya. Ada lagi, semenjak website NP membuka kesempatan kepada seluruh admin editor untuk langsung mengedit tulisan di sana, Rere sudah mampu mengedit sekaligus membuat image untuk naskah yang akan di-publish-nya. Alhamdulillah, bertambah lagi satu nikmat. Semangat bertumbuh dan terus berkarya ya, Re!

Ada jamak prestasi yang telah diraih Rere selama berada di NP di antaranya menjadi pemenang The Best of September 2021 pada rubrik Medical dengan judul, Implan Payudara untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Wanita, Bolehkah? Menjadi editor beberapa buku antologi di antaranya, Mengukir Asa untuk Perubahan yang merupakan buku berisikan kumpulan tulisan opini terbaik NP. Buku antologi, Selaksa Sukma, buku solo Mbak Isty Da’iyah dengan judul, Jejak Karya Impian, dan lain-lain.

Salut padamu Re, you are great.  Menjadi seorang editor naskah dibutuhkan kejelian, ketelitian, dan kesabaran dalam mengedit sebuah naskah. Namun begitu, manakala akad telah disepakati maka engkau akan melaksanakan amanah sebaik-baiknya. Teruslah bergerak, lakukan lompatan-lompatan tak terduga, sehingga membuat mata memandangmu penuh dengan rasa bahagia dan kesyukuran.

https://narasipost.com/story/06/2024/kisah-tentang-si-siput-turbo/

Sebagai admin dan pengampu Konapost Rere memang agak kalem ya. Terkadang enggak muncul sama sekali di Konapost alias ghosting. Entah di balik layarnya lagi sedang apa? Kadang aku bertanya dalam hati, Rere ke mana ya? Apakah mungkin si Rere sedang sakit atau bagaimana? Mengingat Rere punya rekam medis riwayat Gerd. Bisa jadi, alasan itu pula yang membuatnya terkadang jarang hadir menyapa sahabat Konapost. Tetapi kondisi sebenarnya hanya Rere yang tahu. Enggak boleh suuzan. Betul ‘kan, Re?

Jika boleh bunda berpesan buat Rere, selalu jaga kesehatannya ya. Sebab, betapa berharganya kesehatan itu, bagaikan harta yang enggak bisa dibeli sebanyak apa pun uang kita. Well, Rere jangan malu-malu ya menyapa kami penghuni Konapost dengan jurus andalannya 3 S (salam, sapa, dan senyum). Keluarkan saja jurus cerianya. Biar rasa rindu kami terobati. Rere pasti rindu juga ‘kan sama sahabat Konapost? Biar gelar siput jadi kabur, eh. Hahaha.

Serapat Selembar Kertas, Aku dan Rere

Lalu, jika ada yang bertanya? Sedekat apa aku mengenal Rere. Pastinya, seumpama lembaran-lembaran buku yang saling melengkapi dan mengisi. Selayaknya, warna kehidupan, kadang tertera di atasnya lukisan tinta bahagia, kesedihan, canda juga tawa atau sekedar sapa rindu. Di sini kadang kami saling menguatkan dan mengingatkan. Afwan ya untuk kisahnya sendiri, enggak boleh diumbar, cukuplah menjadi catatan hati masing-masing. Bukankah salah satu kewajiban orang beriman menutup aib diri terlebih orang lain? Kecuali yang biasa tampak.

“Assalamualaikum, Re. Gimana kabarmu sayang?”

“Alhamdulillah, Bun. Aku dan anakku sedang sakit, Bunda. Mohon doanya ya, Bundaku sayang.”

Duh, terenyuh hatiku mendengarnya sakit.

“Re, jika saja dekat, Bunda akan menengokmu, tapi apa daya, jauh, Bunda berdoa saja” gumamku.

Sejak menjadi bagian warga Konapost, aku sudah tahu itu adalah Rere. Tetapi mengenalnya lebih dekat setelah diriku nyemplung di jajaran Tim Redaksi. Oleh ibu pemred kami didudukkan bersama dalam satu Tim Program Sharing Ilmu untuk mengelola program-program atau sharing ilmu yang nantinya disuguhkan kepada sahabat Konapost maupun di grup Sharing Ilmu. Maka jangan heran jika menemukan namaku ada terpampang di deretan admin di grup Sharing Ilmu. Meski aku sendiri sudah menjadi mantan adminnya.

Bermula dari situ, kedekatan di antara kami bertiga makin terjalin manis. Rere, Dia Dwi dan aku sering berdiskusi membicarakan terobosan apa lagi yang perlu diluncurkan atau sekadar bagi-bagi tugas. Semisal membuat soal ujian KBBI, melaksanakan ujian KBBI hingga memeriksanya. Mengundang para pemateri untuk sharing ilmu, yang bisa diambil dari Tim Redaksi, Tim Penulis Inti atau dari sahabat Konapost. Para admin Konapost secara bergiliran menyapa hangat sahabat Konapost agar komunikasi tetap terjalin, menjadi hidup dengan jokes ringan, atau sekadar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar dunia tulis-menulis dari sahabat Konapost.

Meski hanya sebentar berkumpul dengan Rere dan Dia di Tim Program. Tentu banyak pengalaman berharga dan kesan yang tak terlupakan. Rasanya sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata. Bagiku setiap orang yang hadir di ruang hatiku begitu spesial, unik, dan istimewa. Dan aku selalu mengambil kebaikan dan pelajaran darinya.

Satu prinsip yang sangat kupegang teguh, aku tak berhak membanding-bandingkan antara satu sahabatku dengan sahabat lainnya. Sebab, Allah telah menghadirkannya di hadapanku sepaket dengan segala kelebihan dan ketidaksempurnaannya, termasuk Rere si pemilik gelar sang Turbo NP.

Seuntai Pesan untuk Rere

Kita semua tahu, tidak mudah, berada di jajaran Tim Redaksi NP kecuali orang-orang pilihan yang telah Allah persiapkan bisa berada di situ. Maka bersyukurlah, karena engkau telah menjadi bagian orang pilihan tersebut. Terus kepakkan sayap-sayap dakwahmu, hingga membentang indah nun di atas cakrawala.

Semoga dengan adanya dakwah literasi NP dan hadirnya orang-orang tangguh yang tiada lelah membersamai NP membuat dakwah syariah nan ideologis ini makin membentang dari ufuk barat hingga timur. Sehingga banyak orang di luar sana tercerahkan pemahaman Islamnya secara kaffah. Insyaallah. Tetap semangat ya, Re!

Dengan karakter kepemimpinan ibu pemred perfeksionis, tegas, kreatif, inovatif, disiplin, gercep dalam eksekusi naskah atau program, itu semata-mata untuk mendidikmu. Bersabarlah dalam menjalani setiap proses. Teruslah engkau belajar di sampingnya. Berjalanlah beriringan menaklukkan segala rintangan, kuatkan tekad demi mencapai asa. Jadilah engkau laksana turbo yang melesat, gesit dalam menjalankan amanahmu di NP. Laksanakanlah dengan hati gembira. Insyaallah pekerjaanmu akan terasa ringan. So, it’s like a turbo whose power is unbeatable.

Mengapa laksana turbo, Bun? Begini, sedikit cerita ya. Turbo adalah gelar yang disematkan oleh ibu pemred kepadanya. Sebagai bentuk dorongan atau motivasi agar bergerak lebih aktif, berlari lebih kencang dan mengeksekusi naskah lebih gercep lagi. Jadi bukan bergerak seperti siput yang lamban. Namun, ada hal yang aku suka dari Rere, sikapnya yang tenang, tidak mudah tersinggung, murah senyum paling ketawa saja, seminimalnya diam kalau disapa oleh ibu pemred. Di balik kesan mojok-nya, ada kelembutan sekaligus ketegasan dalam memberikan nilai saat challenge tiba. Enggak ada istilah toleransi sesama teman, jika memang kualitas tulisan itu jelek dan banyak kesalahan KBBI dan lain-lainnya, maka nilainya rendah. Terbukti beberapa kali naskahku gugur atas penilaiannya. It’s oke, no problem jika benar adanya. Bunda akan belajar menulis lebih keras lagi. Insyaallah. Don’t lose heart.

Tiada Yang Luput dari Penilaian Allah

Sense of Belong. Sepertinya ini perlu menjadi perhatian bersama. Tidak hanya terpaku pada Tim Redaksi, Tim Penulis Inti, tetapi seluruh penghuni Konapost terutama diriku sebagai orang yang bertumbuh, belajar, dan berkarya pena melalui NP untuk lebih peduli pada naskah-naskah yang telah di-publish oleh NP untuk menyebarluaskan lagi di akun medsos seperti FB, IG, WA atau grup keluarga, grup RT, atau komunitas lainnya.

Karena naskah bukan hanya sekadar publish, setor laporan, tugas selesai, hati pun senang. No, bukan mencukupkan diri begitu! Tetapi turut membagikan konten dakwah dengan seluas-luasnya tanpa batas. Allah Swt. berfirman di surah An-Nisa ayat 63, “Berilah mereka nasihat dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.”

Sudahkah kita menebarkan naskah-naskah dakwah kita? Ataukah hanya menjadi pemanis laporan di atas handphone usang. Berpikirlah, betapa bahagianya hati melaksanakan dan menyebarkan dakwah literasi lewat dunia maya. Ikhlaslah, kita tak pernah tahu di luar sana banyak mereka yang merindukan tulisan-tulisan kita.

Ulama tersohor Imam Syafi’i telah menuturkan, "Amalan yang paling berat ada tiga hal, yaitu dermawan ketika susah, wara’ saat sendiri, dan mengatakan kebenaran di hadapan orang yang ditakuti.” (Syifah ash-Shafwah, 2/167)

Percayalah, sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, meski hanya sekadar mengunjunginya, berkomentar lalu turut meng-share. Insyaallah, keberkahan dan pahala telah Allah sediakan untukmu. Amal jariahmu pun terus mengalir selamanya. Rasakanlah di ruang hatimu ada desiran kebahagiaan manakala telah berbuat kebaikan. Life is a journey from Allah to Allah. Wallahu a’lam bishawab.[]