Cahaya di Ruang Hati
Jujur saja, ada setitik sendu menggelayuti ruang hati. Sendu yang tak terpinta. Aku berusaha menenangkan jiwaku. Membuka kembali lembar demi lembar Al-Qur’an.
Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com & Pengembara Literasi)
NarasiPost.Com-Rasa kantuk terus menyerang kedua bola mataku. Dengan sekuat tenaga aku berusaha melawannya, dengan sedikit lunglai berbaring di antara tumpukan buku-buku bacaan. Tangan kananku pun menyentuh salah satu buku yang sudah menjadi kebiasaanku di tahun-tahun terakhir ini menjadi sahabat tidurku.
Di antara kesadaran yang hendak melayang ke alam mimpi. Tiba-tiba putri sulungku datang menghampiriku. “Mamah, Nenek sudah rapi pakai kerudung, sepertinya sudah siap pergi. Apakah Mama yang akan mengantar ke pasar?” tanya putriku.
Seketika menyadarkanku dan membuat bola mataku membulat. Dan beranjak bergegas turun ke lantai bawah.
Mengantar Ibunda ke Pasar
Iya, pagi ini aku akan mengantar ibundaku ke pasar berbelanja untuk membeli segala keperluan dapur. Sejak kemarin sore beliau sudah mengingatkanku agar berbelanja. Aku menyanggupinya. Ibundaku sangat gembira, ia membeli semua keperluan dapur yang dibutuhkan. Ibundaku belanja banyak. Ramadan kali ini agak berbeda. Beliau menghabiskan waktu bersamaku di kotaku saat ini. Ada rona bahagia terpancar di wajahnya. Aku begitu gembira dengan kehadiran ibundaku. Rumahku tidak lagi sepi. Alhamdulillah. Mungkin aku adalah salah satu orang yang paling beruntung di dunia ini. Kenapa? Ibundaku sangat menyayangiku bagaikan anak kandungnya meski cuma seorang menantu. Aku dapat merasakan ketulusan dan kasih sayangnya di saat-saat melewati hari-hari bersama ibundaku.
Masyaallah tabarakallah. Betapa aku bahagia memilikimu, Bu. Syukron Ya Rabb, Engkau telah mengirimkan ibunda padaku. Malaikat tak bersayap tapi cintanya tiada bertepi padaku. Iya sebentuk cinta dari-Nya selamanya.
Berita Duka dari Seberang
Setelah meletakkan semua barang belanjaan. Aku segera melihat ponselku. Apakah ada pesan yang masuk. Benar saja. Ada pesan yang masuk yang menginfokan bahwa pertemuan rutin hari ini dilaksanakan di pukul 08.00 WITA lebih awal dari jadwal yang biasa kami sepakati. Kulirik jam tangan di depan sudah lewat tujuh menit.
https://narasipost.com/syiar/04/2024/alquran-di-sisi-kita/
Ya Allah Ya Kareem, setelah aku memeriksa semua ponsel genggam dan membaca chat-chat itu. Aku pun terduduk lemas. Mataku masih menatap pesan-pesan yang disampaikan di seberang sana. Ingin rasanya aku menumpahkan air mata tapi enggak bisa. Ada apakah gerangan?
Hanya lisanku terus menderaskan istigfar. Pikiranku kembali mengingat sebuah kesalahan yang pernah aku lakukan di waktu lalu di mana nantinya bila tidak bisa memperbaiki akan mendapatkan hukuman. Aku tidak akan membela diriku, percuma. Karena kesalahan memang ada padaku. Aku harus siap dengan konsekuensi yang akan diberikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kelalaian amanah yang diembankan padaku. Aku pun menyesalinya.
Aku seolah berada di lautan yang tiada bertepi. Menyaksikan deburan ombak terus menggulung hingga ke tepian. Menatapi sinar matahari yang terus meninggi. Semburat cahaya panasnya menerangi ke seluruh bumi. Cerah alamku pagi ini. Kutetap mensyukurinya. Tapi sedikit koreksi pada diriku sendiri, mengapa untuk kesekian kali masih berbuat kesalahan.
Begitulah kicauan berita pagi ini di saat kebahagiaanku melayani ibundaku pergi ke pasar. Di saat yang sama berita suram datang dari sahabatku di seberang sana. Sungguh, sedikit mengacaukan hati dan perasaanku. Lalu kubisikkan kata ajaib, “Bersabarlah wahai diriku, tetaplah tenang, insyaallah semua akan baik-baik saja.”
Menangislah agar Lega Hatimu
Senyuman selalu terurai, ceria dan ramah adalah ciri khasnya. Apatah lagi saat berkumpul keluarga tercinta di ruang makan atau sekadar ngobrol santai di ruang keluarga. Namun, di balik semua itu, ia berharap tak seorang pun tahu apa yang dirasakan hatinya di menit itu. Agar kesedihannya tak terbagi. Cukuplah Allah saja yang tahu.
Jujur saja, ada setitik sendu menggelayuti ruang hati. Sendu yang tak terpinta. Aku berusaha menenangkan jiwaku. Membuka kembali lembar demi lembar Al-Qur’an. Membacanya dan terus membacanya. Kali ini netraku mulai terasa panas. Setetes demi setetes air mata itu pun jatuh membasahi sajadah tua.
Aku tidak marah atas kejadian yang menimpaku pagi itu. Aku hanya merenungi betapa ujian-Mu tiada pernah berhenti melintas di setiap desahan napas hamba-Mu. Ujian yang selalu datang menyapa silih berganti hanya beda tema di setiap episodenya. Dan ini sunatullah. Satu yang terus kupinta pada-Mu ya Rabb. Ridakan diriku atas kada-Mu. Legakan kalbuku dengan indah-Nya kalam-Mu. Membiarkan lubuk hatiku yang paling dalam kembali disiram dengan ayat-ayat-Nya tentang pertobatan. Melebur dosa dan khilaf yang kerap mewarna. Sehingga hati ini dapat menemukan fitrahnya kembali.
Tiada jemu berharap Allah terus memeluk diri dalam dekapan-Nya yang hangat. Memberikan ketenangan sukma, kedamaian, dan keteguhan di dalam hati. Menjauhkan dari perkara-perkara yang bisa menggoyahkan hati. Ikhlas menerima takdir yang di luar kehendak diri sebagai hamba-Mu.
Duhai Allah, di detik-detik berakhirnya Ramadan yang suci. Menyendiri dalam sepinya ruang belajarku adalah hal yang terbaik. Membaca tiap baris ayat-ayat suci Al-Qur’an secara perlahan, merenungi dan meresapi tiap-tiap untaian makna yang terkandung di dalam-Nya. Semoga dengan ini Allah mencintaiku dan terus mencintaiku dan kebahagiaanku kembali memelukku.
Kitabullah Lilin Penerang
Sungguh bermohon hanya kepada Allah, menggantungkan segala harapan dan pengampunan hanya kepada Dia Sang Pemilik hati. Maka tak akan pernah kecewa. Allah menghadirkan Al-Qur’an sebaik-baik petunjuknya, cahaya hati penawar duka yang terkadang menyapa di dalam dada tiba-tiba. Bukankah Allah telah berjanji bagi siapa saja yang senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an, cucuran rahmat, hidayah, dan keberkahan hidup akan terlimpah padanya.
Pesan cinta-Nya di surah Yunus ayat 57 yang berbunyi, “Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran Al-Qur’an dari Tuhanmu sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.”
Dalam ayat lainnya di surah Ali Imran ayat 31 firman-Nya:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya, “Katakanlah Muhammad, 'Jika engkau mencintai Allah, ikutilah Allah, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Tiadalah Allah menyuruh kita untuk terus berbuat baik dan bersangka baik atas segala ujian yang menyapa di kehidupan fana ini kecuali Allah akan mendatangkan kebaikan setelahnya. Ya, bersabarlah wahai diri, Allah bersamamu.
Istikamah Cintai Al-Qur’an
Semoga Allah senantiasa meluahkan kesempatan bagi diri ini berdampingan hidup dengan kitabullah. Istikamah selamanya bersama Al-Qur’an. Meringankan lisan ini melantunkan indahnya Al-Qur’an. Mencintai Al-Qur’an melebihi dari buku apa pun di dunia ini. Membawanya selalu ke mana pun pergi. Menjadi pakaian terindah di setiap waktu. Kumohon ya Rabb, Al-Qur’an tak hanya menjadi sahabat setiaku di alam kubur nanti tetapi juga menjadi hujjah di yaumulhisab kelak. Di saat-saat tak seorang pun yang bisa membelaku di hadapan-Mu kecuali Al-Qur’an. Wallahu a’lam. []