Terjebaknya kapal Ever Given di arteri maritim dunia ini menyebabkan alur distribusi logistik dunia tersendat. Kerugian yang dialami ditaksir mencapai US$ 14-15 juta per hari dengan kurs per US$ 1 seharga Rp 14.520.
Oleh : Nay Beiskara
(Kontributor Media)
NarasiPost.Com-Foto satelit milik Maxar Technologies memperlihatkan kapal kargo raksasa MV Ever Given tersangkut dengan posisi melintang pada Selasa (23/3/2021) di Terusan Suez, Mesir. Peristiwa ini menjadi viral di media sosial setelah kata "Suez" menjadi trending topic di twitter karena telah ditwit sebanyak 421 ribu kali (Kompas.com, 27/3/2021). Akibatnya, sekitar 200 lebih kapal yang melintas di jalur perdagangan laut internasional ini terpaksa harus mengantre.
Kompas.com (27/3) menginfokan dari The Guardian bahwa kapal setinggi 1.300 kaki ini telah kehilangan kemudi di tengah angin kencang berkekuatan 40 knot dan badai debu. Hal ini disampaikan oleh Otoritas Terusan Suez (SCA) pada Rabu (24/3/2021).
Hal senada dikabarkan oleh Detik.com (29/3/2021). Namun, portal berita online ini menambahkan, sebagaimana dinyatakan oleh Jenderal Osama Rabie, bahwa kondisi cuaca yang ekstrim bukanlah alasan utama kapal raksasa itu kandas dan tersangkut. Diduga kuat terdapat faktor human error. "Mungkin ada kesalahan teknis atau akibat manusia," ujar kepala Otoritas Terusan Suez ini ketika diwawancarai.
Untuk mengatasi krisis Suez ini, otoritas setempat berupaya untuk segera mengevakuasi kapal itu. Namun, proses evakuasi ini diprediksi akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Beberapa perusahaan dari negara-negara besar turut mengirimkan timnya untuk membantu.
Salah satunya adalah Smit Salvage. Perusahaan Belanda ini menyatakan butuh waktu berhari-hari atau berminggu-minggu agar kapal berbendara Panama milik Taiwan ini bergeser kembali. CEO perusahaan Belanda, Peter Berdowski mengungkapkan bahwa kapal berbobot 224.000 ton ini layaknya paus berat yang terdampar di pantai. "Saya tidak mau berspekulasi, tapi bisa memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu," ujarnya seperti dikutip Kompas.com (26/3/2021) dari AFP.
Pengerahan sejumlah kapal tunda (tug boat), kapal keruk, dan ekskavator untuk membantu proses evakuasi ini pun dilakukan. Kapal tunda merupakan kapal yang biasa digunakan untuk melakukan manuver/pergerakan. Tugas utamanya adalah menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Selain itu, jenis kapal ini biasa membantu kapal-kapal yang mengalami kerusakan.
Setidaknya terdapat 14 kapal tunda yang dikerahkan demi misi meyelamatkan Ever Given (Beritasatu.com, 28/3/2021). Detik.com (29/3) menambahkan, upaya ini dilaksanakan saat kondisi air pasang pada Sabtu (27/3). Pengerukan tepi kanal pun dikerjakan pada hari yang sama guna membersihkan pasir dan lumpur dari haluan kapal.
Selain itu, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi telah memerintahkan timnya dalam persiapan untuk meringankan beban angkut kapal kontainer itu. Yakni, dengan memindahkan sebagian muatannya ke tepi kanal. Kapal ini tercatat mengangkut 18.300 unit.
Upaya evakuasi yang rumit selama hampir sepekan, akhirnya membuahkan hasil. Salah satu kapal terbesar di dunia ini pun dapat dibebaskan pada Senin (29/3). Jalan tol laut di Mesir ini resmi dibuka kembali. Antrean kapal di dua sisi kanal yang terjadi sejak terdamparnya 'Paus Besar' ini, akan dijadwalkan melewati kanal.
Dw.com (30/3/2021) melansir, tiga kapal pertama yang telah berhasil melalui kanal adalah kapal yang membawa hewan ternak. Selanjutnya, 113 kapal akan dijadwalkan melewati jalur ini pada Selasa (30/3). Otoritas Terusan Suez menyatakan ada sekitar 370 kapal yang siap melintasi terusan buatan ini, termasuk 25 di antaranya adalah kapal tanker minyak.
Setelah kejadian ini, Evergreen Line yang mengoperasikan Ever Given, menyatakan akan memeriksa kelayakan kapal itu dan kemudian memutuskan nasibnya.
Terjebaknya kapal Ever Given di arteri maritim dunia ini menyebabkan alur distribusi logistik dunia tersendat. Kerugian yang dialami ditaksir mencapai US$ 14-15 juta per hari dengan kurs per US$ 1 seharga Rp 14.520.
Otoritas Mesir meminta ganti rugi atas krisis Suez selama enam hari itu sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 14,5 triliun (Liputan6.com, 2/4/2021). Hal ini disampaikan oleh Rabie kala diwawancarai saluran televisi lokal, Sada Elbalad, pada Rabu malam (31/3/2021).
Bisnis.com (28/3/2021) melansir, sekitar 12 persen perdagangan global bergerak melalui jalur air ini. Keterlambatan distribusi pasokan karena kemacetan yang terjadi mengakibatkan sejumlah barang mengalami kelangkaan. Seperti minyak mentah, kopi, furnitur, hingga tisu toilet.
Bagi Indonesia sendiri, dampak dari adanya kemacetan di Terusan Suez tidak signifikan. Pasalnya, arus ekspor impor ke kawasan Eropa hanya 8,5% saja. Namun, tetap berpengaruh pada keterlambatan beberapa komoditas seperti mesin mekanik, kimia organik, kelistrikan, plastik, besi baja, hingga komponen kendaraan (Detik.com, 29/3/2021).
*Dari berbagai sumber[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]