“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. at-Thabrani)
Oleh: Dila Retta
NarasiPost.com - Dalam sebuah riwayat hadis disebutkan, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. at-Thabrani)
Namun jika diperhatikan, saat ini sangat banyak pemuda yang perilakunya menyimpang. Tidak hanya dalam perilaku, bahkan juga akidah dan keimanan. Padahal dalam Al-Qur’an jelas ditegaskan agar kita semua senantiasa tetap teguh dalam fitrah. Allah menyebutkan dalam firman-Nya:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. Ar-Rum: 30)
Maksud dari penjelasan ayat tersebut adalah agar kita teguh berjalan di atas agama Allah yaitu, Islam. Di mana Allah telah memfitrahkan manusia di atasnya dan diperintahkan agar senantiasa berpegang kepada fitrah Allah dalam bentuk iman hanya kepada-Nya semata. Tidak ada pergantian bagi ciptaan dan agama Allah. Inilah jalan lurus yang menyampaikan kepada rida Allah, Tuhan semesta alam dan surga-Nya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui bahwa apa yang diperintahkan adalah agama yang haq, bukan selainnya.
Tapi mengapa masih banyak dari mereka yang melakukan tindakan menyimpang dari fitrah? Tidakkah mereka mengerti apa yang telah diajarkan dalam agama Islam? Ya, inilah awal permasalahannya.
Banyak di antara kita yang masih belum memahami dengan benar kaidah ajaran agama Islam. Dan di antara faktor penyebabnya adalah tidak adanya tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Jika sudah memasuki usia sekolah, Ayah-Bunda langsung lepas tangan begitu saja. Padahal, perintah mendidik dan mengajarkan ilmu agama untuk keluarga itu kewajiban bersama. Telah dengan jelas disebutkan dalam QS. At-Tahrim ayat 6, Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Persis seperti penjelasan hadis di awal tadi, anak akan tetap berada dalam keadaan fitrah sampai ia fasih (berbicara). Maksudnya, jika kita ingin seorang anak tetap dalam keadaan fitrahnya, orang tua harus mengambil peran dalam mendidiknya. Mengajarkan segala hal yang berkaitan dengan keimanan dan kehidupan. Tidak lepas tangan.
Imam Al-Ghazali pernah mengatakan, “Anak merupakan amanah bagi kedua orang tua. Hatinya yang suci adalah permata yang mahal. Jika dibiasakan melakukan kebaikan maka ia akan tumbuh dalam baik dan bahagia dunia akhirat. Namun, jika dibiasakan berbuat kejelekan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.” Ada pula sebuah syair yang menyebutkan, “Pemuda-pemuda akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh bapaknya. Pemuda-pemuda tidak akan tumbuh dengan akalnya, tetapi dengan agamanya. Maka dekatkanlah ia dengan agama.”
Dari sinilah dapat kita ketahui mengenai urgensi peranan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Perilaku anak yang menyimpang dari fitrah sendiri disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
Pertama, tumbuh dalam didikan teladan yang buruk.
Kedua, tumbuh dalam lingkungan yang rusak.
Ketiga, Tumbuh dalam pergaulan yang salah.
Jika mereka telah tumbuh dalam 3 keadaan tersebut, maka tidak heran jika perlakuannya mulai menyimpang dari ajaran Islam.
Peranan orang tua pun dipertanyakan. Tanpa dasar agama, bagaimana orang tua bisa memenuhi kewajibannya? Ayah, tugasmu bukan hanya sebagai pencari nafkah. Lebih dari itu, engkau sosok utama yang menjadi panutan bagi keluarga.
Bunda, jangan pasrahkan segalanya dalam lingkungan pendidikan formal. Karena di samping teori, mereka juga butuh pengajaran mengenai empati dalam menjalani kehidupan ini. Adakah manfaat dari teori yang didapatkan, jika kelak hanya akan digunakan untuk memperdayakan seseorang, hanya karena tidak memahami tentang empati dan cara mengolah emosi?
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]