Junta Militer Kuasai Myanmar, Korban Sipil Terus Berjatuhan

"Tindakan junta militer sudah menjurus pada kejahatan kemanusiaan. Seharusnya PBB menjerat Myanmar dengan sanksi yang berdampak pada keuangan dan persenjataan mereka"


Oleh : Nay Beiskara

NarasiPost.Com-Myanmar masih bergejolak. Kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar telah berlangsung selama sebulan lebih. Tempo.co (17/3/2021) melansir bahwa dalam sebulan aksi kudeta itu banyak hal yang telah terjadi. Mulai dari Penangkapan Aung San Suu Kyi, pemblokiran internet, hingga penembakan warga sipil yang berdemo di Distrik Hlaing Tharyar, kota di pinggiran Yangon yang menjadi rumah bagi migran dan pekerja, oleh pihak militer. Korban pun terus menerus berjatuhan. Tak ayal, peristiwa ini menuai banyak kecaman dari masyarakat internasional.

Bbc.com (17/3/2021) turut mengabarkan mengenai jumlah korban yang jatuh dari kalangan warga sipil. Setidaknya per 17 Maret, sebanyak 202 orang telah kehilangan nyawa sejak militer asuhan Jendral Senior Min Aung Hlaing merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih pada 1 Februari lalu.

Ribuan warga di Myanmar memilih untuk kabur meninggalkan negaranya karena Junta telah memberlakukan status darurat militer di Hlaing Tharyar dan lima kota kecil lainnya di Yangon di bawah status darurat militer. Kemudian menyusul aksi anti kudeta yang menewaskan lebih dari 40 orang pada akhir pekan lalu (Cnnindonesia.com, 17/3/2021). Seorang warga menyatakan pada Reuters bahwa wilayah itu bagaikan zona perang. Pasukan keamanan menembak di mana-mana. Sebagian besar warga memilih berdiam di rumah karena terlalu takut tuk keluar.

Akibat pemberlakuan status darurat ini, petugas medis mengalami kesulitan dalam memberikan perawatan bagi korban yang terluka saat demontrasi berlangsung. Dua dokter tak dapat memasuki wilayah itu karena pasukan keamanan Myanmar menutup akses masuk ke sana.

"Kami diberi tahu kemungkinan puluhan lainnya tewas di #HlaingTharYar hari ini. Kendaraan darurat tidak dapat mengakses daerah itu karena ditutup," ujar kepala kelompok Forty Righst Matthew Smith.

Tom Andrews (Pelapor Khusus PBB), sebagaimana dilansir oleh liputan6.com (16/3/2021), menyatakan kesedihannya yang mendalam melihat pertambahan korban demontrasi berdarah di Myanmar. Ia ingin agar junta militer di penjara. "Pemimpin junta harusnya tidak berada pada kekuasaan, mereka mestinya berada di balik jeruji besi," ujar Andrews seperti dilaporkan UN News, Selasa (16/3/2021).

Ia juga menyatakan bahwa tindakan junta militer sudah menjurus pada kejahatan kemanusiaan. Ia menyarankan agar PBB menjerat Myanmar dengan sanksi yang berdampak pada keuangan dan persenjataan mereka.

Antonio Guterres selaku pemimpin PBB meminta agar dunia internasional bersatu untuk menghentikan brutalitas yang terjadi di Myanmar. "Pembunuhan pengunjuk rasa, penahanan di luar hukum, dan laporan penyiksaan tahanan melanggar HAM fundamental dan jelas menentang imbauan Dewan Keamanan agar ada penahanan diri, dialog, dan kembalinya ke jalan demokrasi Myanmar," ujar Guterres dalam pernyataan resmi.

Senada dengan PBB, pemerintah Indonesia menyatakan duka mendalam atas korban jiwa yang berjatuhan pada krisis Myanmar. Pemerintah juga menyerukan penyelesaian krisis politik dan kekerasan di negara itu dengan jalur diplomasi. Yaitu, dengan penyelenggaraan pertemuan tingkat tinggi Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN (Voaindonesia.com, 19/3/2021).

Saya akan segera melakukan pembicaraan dengan Sultan Brunei Darussalam sebagai ketua ASEAN agar segera dimungkinkannya diselenggarakan pertemuan tingkat tinggi ASEAN yang membahas krisis di Myanmar,” ungkap Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (19/3).

*Dari berbagai sumber[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Seratus Tahun Sudah
Next
Hubbu Dunya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram