Sejatinya kita berpikir, di balik ujian dan musibah telah Allah siapkan reward berupa pahala dan keberkahan. Selagi nyawa masih dikandung badan. Mari kita benahi hati, hiasi dia dengan iman dan takwa. Jangan biarkan hidup kita yang sekali ini berakhir hina, jauh dari petunjuk yang Allah berikan. Hidup menderita dunia dan akhirat-Nya.
Oleh: Ana Nazahah (Kontributor NP)
NarasiPost.com - Pernah dengar lagu dengan judul "Jangan menyerah?" Penggemar musik Pop Religi pasti suka lagu ini. Cukup sering dijadikan sebagai backsound acara-acara bertema kemanusiaan.Tidak lain karena liriknya yang penuh motivasi. Sangat cocok jika didengar oleh siapun yang tengah berada di posisi terpuruknya.
Berbicara situasi terpuruk, siapa sih manusia yang hidup di dunia yang tidak pernah punya masalah. Semua punya masalahnya masing-masing. Dengan macam ragamnya. Sesuai kadar dan kesanggupan, Allah memberikan kita ujian untuk menaikkan level kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Masalahnya, di antara kita, tidak semua manusia yang dengan musibah itu menjadi tambah bertakwa. Ada pula yang saat Allah datangkan ujian kepadanya, semakin jauh ia dari jalan kebenaran. Tenggelam dalam masalah demi masalah sembari terus bermaksiat kepada-Nya.
Ada orang yang menganggap bahwasanya ujian yang menimpanya ini tidak pantas Allah berikan untuknya. Karenanya dia menolak ujian tersebut dengan merutuki nasib, berkeluh kesah, dan marah. Membuat seseorang tersebut semakin membangkang kepada Allah. Dengan meninggalkan tuntunan-Nya. Pada akhirnya hidupnyapun bermodal hawa nafsu belaka.
Ada yang bilang, "Untuk apa salat? Toh kita tetap miskin. Untuk apa berhijab, toh kita tetap akan masuk neraka. Untuk apa taat? Toh sudah terbiasa bermaksiat."Ya, sekalian maksiatnya dinikmati saja, gitu. Sehingga hidup yang sudah sulit ini sedikit bahagia. Inilah pendapat sesat yang dijadikan pegangan.
Lantas, apa benar jiwa bisa bahagia dengan meninggalkan aturan Allah Subhanahu Wa Ta'aala? Benarkah keinginan itu sesuai dengan hati nurani kita? Atau jangan-jangan ia adalah hasil dari bisikan setan yang memperdaya, yang tanpa sadar kita mengikutinya.
Generasi sahabat dan salafus shalih terdahulu, saat ditimpa musibah mereka semakin bertambah iman dan ketakwaannya. Saat Allah beri ujian mereka bersabar, saat Allah beri kemudahan hidup mereka bersyukur. Tak ada yang mereka takuti kecuali kehilangan rida Allah.
Tapi lihatlah kondisi kita hari ini! Kita dengan mudahnya berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Santai bermaksiat di hadapan Allah tanpa memperdulikan akibat perbuatan kita.
Yang mengumbar aurat, ikhtilat, meng-ghibah. Bahkan level lebih tinggi lagi seperti merampok uang rakyat. Kita pede alias percaya diri sekali bermaksiat. Tak peduli dengan ujian yang datang untuk menaikkan iman, yang kini berubah menjadi musibah akibat tangan-tangan kita sendiri. Seperti halnya pandemi COVID-19 yang menimpa kita saat ini.
Di lain sisi, kita selalu memotivasi diri kita untuk jangan menyerah dan jangan menyerah. Menghafal dan berdendang. Jangan menyerah terhadap apa? Di saat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kita telah menyerah dan berputus asa. Sebanyak apapun kita memotivasi agar sabar dalam ujian, semua akan sia-sia. Karena sejatinya kita tidak tahu, makna menyerah dan makna bersabar itu apa. Menggapai rida Allah, kita lupa dan menafikannya.
Jika begini, bukankah musibah yang menimpa kita itu lebih besar dan mengerikan dari pandemi itu sendiri? Tidakkah kita bisa sedikit berpikir dan belajar? Bukan musibah yang membuat hidup kita suram. Namun hati. Saat hati kita berpenyakit, jauh dari iman. Inilah yang membuat jiwa kita redup dan gersang, sehingga jauh dari kebahagiaan.
Sejatinya kita berpikir, di balik ujian dan musibah telah Allah siapkan reward berupa pahala dan keberkahan. Selagi nyawa masih dikandung badan. Mari kita benahi hati, hiasi dia dengan iman dan takwa. Jangan biarkan hidup kita yang sekali ini berakhir hina, jauh dari petunjuk yang Allah berikan. Hidup menderita dunia dan akhirat-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta'aala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah:155-157).
Wallahua'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]