Apabila kekuatan fisik tak lagi mampu mengatasi, maka doa menjadi satu-satunya senjata paling ampuh bagi orang yang beriman.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Di dalam Islam, doa mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Bahkan doa dikatakan di dalam hadis Rasulullah merupakan otaknya ibadah. Allah sangat menyukai hamba-Nya yang banyak berdoa kepada-Nya. Dengan berdoa, seorang hamba sedang mengagungkan Allah, bersandar, berharap, dan memohon kepada-Nya. Makin banyak seorang hamba berdoa, makin kuat penghambaannya kepada Allah.https://narasipost.com/books/11/2020/the-power-of-doa/
Namun, sayangnya, banyak sekali manusia yang menyepelekan hal ini. Mereka menganggap bahwa dengan usaha mereka sendiri segala permasalahan dapat diselesaikan sehingga tidak perlu berdoa. Berdoa seakan dianggap hal yang sia-sia dan tak menghasilkan apa-apa. Padahal, meremehkan apalagi mengabaikan doa adalah perkara besar di hadapan Allah. Seorang mukmin sejati pasti akan banyak berdoa karena dalam doa itu ia menyandarkan semua harapannya hanya kepada Allah.
Kemauan berdoa pun adalah sebuah karunia dari Allah yang tak semua orang mendapatkannya. Kemauan untuk berdoa berasal dari akidah yang kuat, serta hidayah dari Allah. Setiap hamba haruslah senantiasa memohon hidayah serta kekukuhan iman kepada Allah. Hal ini karena iman begitu mudah terombang-ambing jika tidak selalu diperbaharui. Ketika iman kuat, kita akan semangat berdoa dan beribadah. Akan tetapi, ketika iman sedang turun, bahkan sekadar melantunkan doa saja pasti enggan. Inilah pentingnya senantiasa memohon hidayah kepada Allah.
Mari kita ambil pelajaran luar biasa dari kata-kata Khalifah Umar bin Khaththab berikut, "Sesungguhnya aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan ataukah tidak, tetapi aku lebih khawatir apakah aku masih terus diberi hidayah oleh Allah untuk terus berdoa ataukah tidak." Betapa kedudukan doa dalam Islam luar biasa.
Kekuatan Doa
Rasulullah bersabda di dalam riwayat Imam Ahmad no. 22438 dan Ibnu Majah no. 22438, "Sesungguhnya seorang hamba terhalang dari rezekinya karena dosa yang dikerjakannya. Sesungguhnya takdir itu tidak akan berubah kecuali karena doa. Sesungguhnya takdir dan doa saling mendahului hingga hari kiamat kelak. Dan sesungguhnya panjangnya umur bisa diperoleh dengan perbuatan baik.”
Berdoa adalah aktivitas yang termasuk bagian dari takdir yang menyertakan andil manusia, karena mau berdoa ataukah tidak itu adalah pilihan manusia. Akan tetapi, terjadi ataukah tercegahnya suatu kejadian merupakan kehendak Allah. Dia jualah yang menakdirkan dan mencegah segala sesuatu, baik dengan sebab doa, amal saleh, atau sedekah. Dan Dialah yang menjadikan hal-hal ini sebagai sebab-sebab dari semua rezeki, panjang umur, dan sebagainya, yang tentunya tidak bisa lepas dari ketetapan-Nya.
Suatu takdir bisa saja memperbaiki takdir lain. Karena adanya doa yang terpanjat, bisa jadi takdir lain yang akan terjadi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Khalifah Umar ra. terkait terjadinya wabah tha’un di Syam pada masa pemerintahannya. Khalifah Umar ra. memerintahkan supaya orang-orang masuk ke rumahnya masing-masing dan melarang mereka pergi ke Syam (lockdown). Saat itu ada sebagian orang berkata, “Bukankah ini sama saja kita lari dari takdir Allah?” Maka Umar pun menjawab, “Kita lari dari satu takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.”
Maksudnya adalah kita tetap di Syam (agar penyakit tidak menular) adalah atas takdir Allah dan kita kembali ke tempat asal untuk menghindari seraya berdoa (memutus rantai penyakit) juga atas takdir Allah. Semuanya (sehat dan sakit) adalah ketetapan Allah, maka kita hakikatnya sedang berlari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lainnya.
Dalam kondisi apa pun, doa tetap wajib karena diperintahkan oleh Allah. Doa merupakan kebutuhan bagi seorang hamba karena dengan doa kita sedang menggantungkan kehidupan kita kepada Allah, inilah penghambatan sejati. Namun, sebagian dari kita masih banyak yang malas berdoa karena tidak yakin pada doanya sendiri, apakah akan dikabulkan ataukah tidak. Padahal Allah telah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 186, “Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu perihal-Ku, maka jawablah, bahwa Aku sangat dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang memohon apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku, juga beriman kepada-Ku, supaya mereka senantiasa berada dalam kebenaran."
Keyakinan dalam doa adalah keharusan. Keyakinan bahwa doa akan dikabulkan, Allah Maha mendengarkan, juga keyakinan bahwa kita tak akan dikecewakan. Jika kita ingin doa kita dikabulkan, syarat utamanya adalah yakin, serius, khusyuk, serta merendahkan diri kita. Bagaimana doa kita akan diijabah oleh Allah jika kita sendiri tidak yakin dan tidak serius dalam berdoa? Dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Berdoalah kalian kepada Allah dengan keyakinan doamu akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah tidak menerima doa dari seorang hamba yang hatinya lalai lagi tidak serius.”
Sungguh Allah Maha Penyayang terhadap hamba-Nya. Allah pun Maha Mengabulkan doa. Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah juga bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan tidak ada unsur dosa dan pemutusan tali silaturahmi di dalamnya, melainkan Allah akan memberinya salah satu dari tiga hal, yaitu doanya akan segera dikabulkan, atau akan disimpan di akhirat untuknya kelak, atau sebagai pencegah keburukan yang sepadan dengan permintaannnya." Para sahabat pun berkata, "Jika demikian kami akan lebih banyak berdoa." Lalu Nabi menyahut, "Allah lebih banyak karunia-Nya."
Doa Adalah Pilar Agama
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Al-Hakim bahwa, "Doa juga merupakan pilar agama, ia bagaikan cahaya yang memancar dari langit dan bumi, doa merupakan inti ibadah, tidak ada yang bisa melebihi keutamaan doa di sisi Allah."
Apabila kekuatan fisik tak lagi mampu mengatasi, maka doa menjadi senjata paling ampuh bagi orang yang beriman. Seperti permisalan seseorang yang ingin melawan kezaliman atau menanggung beratnya ujian, tetapi ia sudah tidak mampu mengangkat senjatanya, maka yang bisa ia lakukan hanya mengangkat tangannya, berdoa kepada Allah. Senjata ini lebih hebat dari senjata fisik apa pun. Bahkan doa adalah senjata yang paling ditakuti oleh orang-orang zalim. Sebagai seorang yang beriman, harusnya kita benar-benar dapat memanfaatkan senjata ini dengan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya.
Berdoa dengan Suara Lirih
Dalam Majmu’ah Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 15:15-20, disebutkan keutamaan berdoa dengan suara yang lirih atau lembut. Dikisahkan dalam hadis riwayat Imam Ahmad bahwa para sahabat pernah membersamai Rasulullah dalam perjalanan. Ketika berdoa, mereka sengaja mengeraskan suara. Kemudian Nabi bersabda, “Wahai sekalian manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah berdoa pada sesuatu yang tuli lagi gaib. Yang kalian seru adalah Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Sungguh Dia lebih dekat pada salah seorang di antara kalian melebihi leher tunggangannya.”
Hendaknya kita berdoa dengan suara lirih. Ini menunjukkan keimanan yang benar karena kita mengimani bahwa Allah Maha Mendengar meski kita berdoa dengan suara lirih. Dengan melirihkan suara kita, kita bisa lebih khusyuk dan ikhlas, menata hati agar lebih merendahkan diri kita dalam berdoa. Doa yang dilantunkan dengan suara yang lembut menunjukkan kedekatan kita kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam surah Maryam ayat 3 yang memuji Nabi Zakaria, “Pada saat Zakariya berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.”
Doa yang dibaca dengan suara yang lembut akan lebih istikamah sebab anggota tubuh tidaklah merasa cepat capek karena mengeluarkan tenaga dalam bersuara keras. Bahkan doa dengan suara lirih bisa meminimalkan perasaan ingin dipuji manusia dan membuat orang lain iri sehingga akan memengaruhi kualitas doa yang dipanjatkan.
Sebagaimana zikir, dalam doa pun kita diperintahkan untuk lemah lembut. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-A'raf ayat 205, “Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara, baik di waktu pagi maupun petang, dan janganlah kamu masuk dalam golongan orang-orang yang lalai.”
Mujahid juga Ibnu Juraij menjelaskan dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan kita untuk mengingat Allah dengan hati yang khusyuk, menundukkan diri, serta bersikap tenang tanpa berteriak-teriak mengeraskan suara. Inilah sikap yang merupakan ruh atau inti doa dan zikir.
Wallahu a'lam bi al-shawab.[]
Jika saja mau sedikit merenung, bahwa di antara keberhasilan kita ada doa2 orang terdekat kita. Oleh karenanya perkuatlah doa2 di setiap waktu.
Benar Mba, usaha tanpa doa itu adalah sebuah kesombongan...
Berdoa harus senantiasa dilakukan karena ia merupakan bagian dari aktivitas yang disukai Allah. Jazaakillah khair mbak Aya, naskahnya keren.
Doa itu adalah jalur langit. Tak tampak, namun sangat dasyat pengaruhnya, kedasyatanya melebihan senjata nuklir. Doa disebut sebagai senjatanya orang mukmim, karena hanya orang yang mempercai akan adanya doa itu terkabul oleh Zat yang Maha Agung. Dan doa hukumnya wajib bagi orang Islam.
Doa itu wajib bagi seorang muslim. Dengan berdoa penuh keyakinan yang diikuti oleh adab-adabnya, pasti Allah akan mengabulkannya. Berdoa adalah wujud dari kelemahan kita sebagai makhluk. Barakallah mbak ...
Doa menjadi sebuah usaha langit setelah kita mengupayakan dengan usaha yang gigih di dunia. Doa juga menjadi bukti betapa lemahnya manusia di hadapan Sang Khalik.
Barakallah mba @Aya Ummu Najwa
Orang yang berdoa atau memohon kepada Allah merupakan bukti bahwa ia adalah hamba yang selalu bergantung kepada-Nya. Ini merupakan salah satu hal yang dicintai oleh Allah. Tapi ingat, saat berdoa perlu diperhatikan juga adabnya. Barakallahu fiik untuk penulis
Doa, sesuatu yg amat penting, namun sering terlupa oleh kaum muslim. Apalagi ketika saat bahagia datang. Lupa sama doa. Beda kalau dalam kesempitan, tiap hari doa. Padhal doa dilakukan di saat lapang maupun sempit
Sudah sewajibnya seorang beriman tak boleh meninggalkan aktivitas berdoa setiap saat. Karena doa merupakan kekuatan yang maha dashyat. Dan hebatnya Allah pasti mewujudkankannya, cepat atau lambat dan di saat yg tepat.